Waroeng Kemarang: Memori tentang Tamansuruh, Masa Kecil, dan Keluarga

Lihat Foto
Sumber Foto: Dok. Bhuana Ilmu Populer
Rujukan artikel ini:
Kembali Ke Desa
Pengarang: Oryza A. Wirawan
|
Editor: Almira Rahma Natasya

“Aku ingin memakai sebuah nama yang mudah dikenali, dimengerti,

dan dipahami. Ada nilai-nilai dalam sebuah nama. Itulah mengapa

aku harus memilih nama yang orisinal dan tak menyerupai nama

di tempat lain. Obsesi terhadap tradisi Osing membawaku pada

satu nama yang disepakati keluarga, yaitu Kemarang. Tepatnya,

Waroeng Kemarang”.

Ini bahasa Osing yang berarti tempat nasi atau wakul.

Bagi suku Osing, kemarang adalah simbol kemakmuran dalam keluarga.

Setiap keluarga yang memiliki kemarang berarti kebutuhan makanannya selalu terpenuhi.

Kemarang juga identik dengan suasana persawahan produktif di desaku.

Nama itu semakin pas, karena mirip dengan nama dukuh yang menjadi lokasi tempat usaha kami, yaitu Dukuh Lemarang.

Waroeng Kemarang memang dibuka untuk kegiatan bisnis, terutama saat aku pensiun.

Namun penting untuk diketahui: tempat ini bukan sekadar rumah makan.

Ini juga ikhtiarku merawat kenangan.

Pensiun di Desa

Saat aku memutuskan kembali ke desa setelah pensiun, seluruh memori tentang Tamansuruh, masa kecil, keluarga, dan sekian momentum yang membentuk kehidupanku langsung terungkit kembali.

Itulah kenapa kemudian seluruh aktivitas dan ornamen di Waroeng Kemarang bertautan dengan nostalgia masa kecil dan remajaku saat tinggal di desa.

Aku ingin menjadikan kenangan-kenangan itu sebagai ikon restoran.

Aku merasa ada nilai dan citra tradisi Banyuwangi di dalam memori itu.

Persawahan dengan teraseringnya bagai menu utama di rumah makan Waroeng Kemarang, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Suasana perdesaan seperti di Ubud, Bali, menjadi konsep utama Waroeng Kemarang.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Kuliner Banyuwangi kian komplit dengan kehadiran warung ini.

Waroeng Kemarang menyediakan menu khas Jawa Timur.

Bagi yang ingin berwisata kuliner, menyambangi warung ini rasanya komplet karena di sana tersedia beragam penganan.

Mulai sego tempong, rujak soto, pelasan, uyah asem, sego janganan, pecel pitik, kopi lethek, hingga sumping dan kucur.

Selain berkembara lidah, pelancong dapat memanfaatkan dekorasi rumah makan itu untuk berfoto.

Gaya bangunannya yang khas Jawa menjadi bingkai gambar yang unik.

Di bagian luar ruangan, warung ini dihiasi dengan taman-taman kecil.

Warung itu terdiri atas dua ruangan.

Bagian atas adalah ruangan semi-outdoor dengan bangunan menyerupai joglo.

Joglo itu diklaim menjadi rumah adat Osing—suku di Banyuwangi—terbesar.

Suasana Jawa kental terasa karena sepanjang warung buka, musik dan kesenian tradisional seperti angklung paglak, gandrung, barong, dan gamelan akan ditampilkan langsung.

Di balik Waroeng Kemarang ada sosok Wowok Meirianto dan Ririt Chryssantien, pemrakarsa sekaligus pemilik.

Wowok Meirianto, seorang anak desa di Banyuwangi yang dilahirkan dari seorang guru sekolah dasar negeri yang hidup di desa, dengan ekonomi pas-pasan.

Namun gemblengan disiplin dan kerja keras serta kreatif, selama ngekos untuk bersekolah di kota Banyuwangi dan kuliah di Surabaya, menjadikan ia meraih gelar insinyur.

Kemudian, ia merantau ke luar kota, luar Jawa, dan bertugas ke luar negeri, sebelum akhirnya pada usia ke-58, pensiun kembali ke desa di Banyuwangi.

Pengalaman Inspiratif untuk Kembali ke Desa

Kembali ke Desa berisi pengalaman-pengalaman terbaik (best practise) yang sangat inspiratif, kreatif, dan menarik, sehingga mampu bersaing dalam kehidupan di kota, di luar kota, bahkan luar negeri, sampai akhirnya pensiun, kembali ke desa, membuat usaha destinasi wisata kuliner, seni budaya, dan sejarah di desa tempatnya dibesarkan.

Kembali ke Desa bukan sekadar kisah nyata yang dapat menjadi pelajaran dan inspirasi, namun juga membangun dan mengangkat destinasi kuliner, seni, dan budaya di Banyuwangi.

Daya tarik utama pariwisata Indonesia adalah pariwisata berbasis budaya, diikuti dengan pariwisata berbasis alam dan pariwisata berbasis buatan manusia.

Semoga buku ini dan dapat dijadikan salah satu cerminan, motivasi, dan insipirasi bagi pembaca.

Buku Kembali ke Desa dapat dibeli di Gramedia.com. Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa ada minimal pembelian. Klik di sini untuk segera dapatkan vouchernya.

TAG:

Terkini
Lihat Semua
Jelajahi