Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Mengenai Revolusi Kognitif Berdasarkan Buku Sapiens

Kompas.com - 11/01/2022, 09:03 WIB
Sumber Foto: Canva Pro
Rujukan artikel ini:
Sapiens
Pengarang: Yuval Noah Harari
Penulis Renny Novita
|
Editor Ratih Widiastuty

Empat setengah miliar tahun yang lalu planet bumi terbentuk kemudian 700 juta tahun kemudian makhluk hidup muncul.

Evolusi manusia diprediksi adalah sekitar 2,5 juta tahun yang lalu di benua Afrika dan terbukti dengan adanya penemuan alat berburu.

Kemudian dari Afrika, sekitar 2 juta tahun yang lalu mereka menyebar ke benua lainnya menjadikan spesies manusia terbagi ke dalam beberapa spesies yang dipengaruhi oleh lingkungan, iklim, dan genetik.

Evolusi menjadikan manusia mempunyai fisiologis berbeda dengan nenek moyangnya, yaitu simpanse.

Selain volume otak yang lebih besar sehingga mempunyai kemampuan membentuk suatu kelompok, tapi juga berdiri tegak sehingga tangannya dipergunakan untuk keperluan lain seperti membuat perkakas untuk berburu.

Spesies-Spesies Manusia

Homo Erectus yang hidup di seluruh penjuru Asia adalah spesies pertama yang tahu cara menggunakan api, membuat senjata, dan berburu di dalam kelompok.

Mereka adalah spesies manusia yang paling lama hidup, yaitu dari 2 juta tahun sampai 50.000 tahun yang lalu

Homo Neanderthalensis mempunyai otak yang sangat besar dan tubuh yang berotot, serta kuat hidup di zaman es.

Homo Denisova hidup di dalam gua di daerah Siberia, menyukai bersosialisasi termasuk dengan spesies di luar mereka.

Homo Luzonesis ditemukan di Filipina, sementara Homo Floresiensis yang kerdil dan mempunyai bobot tidak lebih dari 25 kg ditemukan di kepulauan Flores.

Di waktu yang sama, di Afrika Selatan mulai bermunculan beberapa spesies manusia lainnya, termasuk salah satunya Homo Sapiens sekitar 300.000 tahun yang lalu.

Sampai sebelum adanya revolusi kognitif, spesies manusia tidak ada bedanya dengan hewan lainnya.

Manusia berada di tengah rantai makanan, hanya memburu hewan-hewan kecil, dan sisa hasil buruan hewan besar.

Mereka hidup dalam bayang-bayang ketakutan akan ancaman predator lainnya, yang membedakan hanya cara mereka mengendalikan api dan memasak menggunakan api sekitar 300.000 tahun yang lalu.

Hewan lain tidak ada yang mempunyai kemampuan mengendalikan alam.

Api menjadi alat pertahanan, sumber cahaya, dan kehangatan.

Setelah adanya revolusi kognitif, spesies manusia langsung dapat menduduki posisi tertinggi dalam rantai makanan.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Apa yang Terjadi dalam Revolusi Kognitif?

Seperti yang sudah disampaikan di atas, Homo Sapiens muncul di wilayah Afrika Selatan sekitar 300.000 tahun yang lalu.

Kemudian pada 70.000 tahun yang lalu, Homo Sapiens mulai keluar dari Afrika dan menyebar ke penjuru dunia lainnya seperti Eropa, Afrika, dan Asia serta belahan dunia lain seperti Australia dan Amerika yang belum pernah terjamah.

Kemunculan mereka di benua lainnya ternyata lambat laun menyebabkan kepunahan spesies manusia lain selain megafauna yang hidup di sana.

Sehingga timbul pertanyaan seperti, “Bagaimana Homo Sapiens dapat menduduki posisi puncak rantai makanan dengan begitu cepat?”.

Apa itu Revolusi Kognitif dalam Sejarah Manusia?

Para ilmuwan meneliti bahwa otak Homo Sapiens berbeda dengan spesies manusia lainnya.

Kemungkinan telah terjadi mutasi genetik yang memungkin otak mereka mempunyai struktur internal yang berbeda, yang menyebabkan mereka mempunyai kemampuan kognitif lain seperti berkomunikasi, belajar, dan mengingat.

Harari menyebutkan bahwa ini sebagai revolusi kognitif, di mana ketika biologi menjadi sejarah.

Revolusi kognitif yang terjadi 70.000 tahun yang lalu sangat revolusioner dan tidak pernah ada sebelumnya, menjadikan spesies manusia mempunyai kemampuan yang berbeda dan membuat mereka bisa naik ke posisi tertinggi rantai makanan.

Homo Sapiens belajar berkomunikasi dengan dengan cara yang lebih kompleks dibandingkan spesies lainnya.

Mereka menciptakan bahasa dan bahkan tulisan tangan dengan menggunakan simbol yang menggantikan kata dan angka.

Sejak revolusi kognitif, manusia hidup dalam dua realita, yaitu realita fisik dan realita imajinasi.

Dengan kemampuan berkomunikasi yang lebih baik dari spesies lain, selain bergosip, mereka mulai menciptakan mitos dan kepercayaan yang memberikan batasan agar orang-orang dalam kelompok besar dapat saling bekerja sama.

Ini yang menjadikan Homo Sapiens sebagai satu-satunya spesies yang dapat bekerja sama dengan orang asing dalam kelompok yang tidak terbatas, dan ini yang menyebabkan mereka bisa dengan cepat menduduki posisi tertinggi di rantai makanan.

Kelanjutan Setelah Revolusi Kognitif

Banyak kondisi psikologis manusia zaman sekarang yang terbentuk di masa revolusi kognitif.

Setelah revolusi kognitif, manusia mulai memasuki revolusi berikutnya yaitu revolusi pertanian yang terjadi sekitar 10.000 tahun yang lalu.

Semua buku ini bisa kamu dapatkan di Gramedia.com. Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, borong semua buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

Selamat membaca!

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

buku
30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

buku
Cara Melupakan Seseorang yang Tidak Bisa Kita Miliki

Cara Melupakan Seseorang yang Tidak Bisa Kita Miliki

buku
Menghadapi Quarter Life Crisis dengan Stoisisme

Menghadapi Quarter Life Crisis dengan Stoisisme

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau