Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal Usul Hantu Pocong, Benarkah Berasal dari Mayat yang Meminta Pertolongan?

Kompas.com, 14 Juni 2022, 12:00 WIB
Asal usul hantu pocong Sumber Gambar: Pixabay.com Asal usul hantu pocong
Rujukan artikel ini:
Kisah Tanah Jawa : Pocong…
Pengarang: @kisahtanahjawa
|
Editor Ratih Widiastuty

Hantu pocong adalah salah satu hantu yang paling banyak diceritakan dalam mitos dan takhayul orang Indonesia.

Hantu ini berupa mayat yang terbungkus kain kafan.

Mitos mengatakan, bahwa kemunculan hantu pocong mengindikasikan bahwa mereka meminta pertolongan dengan membuka ikatan kain kafan mereka agar jiwa mereka bisa lepas.

Wujud hantu pocong digambarkan memiliki wajah yang hitam dan mata merah.

Ada pula yang mengatakan bahwa wajahnya rata dengan mata yang berongga.

Mitos tentang adanya hantu pocong ini awalnya menyebar di masyarakat Jawa dan Sumatra.

Penggambaran hantu ini sesuai dengan mayat seorang muslim ketika dikuburkan.

Kisah-kisah misteri tentang hantu pocong tersebar dalam berbagai versi di berbagai daerah di Indonesia.

Hantu pocong juga sering digunakan dalam cerita atau film horor Indonesia.

Asal Usul Hantu Pocong dalam Mitos

Mitos mengatakan bahwa kemunculan pocong terjadi ketika dalam 40 hari kematiannya, mayat akan bangkit dan meminta ikatan kafannya dilepas agar bisa bebas dari dunia ini.

Kemunculan ini berawal dari adanya asap di kuburan seseorang.

Asap ini akan menjelma menjadi sosok makhluk-makhluk kecil.

Sosok-sosok tersebut akan menyebar ke arah kaki dan kepala mayat, lalu mulai membentuk wujud pocong yang akan mulai menghantui warga di sekitarnya.

Pocong dikatakan bergerak dengan cara melompat-lompat karena kain kafan yang membungkus seluruh tubuhnya.

Namun, ada juga yang mengatakan bahwa pocong dapat melayang.


Baca juga: Contoh Mitos


Hal-Hal tentang Hantu Pocong yang Dipercayai Masyarakat

Rumor-rumor mistis yang beredar dari mulut ke mulut di masyarakat mengatakan banyak hal tentang hantu pocong.

Berikut adalah beberapa di antaranya.

1. Pocong Dijadikan ‘Penglaris’

Pernahkah kamu mendengar tentang rumah makan yang menggunakan ‘penglaris’ agar ramai dikunjungi orang?

Biasanya, rumah makan ini memiliki sejumlah keanehan tertentu.

Salah satunya adalah makanan yang dihidangkan hanya akan terasa enak jika dimakan di tempatnya.

Jika dibawa ke rumah, rasanya akan jauh berbeda.

Hantu pocong dikatakan merupakan salah satu jin yang berfungsi sebagai penglaris di tempat-tempat tertentu.

2. Jangan Menatap Matanya

Mata hantu pocong selalu digambarkan dengan mengerikan.

Seperti berwarna merah menyala, atau tidak memiliki bola mata, atau ditutup dengan kapas.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Menurut mitos, jika sampai kamu bertemu dengan hantu pocong, kamu tidak boleh menatap langsung matanya.

Kalau sampai menatap matanya, tubuhmu akan kaku sehingga tidak bisa bergerak sama sekali.

3. Tidak Hanya Bisa Meloncat

Meski digambarkan bergerak dengan meloncat-loncat karena kakinya terbungkus kain kafan, pocong ternyata juga digambarkan bergerak dengan macam-macam cara.

Pocong juga digambarkan bergerak dengan cara melayang atau terbang, atau kadang-kadang juga menghilang dan tahu-tahu sudah ada di hadapan seseorang.

Katanya, kalau kamu mau kabur dari kejaran pocong, kamu harus berlari dengan sangat cepat dengan arah zig zag.

4. Tidak Muncul di Keramaian

Hantu pocong dikenal hanya muncul ketika seseorang sedang sendirian.

Jika ada banyak orang, maka hantu ini tidak akan menampakkan diri.

Kalau kamu sedang di tempat angker, pastikan kamu tidak sendirian, ya!


Baca juga: Cara Mengusir Hantu yang Ada di Rumah


Pandangan Syariat Islam terhadap Mitos Hantu Pocong

Hantu pocong merupakan jelmaan dari mayat yang dibungkus kain kafan.

Dengan kata lain, mayat tersebut merupakan seorang muslim, karena syariat islam mewajibkan seseorang yang sudah meninggal dikubur dengan dibungkus kain kafan terlebih dahulu.

Namun, pandangan para ulama mengenai mitos hantu pocong ini ternyata mengatakan, bahwa ini hanyalah khayalan masyarakat saja.

Menurut para ulama, fenomena hantu pocong ini tidak bisa dibenarkan karena hal-hal berikut ini.

1. Mayat Tidak Kembali ke Dunia Setelah Dimakamkan

Kembalinya mayat ke dunia setelah dikuburkan dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Mukminun ayat 99-100.

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa ada batas yang jelas ketika seseorang sudah meninggal, antara alam barzakh dengan dunia manusia.

Mereka yang sudah meninggal tidak akan bisa kembali ke dunia.

2. Ruh Mayat Tidak Terikat di Dunia

Menurut keyakinan umat Islam, ruh seseorang yang sudah meninggal dunia akan berada di alam barzakh.

Ruh-ruh tersebut akan berada di alam tempat mereka menanti dibangkitkan kembali pada waktunya, untuk dihakimi dan diberi balasan yang setimpal oleh Allah SWT.

Para ulama berkata, bahwa adanya penampakan-penampakan yang menyerupai hantu pocong merupakan jelmaan jin yang mengganggu manusia.

Jin dalam Islam dianggap mampu menyerupai hal-hal yang dapat dirasakan, dilihat, bahkan diraba oleh manusia.

Jika kamu merupakan salah satu penikmat kisah horor Indonesia, kamu dapat membaca cerita fiksi tentang hantu pocong dalam buku Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul.

Dalam buku ini, kamu akan mengikuti perjalanan hidup Walisdi, seorang dukun ilmu hitam yang menjelma menjadi Pocong Gundul, sosok mistis terkuat yang dapat muncul bahkan hanya jika seseorang memikirkannya.

Sensasi ngeri yang ditimbulkan ketika kamu membaca kisah ini sanggup menguji adrenalin pembaca.

Segera dapatkan buku ini hanya di Gramedia.com!

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Inner Child dalam Psikologi: Pengertian, Dampak, dan Cara Menyembuhkannya

Inner Child dalam Psikologi: Pengertian, Dampak, dan Cara Menyembuhkannya

buku
Apakah Air Mawar Bisa Dijadikan Toner yang Efektif?

Apakah Air Mawar Bisa Dijadikan Toner yang Efektif?

buku
Cara Menerapkan Let Them Theory: Panduan Komprehensif untuk Hidup yang Lebih Tenang

Cara Menerapkan Let Them Theory: Panduan Komprehensif untuk Hidup yang Lebih Tenang

buku
Gaya Kepemimpinan Demokratis: Contoh, Karakteristik, Kelebihan dan Kekurangannya

Gaya Kepemimpinan Demokratis: Contoh, Karakteristik, Kelebihan dan Kekurangannya

buku
5 Hewan Langka yang Sudah Punah dan Faktor Penyebab Kepunahannya

5 Hewan Langka yang Sudah Punah dan Faktor Penyebab Kepunahannya

buku
Arti Purnawirawan dan Cara Penulisan Gelar Purnawirawan

Arti Purnawirawan dan Cara Penulisan Gelar Purnawirawan

buku
Fahd Pahdepie Luncurkan 2045 Hz, Buku tentang Frekuensi dan Arah Masa Depan Bangsa

Fahd Pahdepie Luncurkan 2045 Hz, Buku tentang Frekuensi dan Arah Masa Depan Bangsa

buku
Gejala Anxiety Disorder yang Perlu Diwaspadai

Gejala Anxiety Disorder yang Perlu Diwaspadai

buku
Apa Itu Batasan Diri? Kenali agar Hidup Lebih Tenang dan Bahagia

Apa Itu Batasan Diri? Kenali agar Hidup Lebih Tenang dan Bahagia

buku
10 Fakta Unik Burung Elang Bondol, Sang Maskot Kota Jakarta

10 Fakta Unik Burung Elang Bondol, Sang Maskot Kota Jakarta

buku
Bangun Bisnis Lebih Santai lewat Peluncuran Buku

Bangun Bisnis Lebih Santai lewat Peluncuran Buku "Bangun Bisnis Bareng AI"

buku
Mengapa Kita Harus Berpikir Positif: Manfaat dan Cara Mengubah Pola Pikir Negatif

Mengapa Kita Harus Berpikir Positif: Manfaat dan Cara Mengubah Pola Pikir Negatif

buku
10 Hewan Paling Langka di Dunia, Ada Badak Jawa hingga Leopard

10 Hewan Paling Langka di Dunia, Ada Badak Jawa hingga Leopard

buku
Rahasia Komunikasi Interpersonal yang Bikin Hubungan Makin Lancar

Rahasia Komunikasi Interpersonal yang Bikin Hubungan Makin Lancar

buku
Gift Mawar TikTok Berapa Rupiah? Yuk, Cari Tahu!

Gift Mawar TikTok Berapa Rupiah? Yuk, Cari Tahu!

buku
Apakah Air Mawar Bisa Dijadikan Micellar Water? Berikut Penjelasannya

Apakah Air Mawar Bisa Dijadikan Micellar Water? Berikut Penjelasannya

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau