Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Peringkat 5 Besar Mata Uang Terendah di Dunia pada Awal Tahun 2022

Kompas.com - 06/01/2022, 12:00 WIB
Sumber Foto: Freepik.com
Rujukan artikel ini:
Psychology of Money
Pengarang: Morgan Housel
Penulis Okky Olivia
|
Editor Ratih Widiastuty

Uang merupakan salah satu instrumen perekonomian yang penting dan berpengaruh bagi sebuah negara di dunia.

Hal ini karena hampir seluruh kegiatan ekonomi ini bergantung pada uang tunai yang berfungsi sebagai alat tukar maupun alat bayar.

Uang tunai adalah sebuah inovasi modern yang sangat berfungsi menggantikan posisi barter dalam hal jual beli di masyarakat.

Tidak hanya untuk aktivitas jual-beli, uang tunai juga bisa digunakan untuk traveling ke berbagai penjuru negara, karena saat ini sudah ada mesin money changer yang bisa menukarkan mata uang dari negara kita ke negara yang kita tuju.

Nah, dalam pertukaran tersebut dibutuhkan kurs (nilai tukar mata uang). Kurs ini bisa berubah-ubah nominalnya tergantung dari situasi dan kondisi ekonomi di tiap negara.

Meskipun begitu, faktanya ada beberapa negara yang mempunyai nilai tukar mata uang tinggi seperti Amerika Serikat yang punya Dollar Amerika (USD), tapi ada juga beberapa negara yang nilai mata uangnya masuk dalam kategori terendah di dunia.

Berikut adalah lima daftar nilai mata uang terendah di dunia per tanggal 3 Januari 2022.

Peringkat 5 Besar Mata Uang Terendah di Dunia

1. Venezuelan Soverign Bolivar (VES) – Venezuela

  • 1 IDR = 0,0003247 VES (Rupiah ke VES)
  • 1 USD = 4,5880 VES (Dollar AS ke VES)

Venezuela sangat terpuruk akibat Pandemi Covid-19 yang akhirnya mengakibatkan negara ini mengalami inflasi yang sangat tinggi dan membuat nilai tukar VES ke Dolar USD menjadi sangat rendah.

Bahkan sampai saat ini pemerintahnya belum bisa berbuat banyak untuk memperbaiki kondisi ini.

2. Rial (IRR) – Iran

  • 1 IDR = 2,9772 IRR (Rupiah ke IRR)
  • 1 USD = 42.275,00 IRR (Dollar AS ke IRR)

Iran menjadi salah satu negara dengan mata uang terendah di dunia, hal ini disebabkan karena kondisi negaranya yang sulit untuk stabil khususnya dalam bidang ekonomi dan politik.

Dampak dari adanya Revolusi Iran dan Perang antara Iran-Irak selama bertahun-tahun lalu membuat pemerintah Iran sempat membatasi akses mata uang negara asing yang akhirnya memicu peningkatan pasar gelap dan merusak ekonomi negara ini karena mengurangi nilai mata uang sampai hampir 400%.

Walaupun sempat stabil di tahun 2015 setelah pemerintah Iran ikut menandatangani perjanjian nuklir dengan Amerika Serikat, Perancis, Rusia, Cina, Jerman, dan Britania Raya, tapi pada akhir 2020 negara ini kembali menghadapi inflasi yang membuat nilai mata uangnya sulit untuk kembali stabil.

3. Dong (VND) – Vietnam

  • 1 IDR = 1,6096 Dong (Rupiah ke Dong)
  • 1 USD = 22,853,99 Dong (Dollar AS ke Dong)

Negara Vietnam masih berusaha untuk menyusuri jalan setapak untuk keluar dari kondisi ekonomi negaranya yang membuat nilai mata uangnya menjadi sangat turun, di Asia maupun di dunia.

Namun banyak para ahli juga yang menyatakan bahwa pemerintah Vietnam akan segera berusaha dan bergerak untuk memperbaiki kondisi keuangan negaranya dan mengklaim akan ada pertumbuhan yang signifikan.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

4. Rupiah (IDR) – Indonesia

  • 1 USD = 14,196,38 IDR (Dolar AS ke Rupiah)

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Asia Tenggara yang keadaan ekonominya cukup stabil sebelum adanya pandemi Covid-19.

Namun, memang negara ini memiliki nilai tukar mata uang yang rendah sejak beberapa tahun lamanya.

Akibatnya, pada September 2016 otoritas keuangan akhirnya mencoba untuk mengeluarkan tujuh macam uang kertas yang berkisar dari pecahan seribu sampai seratus ribu rupiah, tapi sampai saat ini bahkan belum ada hasil dan perubahan yang signifikan.

5. Sum (UZS) – Uzbekiztan

  • 1 IDR = 0,75914 UZS (Rupiah ke UZS)
  • 1 USD = 10, 778,54 UZS (Dollar AS ke UZS)

Salah satu negara di Asia Tengah ini juga menjadi negara dengan nilai mata uang terendah di dunia.

Uzbekistan memang terkenal sebagai negara yang tidak terlalu kaya, walaupun pada tahun 2018 ada banyak regulasi yang diambil oleh pemerintahnya untuk meningkatkan ladang ekonomi.

Sampai tahun ini, Uzbekistan masih ada dalam masa transisi ekonomi, tapi beberapa masalah dalam negerinya membuat kondisi keuangan dan nilai tukar mata uangnya masih berada dalam posisi yang rendah.

Dari 5 besar negara dengan nilai mata uang terendah di atas ini sebenarnya sudah bisa kita nilai bahwa ada kekurangan dalam penanganan yang dilakukan oleh pemerintahnya.

Tapi selain itu, kita sebagai warga negara juga harus membantu pemerintah, salah satunya dengan membeli produk-produk dalam negeri sendiri.

Walaupun kita berniat ingin membantu perekonomian negara dengan membeli produk dalam negeri, tapi kita juga harus ingat untuk tidak menghamburkan uang karena membeli barang yang tidak akan terpakai.

Dalam pengelolaan keuangan, ada satu buku yang mungkin bisa kamu jadikan bahan referensi, yaitu buku Psychology of Money karya Morgan Housel.

Dalam buku ini, kamu akan dijelaskan bahwa perilaku yang suka menghamburkan uang bukanlah perilaku yang baik dan nantinya akan berdampak juga pada kondisi keuanganmu.

Selain itu, penulis buku ini juga memberikan banyak sekali cerita pendek mengenai cara mengelola keuangan tidak hanya untuk kebutuhan pribadi, tapi juga untuk bisnis dan investasi.

Dengan begitu, kamu tidak akan mengalami bencana keuangan yang merepotkan kehidupanmu sendiri.

Nah, kalau kamu masih penasaran dengan isi buku ini dan berniat untuk belajar mengelola keuangan dengan baik, kamu bisa membaca bukunya melalui Gramedia.com.

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, borong semua buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com