Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tawanya Bikin Merinding, Begini Ternyata Asal-usul Kuntilanak

Kompas.com - 17/01/2024, 16:00 WIB
 Asal-usul Kuntilanak  Sumber Gambar: Freepik.com Asal-usul Kuntilanak 
Rujukan artikel ini:
Sihir Perempuan
Pengarang: Intan Paramaditha
|
Editor Puteri

Kuntilanak kerap digambarkan sebagai makhluk halus dengan sosok perempuan yang menakut-nakuti manusia dengan tawanya yang khas.

Penampilannya selalu dideskripsikan menggunakan pakaian atau jubah serba putih dengan rambut panjang menjuntai.

Meskipun pakaian atau jubah yang dikenakan kuntilanak identik dengan warna putih, tapi tidak jarang terdapat pula kuntilanak yang mengenakan jubah berwarna merah atau hitam.

Katanya, warna jubah yang dikenakan oleh kuntilanak ini merupakan tanda seberapa “kejam” makhluk astral yang satu ini.

Tidak jarang pula kuntilanak digambarkan mempunyai wajah yang hancur atau seram dengan kuku yang panjang dan aroma tubuh yang kurang sedap.

Makhluk halus yang satu ini juga biasanya melakukan teror menakut-nakuti manusia dengan muncul di kegelapan, atas pohon, bahkan sampai terbang.

Kuntilanak sendiri seolah-olah sudah menjadi urban legend yang tidak bisa dipisahkan dengan kebudayaan Indonesia yang memang dikenal mempunyai jenis hantu yang beragam.

Maka tidak mengherankan apabila banyak orang yang mungkin bertanya-tanya, dari mana sebetulnya asal-usul kuntilanak sendiri.

Untuk menjawab rasa penasaran akan asal-usul kuntilanak, simak penjelasannya berikut ini.

Asal-usul Kuntilanak

Menurut cerita yang beredar, kuntilanak pertama kali hadir saat pembangunan sebuah kota di antara pertemuan dua sungai, yaitu Sungai Landak dan Sungai Kapuas pada tahun 1771.

Terdapat upaya pembangunan kota di lokasi tersebut yang dipimpin oleh Sultan Syarif Abdurrahim.

Pendirian kota ini dianggap sebagai proyek yang strategis dan menguntungkan pada saat itu.

Hal ini dikarenakan lokasi di tepi sungai adalah tonggak penting dalam jalur transportasi.

Selama proses pembangunannya, hampir semua bahan-bahan bangunan yang digunakan berasal dari kekayaan alam sekitar, seperti kayu dan batu.

Saat para pekerja akan menebang pohon-pohon yang ada di sekitar sungai untuk dijadikan bahan bangunan, secara mendadak terdengar suara aneh melengking yang berasal dari atas pohon yang menjulang tinggi.

Munculnya suara menyeramkan tersebut berhasil membuat para pekerja ketakutan dan meninggalkan lokasi tersebut.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Kuntilanak tidak hanya mengganggu para pekerja saja, tapi masyarakat sekitar hingga nelayan pun tak luput menjadi korban gangguan makhluk astral yang satu ini.

Rumor akan kehadiran kuntilanak yang kerap mengganggu para pekerja dan masyarakat pun sampai ke telinga Sultan Syarif Baharuddin.

Pengusiran Kuntilanak

Bersama pengikutnya, Sultan Syarif Baharuddin pun memutuskan untuk mengusir kuntilanak tersebut karena dianggap sebagai roh jahat yang mengganggu banyak orang.

Masyarakat dan Sultan Syarif Baharuddin menyiapkan meriam untuk melakukan perlawanan terhadap kuntilanak.

Setelah ditembaki dengan meriam oleh masyarakat dan Sultan Syarif Baharuddin, kuntilanak-kuntilanak tersebut pergi melarikan diri menjauhi lokasi kota baru ke arah pedalaman.

Setelah berhasil mengusir pergi kuntilanak, pohon-pohon yang ada di sekitar sungai akhirnya berhasil ditebang untuk membangun Masjid Agung dan bangunan-bangunan lainnya.

Akibat peristiwa pengusiran kuntilanak yang berlangsung selama pembangunan, pada akhirnya kota tersebut diberi nama Pontianak.

Siapa yang menyangka jika asal-usul nama kota di Kalimantan tersebut ada sangkut pautnya dengan makhluk halus bernama kuntilanak.

Sosok makhluk halus yang berdasarkan urban legend ini memang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia hingga kerap diangkat menjadi cerita horor, baik dalam buku maupun film.

Berbicara soal cerita horor, buku berikut ini juga menawarkan cerita seram dari sosok perempuan.

Buku Sihir Perempuan yang dikarang oleh Intan Paramaditha merupakan kumpulan dongeng mengenai perempuan-perempuan yang dapat menjadi apa saja.

Buku ini menghadirkan 11 cerita pendek dengan peran-peran yang seharusnya nyaman diteror oleh lanskap kelam penuh hantu gentayangan, vampir, dan pembunuh.

Di sinilah perempuan serta pengalamannya yang beriak dan berdarah terpintal dalam kegelapan.

Dalam buku ini Intan Paramaditha meracik genre horor, mitos, dan cerita-cerita lama lewat perspektif feminis.

Buku ini telah meraih penghargaan 5 Besar Khatulistiwa Literary Awards (Kusala Sastra Khatulistiwa) di tahun 2005.

Sebagian cerpen dari buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Stephen J. Epstein dan pada tahun 2018 terbit dalam buku Apple and Knife di Australia (Brow Books) dan Inggris (Harvill Secker/Penguin Random House).

Yuk, pesan bukunya di Gramedia.com.

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau