Berapa banyak dari kita yang mengerjakan sesuatu tanpa tahu mengapa kita harus melakukannya?
Misalnya saja ketika di bangku sekolah dulu, di mana kamu harus mempelajari bahasa asing, namun tidak mengerti mengapa kamu harus mempelajarinya, tapi kamu tetap melakukannya, bahkan ada beberapa yang sampai tidak menikmati prosesnya.
Hal ini pun malah membuat kamu seperti “Ah, asalkan tidak mendapat nilai merah saja”.
Ketika sudah lulus sekolah, baru kamu menyadari bahwa orang dengan kemampuan berbahasa asing yang baik mempunyai kesempatan yang lebih luas dibandingkan mereka yang tidak.
Jika saja dulu ini dibalik, mungkin kamu akan mempelajarinya dengan hati.
Lalu, mengapa ini menjadi penting? Bagaimana kita menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari?
Tanpa kita sadari, pola pikir yang bermula dari “apa” berlanjut bahkan saat seseorang mempunyai perusahaan dan menciptakan suatu produk.
Di dalam buku Start with Why yang ditulis oleh Simon Sinek, banyak contoh perusahaan dan orang yang menjual produk atau melakukan sesuatu dimulai dari formula “apa”, “bagaimana”, dan “mengapa”.
Salah satunya adalah perusahaan Singapura yang bernama “Creative” meluncurkan produk revolusioner yaitu “5GB portable MP3 Player.”
Produknya inovatif dan revolusioner namun produknya tidak menggema di seluruh dunia.
Lalu pada 22 bulan kemudian, Apple mengeluarkan iPod dengan slogan “1000 lagu di Kantongmu” dan produknya meledak di pasaran.
Apple bukan pioneer karena mengadopsi teknologi yang dibuat oleh Creative.
Pertanyaannya, mengapa Apple lebih sukses dibandingkan Creative?
Jawabannya adalah karena Apple mengedepankan “Why” atau “Mengapa”.
Ketika orang membaca slogannya, mereka akan langsung terpikirkan bagaimana rasanya mempunyai 1000 lagu yang tersimpan di dalam satu gadget mungil.
Ada pengalaman yang ditawarkan di sini dan setiap pengalaman melibatkan emosi.
Sementara ketika orang membaca "5GB portable MP3 Player", mereka hanya terpikir fitur produk dan angka yang abstrak di dalam pikirannya.
Simon Sinek merangkumnya di dalam formula yang dinamakan sebagai The Golden Rules.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Simon memperlihatkan The Golden Circle yang terdiri dari tiga elemen di dalamnya, yaitu:
Kebanyakan dari kita, begitu juga dengan perusahaan, malah menerapkan sebaliknya.
Mereka memulai terlebih dahulu dari What, kemudian How, dan terakhir adalah Why.
Urutan yang terbalik ini membawa perbedaan yang sangat signifikan, contohnya pada kasus Creative dan Apple yang baru saja kamu baca.
Aturan ini tidak hanya berlaku pada teknik marketing, tetapi juga kepemimpinan, dan pendekatan terhadap orang lain.
Masih ingat alasanmu yang belajar bahasa asing karena takut mendapatkan nilai jelek?
Contoh di awal artikel dapat dijadikan contoh bagaimana seseorang tergerak karena adanya manipulasi, baik itu berupa reward/penghargaan ataupun punishment/hukuman.
Pola pikir itu akan membentuk kamu menjadi pribadi yang gemar mengejar reward atau menghindari punishment.
Kamu pun akan melakukan tindakan yang sama kepada orang lain, karena hanya pola ini yang kamu kenal.
Namun, tidak semua orang mengejar reward dan tidak semua orang tahan dengan ancaman.
Situasinya akan berbeda ketika kamu menginspirasi orang untuk melakukannya.
Kamu tidak membutuhkan sistem reward dan punishment untuk membuat orang bertahan.
Ketika mereka mengerti mengapa mereka harus melakukannya, akan muncul yang namanya calling atau panggilan jiwa, dan ini yang akan menggerakan mereka setiap harinya.
Ada alasan mengapa sebuah buku menjadi best seller, salah satunya adalah ketika sebuah buku membukakan mata dan membuat kita mempunyai pemahaman baru yang dapat menjadikan landasan langkah baru ke depannya.
Buku Start with Why yang ditulis oleh Simon Sinek ini termasuk ke dalam tipe buku yang seperti itu.
Kita menjadi sadar bahwa untuk melakukan sesuatu, kita harus mencari tahu dulu alasan mengapa kita melakukannya dan gali terus sampai kita mendapatkannya.
"Why" atau "mengapa" sangat penting karena dengan mengerti tujuan kita, kita akan melakukannya dengan hati dan tidak mudah menyerah jika ada kendala.
Dalam kata lain, "Why" adalah bahan bakar kita untuk terus berkarya.
Jika kamu menyukai dan langsung penasaran dengan buku ini, kamu bisa membelinya di Gramedia.com.