Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Penyebab Kenapa Bayi Sering Ngulet

Kompas.com - 26/01/2023, 10:00 WIB
 Kenapa Bayi Sering Ngulet Sumber Gambar: Freepik.com Kenapa Bayi Sering Ngulet
Rujukan artikel ini:
Panduan Tumbuh Kembang Bayi 0-12…
Pengarang: Danis Widyastuti, Retno Widyani
|
Editor Puteri

Kebiasaan ngulet atau meregangkan tubuh biasanya dilakukan oleh sejumlah orang setiap bangun tidur.

Selain orang dewasa, ngulet juga kerap jadi kebiasaan yang dilakukan oleh bayi terutama saat memasuki usia 2 hingga 3 bulan.

Ngulet menjadi salah satu cara yang bisa dilakukan manusia untuk membuat tubuh menjadi lebih rileks dan tidak kaku ketika bangun tidur.

Adapun bayi sering ngulet termasuk hal yang wajar sebagai bentuk perkembangan keterampilan motorik.

Meski begitu, kebiasaan tersebut juga bisa jadi merupakan tanda bahwa ada yang tidak normal pada tubuh bayi.

Untuk lebih memahami kenapa bayi sering ngulet, simak penjelasannya di bawah ini.

Penyebab Bayi Sering Ngulet

Secara umum, kebiasaan bayi sering ngulet terjadi sebagai bentuk dari upaya untuk meregangkan otot-otot bayi yang tegang, seperti setelah tidur atau digendong terlalu lama.

Gerakan ngulet juga dapat memperkuat otot bayi, membantunya berguling atau mengubah posisi tidurnya.

Selain itu, penyebab bayi sering ngulet juga dapat terjadi karena si kecil sedang bersiap untuk buang air besar.

Meski termasuk sebagai kebiasaan yang normal, penyebab bayi sering ngulet juga bisa menjadi pertanda ada hal yang tidak normal dalam tubuhnya.

Adapun penyebab dari kebiasaan bayi sering ngulet yang perlu diwaspadai, yaitu:

1. Bayi Kembung

Ketika bayi ngulet hingga badannya melengkung disertai dengan sering kentut dan sendawa, maka kemungkinan ia mengalami perut kembung.

Oleh karena itu, bayi jadi sering ngulet agar dapat mendorong keluar gas yang menumpuk dalam perut.

Kondisi tersebut masih wajar terjadi selama bayi tidak rewel dan kesakitan.

2. Adanya Kolik atau Refluks

Penyebab bayi sering ngulet disertai dengan menangis terus menerus lebih dari 3 jam perlu diwaspadai, karena kemungkinan adanya kolik atau refluks dalam tubuhnya.

Kolik merupakan kondisi pencernaan yang tidak baik, berupa adanya kandungan gas di dalam perut sehingga membuat bayi tidak nyaman.

Jika bayi sering ngulet juga dibarengi dengan gerakan hingga badannya melengkung, hal itu dapat menjadi pertanda bahwa si kecil kesulitan mencerna makanan.

Ketika kondisi tersebut berlangsung terus-menerus disertai tangisan keras dan diikuti demam, maka segeralah berkonsultasi ke dokter.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

3. Cerebral Palsy

Cerebral palsy merupakan penyakit yang menyebabkan gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh.

Kondisi tersebut dapat diketahui sejak dini dilihat dari kebiasaan ngulet ketika bayi.

Jika bayi sering ngulet dan melengkungkan tubuhnya, maka hal tersebut mungkin menjadi tanda awal dari cerebral palsy.

Secara umum, terdapat dua gerakan melengkungkan punggung yang dapat menjadi indikator seorang anak mengidap cerebral palsy, yaitu refleks labirin tonik dan refleks tonik asimetris.

Refleks labirin tonik merupakan keadaan tubuh bayi melengkung ke belakang dan kaki kaku selama beberapa bulan pertama.

Sementara refleks tonik asimetris, yaitu saat bayi melengkungkan tubuh ke belakang dan memutar kepalanya.

Biasanya, kondisi tersebut juga disertai kaki yang menjulur ke sisi kepala berputar.

4. Nyeri Pada Pusar atau Tali Pusat

Penyebab bayi sering ngulet lainnya, yaitu adanya masalah berupa infeksi pada pusar atau tali pusat yang mengakibatkan nyeri.

Biasanya, bayi yang mengalami kondisi tersebut akan sering ngulet dan menangis secara bersamaan.

Selain ngulet dan menangis, gejala lain adanya nyeri pada pusar atau tali pusat bayi di antaranya pusar yang terlihat bengkak, mengeluarkan cairan berbau, atau kondisinya memerah.

5. Mengekspresikan Perasaannya

Meski bayi belum bisa bicara, tetapi ia dapat melakukan komunikasi untuk mengekspresikan perasaannya salah satunya dengan ngulet.

Penyebab bayi sering ngulet salah satunya untuk mengekspresikan perasaannya seperti menunjukkan rasa frustasi, kemarahan, rasa sakit, ataupun emosi-emosi lainnya.

Lewat bahasa tubuh yang dilakukannya, bayi melakukan komunikasi untuk memberitahu kepada orang dewasa tentang hal-hal yang tidak nyaman dalam tubuhnya.

Nah, itulah penyebab kenapa bayi sering ngulet yang perlu kamu ketahui dan pahami.

Setelah mengetahui kebiasaan bayi sering ngulet di atas, tentunya hal tersebut diharapkan mampu membuat kita lebih mengenali gerak tubuh bayi dengan lebih baik.

Untuk lebih mengenali perkembangan pertumbuhan bayi, kamu juga dapat membaca buku Panduan Tumbuh Kembang Bayi 0-12 Bulan.

Buku ini cocok dibaca untuk kamu yang belum menjadi orang tua maupun telah memiliki anak untuk dapat lebih mengenali kemampuan si kecil.

Dalam buku ini juga akan membimbing kamu untuk menentukan strategi parenting yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

Tertarik mengenali perkembangan tumbuh kembang anak dengan lebih maksimal? Baca buku Panduan Tumbuh Kembang Bayi 0-12 Bulan yang bisa kamu beli di toko buku Gramedia atau secara online melalui Gramedia.com.

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau