Pada zaman yang semakin berkembang, public speaking tentunya semakin mendapat tantangan.
Dahulu public speaking terbatas pada ruang dan waktu, kini berbicara di depan umum melampaui ruang dan waktu.
Konteks public speaking ini digambarkan oleh Ferly Junandar dalam buku Public Speaking 360: Panduan Praktis untuk Public Speaking di Ruang Nyata dan Virtual.
Menurutnya, public speaking, tidak hanya berkaitan dengan berbicara di depan audiens secara langsung.
Perkembangan zaman menuntut public speaking dengan keterampilan menggunakan kamera dan dengan jangkauan audiens yang tidak terbatas.
Seperti judul yang disematkannya, public speaking saat ini tidak bisa mengandaikan berbicara di panggung nyata, tetapi juga kemungkinan kita berbicara di ruang virtual.
Ahh intinya sama aja, yang penting jago ngomong! Eitss tunggu dulu! Kalau memang tujuannya hanya untuk sekadar ngomong kepada banyak orang dan belum tentu mengesankan, ya silakan saja.
Akan tetapi, jika yang diharapkan adalah public speaking yang penuh kesan sekaligus dibawakan dengan nyaman, buku Public Speaking 360 adalah jawabannya.
Mengandaikan sekadar kemampuan ‘ngomong’ tidak serta merta membuat kita bisa mendapatkan public speaking yang berkesan.
Apalagi menurut Ferly, pada zaman ini, kita menghadapi jenis audiens yang baru.
Infiltrasi teknologi menciptakan masyarakat baru.
Di samping tantangan yang melampaui kultur, bahasa, waktu, dan etika, tantangan masyarakat atau audiens baru ini adalah titik penting keberhasilan public speaking.
Audiens baru ini sangat menentukan karier, terutama pekerjaan yang mengandalkan kemampuan public speaking.
Saat ini, menurut Ferly, sekalinya public speaking kita tidak memukau, kita mudah terlewatkan, bahkan bisa dengan mudah terlupakan.
Mengapa bisa begitu? Teknologi modern memberi banyak informasi, penampilan, konten yang tidak terbatas.
Dampak dari arus besar tersebut, masyarakat modern menjadi ‘pemegang kendali’.
Mereka terbiasa dan terlatih untuk menggunakan fitur-fitur “fast forward”, “pause”, dan terutama fitur “skip”.
Dengan menaruh kendali sesuai keinginan, orang-orang akan sangat selektif dengan bentuk-bentuk public speaking, baik luring maupun daring.
Mereka tidak segan untuk meninjau terlebih dahulu riwayat narasumber sebelum mengikuti seminar dari pembicara tersebut.
Jika mereka tidak merasa tertarik dengan pembawaan narasumber dari rekaman atau dalam YouTube misalnya, mungkin sekali mereka enggan untuk menghadiri.
Lebih menyakitkannya, mereka akan menyematkan daftar hitam narasumber tersebut, ketika mereka sudah membuktikannya secara langsung.
Oleh karena itu, public speaking yang efektif bukan hanya untuk diterima, tetapi bagaimana itu dibawakan secara tepat guna dan sukses berkelanjutan.
Dalam buku Public Speaking 360, Ferly menjelaskan bahwa situasi zaman ini dapat sewaktu-waktu menghanyutkan kita.
Kita bisa saja tenggelam dan terbuai dalam gelembung serba digital.
Itulah mengapa, zaman yang disruptif ini perlu ditangkal dengan berbagai jurus jitu.
Ia menggambarkan situasi ini seperti menghadapi tantangan dari seluruh penjuru mata angin alias 360 derajat.
Seperti halnya bela diri mengharuskan kita menguasai berbagai teknik, kita pun demikian dalam menghadapi tantangan public speaking.
360 tantangan vs 360 kemampuan.
Pertama-tama bukan untuk sukses, tetapi membentuk kemampuan kita untuk nyaman terlebih dahulu dalam public speaking.
Padahal, untuk bisa nyaman dalam public speaking tidaklah mudah.
Hal ini dijelaskan Ferly lewat pembedaan antara berbicara atau public speaking dan ngomong alias chatting.
Berdasarkan artinya, public yang berarti umum sudah bisa dipastikan terdapat orang baru yang acak.
Tentunya, karena audiensnya belum kita kenal sebelumnya, kita relatif belum nyaman untuk berbicara.
Padahal nyaman menjadi fondasi utama dalam membangun public speaking yang memukau.
Bayangkan saja, kita yang tidak nyaman di detik-detik awal berbicara di depan banyak orang, mungkin dapat merusak seluruh ‘public speaking’ kita dan audiens pun bisa kecewa.
Speaking dan chatting juga memiliki perbedaan yang mendasar.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Speaking atau berbicara, menggunakan otak sadar, perlu teknik dalam penyampaiannya, dan topiknya sering kali sudah ditentukan.
Sementara itu, chatting topiknya lebih bebas-mengalir, tidak perlu teknik, dan dilakukan pada orang-orang yang dikenal.
Perbedaan ini akan lebih tampak dalam fase-fase yang digambarkan oleh Ferly.
Dalam buku Public Speaking 360, fase ngomong menuju fase berbicara digambarkan dari fase rumahan, tongkrongan, pertemanan, sampai fase pekerjaan.
Pada tahap terakhir atau pekerjaan, seseorang ditantang untuk mencapai potensi maksimalnya dalam berbicara.
Tahapan ini membantu orang belajar dari sekadar ngomong dan kemudian menguatkan potensi kemampuan berbicaranya.
Kemampuan menguasai teknik berbicara, penting untuk mencapai kesuksesan.
Oleh karena itu, public speaking didefinisikan oleh Ferly sebagai sebuah ilmu berbicara di depan seseorang atau umum yang dilakukan dengan teknik, memadukan rasa, dan memiliki tujuan.
Dengan mempelajari dari dasar-dasar bahkan dari penggunaan istilah public speaking, kita dipersiapkan untuk menguasai teknik-teknik lainnya.
Menurut Ferly, semua kesuksesan berawal dari cara kita mengomunikasikan sesuatu.
Ibarat mengenalkan sebuah produk, kita harus membantu supaya orang tahu, mencintai, berinvestasi pada produk tersebut.
Perkembangan teknologi digital meniadakan komunikasi analog atau face-to-face.
Padahal, dalam komunikasi konvensional, sentuhan manusia itu sangat penting.
Inilah alasan mendasar yang membuat public speaking krusial di era digital.
Di tengah segala-galanya diekspresikan lewat simbol, stiker, atau ikon, bahkan memutus hubungan cukup dengan ‘leave group’, kemampuan public speaking dituntut untuk bisa menghadapi semua itu.
Yappp, permasalahan-permasalahan dunia maya ini pada akhirnya tidak bisa diselesaikan secara digital.
Sentuhan manusia yang dilatih dalam keterampilan public speaking, mengisi loophole (celah) dari agresivitas komunikasi teknologi.
Sekuat-kuatnya teknologi berusaha mengimitasi berbagai kemampuan manusia, pada akhirnya sentuhan manusia tetap tidak tergantikan.
Buku Public Speaking 360 menawarkan kuda-kuda dan jurus-jurus untuk menguasai public speaking di panggung nyata maupun ruang virtual.
Saat orang rindu disapa dengan sentuhan bersahabat, Ferly memadukan interaksi manusiawi sekaligus keterampilan public speaking dalam ‘kemasan digital’.
Ferly menegaskan bahwa berbicara di depan layar itu bukan soal ‘menyampaikan’, tetapi juga soal ‘meyakinkan’.
Di dunia yang semakin kompetitif, public speaking sudah bisa disetarakan dengan soft skill pengendalian emosi, berjejaring, dan kepemimpinan.
Oleh karena itu, buku Public Speaking 360 mendorong kita untuk mengubah mindset positif tentang public speaking dan tekun mengembangkan keterampilan.
Public speaking mempunyai tujuan atau goals masing-masing.
Semakin pandai kita menentukan tujuan, strategi, dan eksekusinya, semakin berhasil public speaking kita.
Ferly dalam bukunya menyediakan panduan yang tidak menggurui tetapi sangat komprehensif, mengingat dia yang telah lama berkecimpung di dunia public speaking.
Setelah mengalami manis pahitnya berkarier di dunia public speaking, Ferly menyatukannya dalam buku praktis nan lengkap ini.
Buku Public Speaking 360, menyediakan pembahasan A-to-Z tentang public speaking yang efektif.
Pendekatan 360 derajat yang ditawarkannya, akan membekali kita dalam beradaptasi dengan berbagai situasi.
Ketika dunia menuntut kemampuan kita dalam menangkis berbagai tantangan, buku ini menumbuhkan kemampuan berbicara tangkas.
Tangkis dan tangkas ini bisa kita dapatkan lewat buku praktis ini.
“Orang pintar yang tidak cakap berbicara akan terlihat bodoh. Orang bodoh yang cakap berbicara akan terlihat pintar.”
Ungkapan ini ada benarnya.
Harapannya dengan membaca buku ini, public speaking masuk dalam daftar keterampilan yang mesti kita pelajari dan kuasai.
Dengan demikian, orang tidak lagi meremehkan public speaking karena sejatinya: jago berbicara itu tidak sama dengan jago ngomong!
Buku Public Speaking 360: Panduan Praktis untuk Public Speaking di Ruang Nyata dan Virtual ini bisa kamu dapatkan di Gramedia.com!