Bung Karno yang merupakan nama panggilan Soekarno adalah presiden pertama Indonesia, yang selain menjadi pemimpin besar bangsa ini, juga terkenal mempunyai kharisma yang tinggi.
Soekarno merupakan putra pertama dari Raden Soekemi Sosrodihardjo, putra seorang tokoh alim ulama terkenal golongan ningrat rendah dan Ida Ayu Nyoman Rai Serimben, putri keluarga golongan elite dari banjar atau dusun kecil Bale Agung di Buleleng.
Kisah asmara Soekarno dimulai ketika dia meneruskan sekolah HBS di Surabaya, tepatnya ketika dia menumpang kos di rumah Raden Haji Oemar Said Tjokroaminoto.
Mungkin banyak dari kalian yang hanya mengetahui jika istri Pak Soekarno adalah Ibu Fatmawati.
Namun, sebenarnya Soekarno memiliki beberapa istri dengan berbagai kisah cintanya.
Penasaran ada berapa istri dari Pak Soekarno? Simak penjabarannya berikut ini.
Siti Oetari Tjokroaminoto merupakan putri dari Tjokroaminoto.
Tidak diketahui kapan tepatnya Soekarno membuat ikatan dengan Oetari, mereka menikah dengan cara kawin gantung.
Hanya saja di dalam buku Soekarno, Sebuah Biografi, disebutkan bahwa Tjokroaminoto sudah menjadi mertuanya ketika Soekarno mendaftar untuk studi insinyur di Sekolah Tinggi Teknik (sekarang ITB) pada tahun 1920.
Soekarno sendiri sudah menganggap Oetari seperti adik sendiri yang saat itu berusia 16 tahun.
Perkawinan ini dibatalkan pada Desember 1922, setelah Soekarno menjalin hubungan kasih dengan ibu kosnya yang cantik dan berusia 15 tahun lebih tua dari dirinya.
Inggit Garnasih merupakan ibu kos saat Soekarno menempuh pendidikan di Bandung.
Pada tahun 1923, Soekarno yang berusia 22 tahun menikahi Ibu Inggit yang berusia 37 tahun dan pernikahan ini berlangsung sampai tahun 1943.
Ibu Inggit menemani Soekarno selama di rumah pengasingan di Ende.
Pernikahan mereka berakhir karena Ibu Inggit tidak mau dimadu ketika Soekarno memutuskan untuk menikahi Fatmawati.
Dari pernikahanya ini, Soekarno memiliki satu putri angkat yaitu Ratna Djuami.
Saat masa pembuangannya di Bengkulu, Soekarno bertemu dengan Fatmawati, seorang anak tokoh Muhammadiyah.
Pada 22 Agustus 1943, Soekarno menikahi Fatmawati, yang memiliki nama asli Fatimah.
Fatmawati saat itu berusia 20 tahun, sementara Soekarno berusia 42 tahun.
Selama masa pendudukan Kota Jakarta, Fatmawati menjadi istri Soekarno yang ketiga, dan melahirkan kelima orang anaknya, yaitu Muhammad Guntur Soekarno Putra, Megawati Soekarno Putri, Rachmawati Soekarno Putri, Sukmawati Soekarno Putri, dan Guruh Soekarno Putra.
Dua hari setelah Fatmawati melahirkan Guruh Soekarno Putra, Soekarno meminta izin untuk menikahi Hartini.
Hartini yang saat itu berusia 29 tahun, merupakan janda lima orang anak yang dinikahi Soekarno.
Hartini mempunyai peran penting dalam menjalin hubungan baik antara Indonesia dengan Amerika Serikat.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Menurut buku Soekarno, Arsitek Bangsa, Hartini terkenal dengan pikirannya yang kekiri-kirian, dan beliau diangkat menjadi pelindung dari berbagai konferensi internasional yang berinspirasi komunis.
Dari pernikahan dengan Hartini, Soekarno mempunyai dua orang anak, yaitu Bayu Soekarno Putra dan Taufan Soekarno Putra.
Hartini tetap setia mendampingi Soekarno bahkan sampai saat beliau menghembuskan nafasnya terakhir di Wisma Yaso, Jakarta, atau sekarang menjadi Museum Satria Mandala.
Soekarno mengagumi Kartini Manoppo lewat lukisan Basuki Abdullah.
Pernikahan mereka dilakukan secara diam-diam karena pada waktu itu Soekarno masih mempunyai dua orang istri.
Selain itu, Kartini Manoppo juga berasal dari keluarga yang terpandang dan berpendidikan, sehingga pernikahan mereka ditutup rapat.
Dari pernikahan ini, lahir seorang putra bernama Totok Suryawan Soekarno Putra.
Setelah dua kali kunjungan ke Jepang demi mempererat hubungan ekonomi dengan Indonesia, Soekarno bertemu dengan gadis Jepang bernama Naoko Nemoto yang berusia 19 tahun.
Beliau lalu mulai berkorespondensi dengannya, kemudian mengundangnya untuk datang ke Indonesia.
Pada tanggal 3 Maret 1962 mereka pun akhirnya menikah.
Nama Naoko Nemoto kemudian diganti menjadi Ratna Sari Dewi dan menjadi warga negara Indonesia.
Dari pernikahannya tersebut lahir seorang putri yang diberi nama Karina Kartika Sari Dewi Soekarno.
Di tahun 1963, Soekarno menikah dengan Haryati (23 tahun), Sekretaris Kesenian asal Jawa Timur yang sekaligus seorang penari.
Pernikahan mereka hanya berlangsung selama tiga tahun dengan alasan ketidakcocokan dan mereka dikaruniai seorang putri bernama Ayu Gembirowati.
Soekarno bertemu dengan Yurike saat ia masih duduk di bangku SMA kelas 2 saat penyambutan kepresidenan di Jakarta pada tahun 1963.
Mereka kemudian berpacaran dan menikah di tahun 1964 dan bercerai baik-baik di tahun 1967.
Heldy Jafar masih berusia 18 tahun ketika menikahi Soekarno yang saat ini menginjak usia 66 tahun.
Pernikahan ini hanya berlangsung singkat karena kondisi politik Indonesia yang tengah memanas.
Begitulah kisah percintaan Soekarno yang tidak biasa.
Kharismanya yang besar tidak hanya berpengaruh pada sejarah tetapi juga pada perempuan yang pernah dekat dengan beliau.
“Bung Karno jelas figur bersejarah. Salah satu kriteria apakah seseorang itu figur sejarah atau bukan adalah ada tidaknya pengaruh yang ditinggalkan dan pengaruh itu berdampak permanen bagi kehidupan bangsa dan negaranya. Bung Karno meninggalkan pengaruh yang permanen itu. Di antaranya perasaan dan kesadaran kebangsaan kita, perasaan dan kesadaran keindonesiaan kita, kesadaran kita sebagai bangsa untuk tidak menjiplak begitu saja dari dunia luar, melainkan menggelutinya secara kritis dan menjadikannya bahan untuk pengembangan Indonesia“(St. Sularto, Syukur Tiada Akhir, Jejak Langkah Jakob Oetama. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2011).
Buku-buku tentang Soekarno, termasuk salah satunya Soekarno, Sebuah Biografi bisa kamu temukan di Gramedia.com!
Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.