Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Peninggalan Kerajaan Kediri yang Terkenal, Mulai dari Candi sampai Prasasti

Kompas.com - 25/07/2023, 14:00 WIB
 Peninggalan Kerajaan Kediri  Sumber Gambar: Gramedia.com Peninggalan Kerajaan Kediri 
Rujukan artikel ini:
Jejak Peradaban Kerajaan Hindu Jawa…
Pengarang: PRASETYA R.
Penulis Okky Olivia
|
Editor Novia Putri Anindhita

Jauh sebelum era kemerdekaan, wilayah Indonesia atau Nusantara sudah lebih dulu dikuasai oleh banyak kerajaan, dan dipimpin oleh seorang raja atau ratu.

Salah satu kerajaan yang terkenal di Nusantara adalah Kerajaan Kediri yang pusat pemerintahannya terletak di Dahanapura yang kini menjadi bagian dari wilayah Kediri, Jawa Timur.

Kerajaan Kediri adalah kerajaan bercorak Hindu yang berdiri pada abad ke-11, atau tepatnya pada tahun 1045 Masehi, dan banyak dikenal dengan nama Kerajaan Daha dan Kerajaan Panjalu.

Raja pertama Kerajaan Kediri adalah Sri Samarawijaya, sementara puncak kejayaan kerajaan ini diraih pada masa pemerintahan Raja Jayabaya (1135 – 1159 M).

Sayangnya, kerajaan ini mulai mengalami kemunduran sampai akhirnya runtuh pada tahun 1222 Masehi setelah mendapat serangan dari Ken Arok.

Untuk mengingatkan kembali mengenai eksistensi kerajaan ini di Nusantara, berikut adalah beberapa peninggalan Kerajaan Kediri yang perlu kamu ketahui.

7 Peninggalan Kerajaan Kediri

1. Candi Penataran

Candi Penataran berlokasi di lereng barat daya Gunung Kelud, atau lebih tepatnya di Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Menurut Kitab Negarakertagama, Candi Penataran juga disebut sebagai Candi Palah.

Candi ini sengaja dibangun untuk memuja Hyang Acalapati atau Raja Gunung (Girindra) dalam kepercayaan atau ajaran Siwa.

Berdasarkan tulisan yang terdapat di salah satu batunya, candi ini diduga dibangun pada awal abad ke-12 atas perintah Raja Srengga dari Kerajaan Kediri.

2. Prasasti Sirah Keting

Prasasti Sirah Keting ini ditemukan di wilayah Ponorogo, Jawa Timur, dan diduga dibangun pada sekitar tahun 1126 Saka atau 1204 Masehi.

Sama seperti prasasti pada umumnya, Prasasti Sirah Keting ini juga ditulis di atas sebuah batu dengan ukuran persegi panjang, tulisannya menggunakan aksara Jawa Kuno.

Prasasti yang kini dapat ditemukan di Museum Nasional Jakarta ini menyebutkan tentang kisah Sri Jayawarsa Digwijaya Sastraprabhu yang menghadiahi tanah kepada para rakyatnya.

Dari Prasasti ini, diketahui bahwa Sri Jayawarsa Digwijaya Sastraprabhu adalah raja yang memiliki kekuasaan terpisah dari Kerajaan Kediri, tepatnya di wilayah sekitar Madiun dan Ponorogo, sementara Kerajaan Kediri saat itu dipimpin oleh Raja Kameswara (1184-1194).

3. Candi Tondowongso

Candi Tondowongso atau situs Tondowongso ditemukan pada tahun 2007 di Dusun Tondowongso, Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur.

Situs Tondowongso adalah sebuah kompleks candi dengan ukuran besar yang dipercaya dibangun pada awal masa Kerajaan Kediri, yakni pada sekitar abad ke-11.

Tidak hanya bangunan candi, di situs ini juga ditemukan berbagai macam arca seperti Arca Agastya, Arca Nandi, Arca Brahma, dan masih banyak lagi.

4. Kitab Smaradahana

Kitab Smaradahana ditulis pada zaman Raja Kameswari oleh Mpu Darmaja yang terkenal dengan karya buatannya, yakni Cerita Panji.

Isi Kitab Smaradahana ini menceritakan tentang sepasang suami istri yakni Smara dan Rati yang menggoda Dewa Syiwa saat sedang bertapa.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Karena perbuatannya, Smara dan Rati akhirnya terkena kutukan dan mati terbakar di api karena kesaktian yang dimiliki Dewa Siwa.

Beruntungnya, mereka bisa dihidupkan kembali dan nantinya menjelma sebagai Kameswara (Raja Kediri) dan permaisurinya.

5. Prasasti Kamulan

Sama seperti namanya, Prasasti Kamulan ditemukan di Desa Kamulan, Trenggalek, Jawa Timur pada 1194 Masehi.

Saat ini Prasasti Kamulan telah menjadi salah satu koleksi di Museum Wajakensis di wilayah Tulungagung, Jawa Timur.

Prasasti Kamulan ini diperkirakan telah dibuat pada masa pemerintahan Raja Kertajaya (1194-1222).

Pesan yang tertulis pada prasasti ini adalah tentang sejarah berdirinya Kabupaten Trenggalek pada Agustus 1194, bagaimana jalannya roda pemerintahan Raja Kertajaya, dan kisah penyerangan Kerajaan Kediri yang dilakukan oleh salah satu kerajaan yang berada di sebelah timur.

6. Kitab Kakawin Bharatayudha

Kitab Kakawin Bharatayudha adalah karangan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada tahun 1157, dan termasuk salah satu peninggalan Kerajaan Kediri yang paling terkenal.

Kitab ini menceritakan tentang sebuah perang saudara antara Kaum Pandawa dan Kurawa yang masih merupakan keturunan dari Bharata.

Kitab ini ditulis pada masa kekuasaan Raja Jayabaya (1135 – 1159 M) dan selesai pada 6 November 1157 Masehi, pembuatan kitab ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai terjadinya peperangan antara Panjalu dan Jenggala.

7. Prasasti Ngantang

Prasasti Ngantang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Kediri yang dibuat pada tahun 1194 Masehi.

Prasasti ini bercerita tentang pemberian atau pembebasan pajak tanah yang dilakukan oleh Raja Jayabaya untuk Desa Ngantang karena telah dengan sukarela mengabdi pada Kerajaan Kediri.

Kalau penasaran, kamu bisa melihat prasasti ini secara langsung di Museum Nasional, Jakarta.

Itu dia beberapa peninggalan dari Kerajaan Kediri yang pernah berdiri di Nusantara beberapa abad yang lalu.

Selain Kerajaan Kediri, masih ada banyak kerajaan bercorak Hindu yang terkenal misalnya seperti Kerajaan Kutai, Kerajaan Singasari, Kerajaan Mataram Kuno, dan masih banyak lagi.

Kamu bisa temukan kisah-kisah sejarah kerajaan Hindu di Nusantara dalam buku Jejak Peradaban Kerajaan Hindu Jawa 1042-1527 M karya Prasetya R.

Buku ini akan membahas beberapa jejak peradaban kerajaan Hindu di tanah Jawa yang berdiri pada tahun 1042 sampai 1527 Masehi, mulai dari Kerajaan Medang sampai Majapahit.

Diawali dengan penjelasan mengenai asal usul munculnya Dinasti Hindu di Jawa, penaklukan Kerajaan Kediri, kisah kejayaan Kerajaan Singasari, sampai keruntuhan Dinasti Hindu.

Dengan membaca buku ini, kamu akan menemukan banyak fakta menarik mengenai kerajaan di Nusantara dan sekaligus bisa menambah wawasan tentang sejarah Indonesia di masa lampau.

Kalau penasaran, buku ini bisa kamu dapatkan di Gramedia.com.

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau