Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengertian Gaya Bahasa dan Klasifikasinya

Kompas.com - 13/06/2022, 10:00 WIB
Pengertan Gaya Bahasa Sumber Gambar: Canva Pengertan Gaya Bahasa
Rujukan artikel ini:
Cantik Itu Luka
Pengarang: Eka Kurniawan
Penulis Renny Novita
|
Editor Almira Rahma Natasya

Bahasa bisa menjadi tolak ukur kesopanan di dalam masyarakat, selain itu dapat mengukur kedalaman pengetahuan dan bahkan tingkat pendidikan seseorang. Baca selengkapnya terkait Hakikat Bahasa.

Kajian bahasa sendiri terdapat berbagai macam, di antaranya ilmu tentang bunyi, kata, makna, kalimat, gaya bahasa, dan diksi.

Jika kamu seorang penulis maupun pembicara, ilmu ini akan menjadi sangat penting untuk dipelajari, karena kamu harus mampu menghasilkan karya yang baik dan dapat dipahami pendengar atau pembaca, dengan memilih kata yang sesuai dengan gaya mereka dan mudah diterima di masyarakat.

Begitu pula dengan pemilihan gaya bahasa di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga membuat setiap orang mungkin memiliki gaya bicara dan bahasa yang berbeda, yang dipengaruhi oleh lingkungan tempat seseorang tinggal.

Lalu, apa sebenarnya gaya bahasa dan apa saja klasifikasinya?

Pengertian Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan bagian dari pilihan kata (diksi) yang membahas sesuai atau tidaknya pemakaian kata, frasa, dan klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu.

Dengan demikian pemilihan kata yang dipergunakan menjadi sangat penting.

Selain agar pihak yang ingin kita tuju melalui pesan yang kita sampaikan dapat mengerti, gaya bahasa juga terkadang menjadi acuan untuk menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang.

Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian terhadap orang tersebut, dan begitu pula sebaliknya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian gaya bahasa yang lain adalah sebuah cara orang untuk mengungkapkan pemikirannya melalui bahasa secara khas dengan memperhatikan kepribadian dan kondisi jiwa si pemakai bahasa.


Baca juga: Pengertian Kata Serapan


Klasifikasi Gaya Bahasa Berdasarkan Non Bahasa

Menurut Gorys Keraf, seorang ahli bahasa ternama di Indonesia, gaya bahasa dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian dan salah satunya adalah berdasarkan segi non bahasa.

Gaya bahasa berdasarkan non bahasa kemudian dibagi lagi menjadi tujuh bagian, di antaranya:

1. Berdasarkan Penulis

Setiap penulis mempunyai cara menuangkan kata ke dalam tulisan, dan penulis yang hebat bahkan dapat memengaruhi orang-orang sehingga membentuk sebuah aliran.

Contohnya saja Edgar Allan Poe, The Bronte, Sutan Takdir Alisyahbana, dll.

2. Berdasarkan Masa

Setiap masa mempunyai ciri-ciri tertentu yang hanya berlangsung dalam kurun waktu tertentu.

Contohnya gaya lama, gaya klasik, dan gaya modern.

3. Berdasarkan Medium

Gaya bahasa ini tergantung pada bahasa yang mempunyai peranan besar.

Bahasa Inggris jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka akan mempunyai gaya yang berbeda meskipun mempunyai pengertian yang sama.

4. Berdasarkan Subjek

Subjek yang dimaksudkan di sini adalah tema yang diangkat menjadi pokok permasalahan dalam tulisan.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Dari sini maka lahirlah gaya bahasa filsafat, didaktik, populer, atau ilmiah.

5. Berdasarkan Lokasi

Setiap lokasi atau daerah memiliki ciri kedaerahan masing-masing berdasarkan lokasi geografis yang memengaruhi ungkapan dan ekspresi bahasa.

Misalnya gaya bahasa Jawa Barat, gaya Jakarta, gaya Surabaya, dan lain-lain.

6. Berdasarkan Audiens atau Pembaca

Jenis pembaca yang menjadi target sasaran juga memengaruhi gaya yang dipergunakan penulis.

Misalnya gaya penulisan di blog pribadi akan berbeda dengan gaya penulisan di media nasional.

7. Berdasarkan Tujuan

Gaya bahasa yang terakhir adalah berdasarkan pada maksud yang ingin disampaikan penulis, seperti misalnya gaya diplomatis, sarkastik, humoris, atau sentimental.

Penulis Indonesia yang Membawa Udara Baru dalam Dunia Sastra

Banyak penulis Indonesia yang dengan karyanya mendekatkan kita kembali ke dunia sastra Indonesia.

Salah satunya adalah Eka Kurniawan yang sangat berbakat dan sudah menulis banyak novel dengan berbagai judul.

Judul novelnya yang sangat terkenal adalah Cantik itu Luka yang telah diterjemahkan ke dalam 34 bahasa dan bahkan disebut sebagai novel berkelas dunia.

Selain jalan ceritanya yang menarik, pemilihan gaya bahasa yang dipakai oleh penulis juga dapat membawa imajinasi kita melayang pada peristiwa yang terjadi di masa kependudukan Belanda atas Indonesia.

Novel ini menceritakan seorang tokoh perempuan yang bernama Dewi Ayu yang lahir dari pasangan ibu seorang Nyai dan bapaknya yang seorang Belanda.

Di akhir masa kolonial, kondisi memaksa Dewi Ayu bekerja sebagai pelacur dan ia mempunyai empat orang anak.

Ketika dia hamil anaknya yang keempat, dia berharap anaknya yang lahir ini buruk rupa dan tidak seperti ketiga orang kakaknya.

Keinginannya terkabul karena anak keempatnya ini digambarkan sebagai anak perempuan yang buruk rupa.

Namun, bertolak belakang dengan kondisi fisiknya, anak yang keempat justru diberi nama Si Cantik.

Hal yang menarik dari cerita ini tentu saja selain tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita, juga jalan kehidupan yang dialami oleh Dewi Ayu, dan bagaimana keluarga mereka mengambil sebuah keputusan yang mungkin tidak lazim bagi orang banyak.

Mengambil latar belakang pada akhir masa penjajahan Belanda, kedekatan cerita dengan sejarah tergambar sangat realistis.

Walau begitu, lokasi yang menceritakan kehidupan si tokoh utama dan tokoh lainnya, yaitu Halimunda, merupakan fiksional atau tidak nyata.

Kamu bisa menemukan Novel Cantik itu Luka di toko buku Gramedia terdekat di kotamu atau kamu bisa dengan mudah menemukannya di Gramedia.com.

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com