Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kita Cenderung Mudah Menyalahkan Orang Lain?

Kompas.com - 04/01/2022, 10:00 WIB
Sumber Gambar: Pexels.com
Rujukan artikel ini:
Mendamaikan Konflik Batin
Pengarang: Octavia Pramono
Penulis Lika Purnama
|
Editor Almira Rahma Natasya

Seorang terapis kognitif bernama David Burns pernah melakukan serangkaian penelitian tentang distorsi kognitif.

Menurutnya, distorsi kognitif adalah pola berpikir yang keliru sehingga dapat menyebabkan tekanan psikologis.

Salah satu bentuk distorsi kognitif adalah personalization atau tindakan menyalahkan diri sendiri atas banyak hal yang tidak terjadi sesuai dengan apa yang kita kehendaki.

Namun di sisi lain, distorsi ini juga dapat berbalik dan membuat kita cenderung mudah menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi dalam hidup kita.

Alasan Mengapa Sering Menyalahkan Orang Lain

1. Menyalahkan Orang Lain Itu Mudah

Ketika berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, menyalahkan orang lain adalah taktik termudah yang dapat dilakukan untuk terbebas dari tanggung jawab.

Dengan melempar kesalahan pada orang lain, seolah-olah membuat beban yang harus ditanggung menjadi berkurang atau bahkan lenyap begitu saja.

Misalkan ketika mengendarai mobil sambil menerima telepon, lalu tiba-tiba kita menabrak mobil lain yang ada di depan.

Daripada mengakui kesalahan akibat lalai berkendara, akan lebih mudah menyalahkan pengendara lain yang mengerem tiba-tiba, atau lalu lintas padat, dan lain sebagainya.

2. Menghindari Rasa Bersalah

Saat kita gagal atau melakukan kesalahan, normalnya kita akan diliputi serangkaian perasaan bersalah yang begitu menyiksa.

Namun ketika kita melimpahkan kesalahan pada orang lain dan membuat kita tidak perlu mengemban tanggung jawab apapun, maka perasaan bersalah pun akan berkurang dan menyebabkan kita pada akhirnya akan turut meyakini bahwa kita memang tidak bersalah.

3. Melindungi Ego

Menyalahkan seseorang akan membuat kita seolah merasa lebih tinggi dan superior.

Tindakan itu juga membuat kita merasa berada di posisi orang “baik” sementara orang yang kita salahkan adalah tokoh antagonis yang “buruk”.

Beberapa orang juga menyalahkan orang lain sebagai ajang untuk menjadikan diri sendiri agar terlihat sebagai korban dan mendapatkan simpati dari orang lain.

4. Diliputi Emosi Negatif

Ketika dalam kondisi kesulitan atau merasa panik, kita akan mudah untuk diliputi emosi negatif dengan intensitas yang tinggi.

Emosi negatif ini menghalangi kita untuk berpikir jernih, sehingga membuat kita kesulitan memandang sebuah permasalahan secara objektif.

Akhirnya, kita memilih menjadikan orang lain sebagai kambing hitam untuk sesaat.

Dengan alasan-alasan tersebut, menyalahkan orang lain memang dapat membuat kita terbebas untuk sementara waktu.

Namun apabila kebiasaan ini diteruskan, maka akan berdampak buruk pada perkembangan kepribadian kita, serta berpotensi untuk menghancurkan hubungan yang kita miliki dengan orang-orang sekitar.

Oleh sebab itu, kebiasaan menyalahkan orang lain harus dihilangkan. Simak beberapa caranya di bawah ini.

Cara agar Berhenti Menyalahkan Orang Lain

1. Ambil Jeda

Ketika sesuatu terjadi, jangan buru-buru untuk langsung mengeluarkan pernyataan atau argumen demi melindungi diri sendiri.

Cobalah untuk mengambil napas panjang sambil menenangkan diri dan memikirkan baik-baik situasi apa yang sedang terjadi dan perasaan apa yang sedang meliputi, apakah itu rasa malu, takut, atau rasa cemas.

Gunakan jeda tersebut untuk menilai situasi dan pilih respon yang tepat yang tidak merugikan siapapun.

2. Anggap Kesalahan sebagai Kesempatan untuk Belajar

Tak ada yang sempurna, setiap manusia selama hidupnya pasti pernah melakukan kesalahan dan mengalami kegagalan.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Setiap kesalahan yang kita buat, entah kecil maupun besar, mengajarkan kita akan suatu hal dan memungkinkan kita untuk berkembang.

Alih-alih melihat kesalahan sebagai kegagalan untuk disalahkan pada orang lain, cobalah untuk melihatnya sebagai peluang untuk perbaikan diri.

Jadikan kesalahan tersebut sebagai renungan agar tidak terulang lagi di masa depan.

3. Jangan Malu Minta Maaf

Setelah dapat mengakui dan menerima kesalahan, hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah jangan malu untuk meminta maaf.

Tak hanya sebagai tanda “perdamaian”, dengan meminta maaf juga mengindikasikan bahwa kamu menyadari sepenuhnya atas apa yang telah kamu perbuat dan bersedia untuk bertanggung jawab.

Meminta maaf bukan berarti kamu kalah atau pecundang.

Justru kamulah pemilik hati paling lapang karena telah berhasil mengalahkan ego sendiri dengan melakukan hal yang benar.

4. Perluas Sudut Pandang

Terkadang faktor paling utama yang membuat kita mudah menyalahkan orang lain adalah karena kita hanya melihat sebuah hal dari satu sudut pandang saja, yaitu sudut pandang kita sendiri.

Sehingga seringnya kita kurang objektif dalam mengambil tindakan.

Demi mengatasi hal ini, setiap ada permasalahan yang terjadi, cobalah untuk memandangnya dari beragam sudut pandang.

Cobalah untuk memahami apa yang orang lain alami dan rasakan.

Perluas empati, serta ganti menyalahkan dengan sedikit pengertian.

Itulah alasan mengapa kita cenderung mudah menyalahkan orang lain beserta cara untuk berhenti melakukannya.

Agar tindakan untuk menyalahkan orang lain tidak berlarut-larut dan menjadi kebiasaan buruk dikemudian hari, maka kita perlu banyak belajar berbenah diri.

Salah satu metode yang tepat untuk digunakan sebagai sarana belajar memperbaiki diri adalah dengan banyak membaca buku.

Dalam hidup yang penuh dengan masalah-masalah tak terduga, terkadang tanpa sadar meninggalkan bekas begitu dalam pada alam bawah sadar kita hingga memengaruhi perilaku kita sehari-hari.

Kebiasaan menyalahkan orang lain dapat berasal dari tidak terselesaikannya luka batin yang ada dalam diri kita.

Masalah-masalah batin ini jika dibiarkan juga akan berdampak buruk karena dapat menyebabkan psikosomatis yaitu rasa tidak nyaman pada tubuh dan sakit tanpa sebab.

Sebagai rekomendasi untuk mengatasinya, buku Mendamaikan Konflik Batin karya Octavia Pramono mungkin dapat kamu jadikan bahan bacaan selanjutnya.

Berisi tentang cara-cara berdamai dengan diri sendiri, buku setebal 232 halaman ini akan memberikan kamu sudut pandang baru untuk menyelesaikan permasalahan hidup.

Ini juga merupakan buku yang sangat tepat untuk kamu baca apabila kamu sering kesulitan untuk mengambil keputusan ketika terjadi konflik.

Tak hanya itu, rasa gelisah yang kamu alami juga dapat mereda seiring dengan halaman demi halaman yang kamu baca.

Jika tertarik, buku Mendamaikan Konflik Batin kini tersedia di Gramedia.com.

Selamat membaca!

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

buku
30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

30 Kata-kata Afirmasi Positif Pagi Hari, Bikin Tambah Semangat dan Fokus Seharian

buku
Cara Melupakan Seseorang yang Tidak Bisa Kita Miliki

Cara Melupakan Seseorang yang Tidak Bisa Kita Miliki

buku
Menghadapi Quarter Life Crisis dengan Stoisisme

Menghadapi Quarter Life Crisis dengan Stoisisme

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau