Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Kapal Pesiar Wilhelm Gustloff, Tragedi Maritim yang Dilupakan Dunia

Kompas.com - 18/11/2021, 19:48 WIB
Sumber foto : Pixabay
Rujukan artikel ini:
Salt to the Sea
Pengarang: Ruta Sepetys
|
Editor Ratih Widiastuty

Ketika pertama kali film Titanic ditayangkan pada akhir tahun 1997, sambutan yang diterimanya begitu gegap gempita.

Para sineas memujinya sebagai sinema terbaik, karya terhebat, juga film yang dibuat dengan cerdas dan mengagumkan.

Tak tanggung-tanggung, 4 penghargaan Golden Globe dan 11 piala Oscar pun berhasil diboyong, belum lagi sederet penghargaan lainnya yang daftarnya terlalu panjang untuk disebutkan.

Tak ayal, kepopuleran itu membuat sejarah kapal Titanic dikenal cukup luas.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kapal mewah yang digadang-gadang mustahil tenggelam itu ternyata mengalami nasib buruk pada pelayaran pertamanya, dimana hantaman ke gunung es membuatnya karam dan menewaskan 1.500 penumpang, hingga membuat peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tragedi paling terkenal dalam sejarah dunia maritim.

Namun, tak banyak yang tahu bahwa 33 tahun setelah Titanic terkubur di samudera, ada satu kapal mewah lain yang mengalami kejadian serupa, bahkan dengan nasib yang jauh lebih tragis.

Wilhelm Gustloff adalah kapal pesiar asal Jerman yang awalnya dijadikan arena berlibur bagi para pendukung Nazi.

Namun, di tengah kecamuk Perang Dunia II, kapal tersebut dialihfungsikan menjadi armada pembantu perang. Hingga akhirnya, pada tahun 1945, Wilhelm Gustloff ditugaskan untuk mengangkut pengungsi dari Pelabuhan Gotenhafen di Prusia Timur ke Jerman.

Kisah tentang Wilhelm Gustloff jarang dicantumkan dalam buku-buku sejarah, bahkan beberapa sejarawan berpendapat bahwa itu terjadi karena Adolf Hitler berusaha keras meredam semua berita buruk demi bisa menyelamatkan nama Reich Ketiga yang mulai pesimis akan memenangkan perang.

Imbasnya masih terasa sampai sekarang, karena peristiwa kapal nahas itu hanya disebutkan sekilas-sekilas seolah tidak penting.

Karena itulah kita patut berterima kasih kepada Ruta Sepetys, penulis keturunan Lituania kelahiran Amerika, yang mendedikasikan hidupnya untuk menuliskan bagian-bagian sejarah yang nyaris tersamarkan oleh waktu.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Berkat novelnya yang berjudul Salt to the Sea, Sepetys sukses mengangkat Wilhelm Gustloff ‘ke permukaan’, memperkenalkannya kepada para penyuka literasi terutama pembaca dewasa muda.

Kisah novel ini terbagi dalam empat sudut pandang tokoh utama remaja yang berasal dari negara serta latar belakang berbeda yaitu, Joana yang merupakan seorang perawat asal Lituania, ada Florian, seorang pengembara asal Prusia, lalu Emilia, seorang gadis asal Polandia, dan Alfred, seorang serdadu asal Jerman.

Walaupun terdengar rumit dan pembaca harus bergantian menatap dunia yang tersaji lewat mata yang berbeda, Sepetys menggunakan diksi yang lugas dan sederhana, sehingga kita bisa dengan mudah diajak meresapi jalan ceritanya.

Sepetys juga mampu menggambarkan kengerian perang yang harus dihadapi para tokoh, menceritakan betapa besarnya keinginan mereka untuk menyelamatkan diri, dan betapa mereka dipaksa keadaan untuk bisa bersikap dewasa.

Lewat bermacam peristiwa menegangkan demi bisa bertahan hidup, dan setelah bersaing dengan ribuan pengungsi lain, keempat tokoh tersebut bersua di Wilhelm Gustloff, tanpa tahu bahwa kapal itu mungkin akan menjadi tempat mereka meregang nyawa.

Butuh tiga kali tembakan torpedo dari kapal selam Rusia untuk membuat Wilhelm Gustloff tenggelam.

Sekitar 10.000 penumpang dimana setengahnya anak-anak, menjadi korban keganasan perang di Laut Baltik.

Karena itulah peristiwa ini disebut sebagai bencana paling mematikan dalam sejarah maritim.

Riset yang dilakukan Sepetys untuk menulis Salt to the Sea tidaklah main-main karena butuh waktu bertahun-tahun baginya melakukan perjalanan ke setengah lusin negara berbeda untuk bisa menyelesaikan naskah itu.

Usahanya tidak sia-sia, Salt to the Sea telah diterbitkan pada 60 negara dan diterjemahkan ke dalam 40 bahasa.

Novel tersebut juga menerima banyak penghargaan literasi seperti Carnegie Medal, Golden Kite Award, dan Audie Award.

Terakhir pada Agustus 2021, Majalah Time juga memasukkan Salt to the Sea sebagai salah satu dari 100 novel young adult terbaik sepanjang masa.

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau