Kemahiran Eka Kurniawan dalam menulis tak perlu diragukan lagi, mengingat karyanya telah meraih berbagai penghargaan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Beberapa bukunya pun telah dicetak ulang berkali-kali dan tetap menjadi incaran bagi pembaca yang akrab dengan tulisannya. Gaya bahasa yang ia gunakan juga mampu memenuhi selera baca para pengagum karya sastra.
Tak heran jika nama Eka Kurniawan begitu melekat dalam dunia sastra Indonesia dan internasional. Untuk lebih memahami sosok di balik karya-karya fenomenal tersebut, mari kita telusuri profil dan perjalanan karier Eka Kurniawan yang penuh inspirasi beserta karya-karya terbaiknya.
Profil dan Perjalanan Karier Eka Kurniawan
Sastrawan dengan segudang prestasi yang membanggakan ini lahir pada 28 November 1975 di Tasikmalaya, Jawa Barat, dan menyelesaikan pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada, menjadi lulusan Fakultas Filsafat. Saat ini, Eka Kurniawan menetap di Jakarta bersama istrinya, Ratih Kumala, yang juga seorang penulis novel, serta putri mereka.
Perjalanan Eka Kurniawan di dunia sastra dimulai pada tahun 1999 dengan karyanya berupa skripsi berjudul Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis. Skripsi tersebut kemudian diterbitkan oleh Yayasan Aksara Indonesia.
Nama Eka Kurniawan semakin dikenal luas ketika sejumlah karyanya berhasil menembus panggung internasional. Sosoknya juga pernah menjadi sorotan beberapa media besar dunia, seperti The Economist, The Straits Times, dan The Sun. Tak hanya profilnya, karyanya pun menarik perhatian, termasuk novel best seller-nya, Cantik Itu Luka, yang bahkan sempat diulas oleh kritikus dari The New York Times dan menjadi perbincangan di kalangan pembaca global.
Salah satu fakta menarik tentang Eka Kurniawan adalah bahwa ia pernah mengalami penolakan hingga empat kali oleh penerbit di Indonesia. Karya pertamanya, Cantik Itu Luka, yang ditulis sebelum Lelaki Harimau, sempat sulit menemukan penerbit. Bahkan, Lelaki Harimau diterbitkan lebih dulu karena Cantik Itu Luka beberapa kali ditolak oleh penerbit lokal.
Namanya melambung tinggi ketika penerbit asal Amerika Serikat, New Directions, menerbitkan Beauty Is a Wound, versi terjemahan bahasa Inggris dari Cantik Itu Luka, pada tahun 2015. Sejak saat itu, nama Eka Kurniawan semakin dikenal di Amerika Serikat, dan novelnya bahkan masuk dalam daftar 100 Notable Books versi The New York Times.
Beberapa karya Eka Kurniawan yang dikenal luas meliputi Corat-coret di Toilet, Cantik Itu Luka, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, Lelaki Harimau, O, Cinta Tak Ada Mati, Kumpulan Budak Setan, dan Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi.
Berkat kisah-kisahnya yang menarik, Eka Kurniawan dinobatkan sebagai salah satu “Global Thinkers of 2015” oleh jurnal Foreign Policy. Pada tahun 2016, ia juga mencetak sejarah sebagai penulis Indonesia pertama yang masuk nominasi Man Booker International Prize.
Karya-Karya Terbaik Eka Kurniawan
Berikut adalah karya-karya terbaik Eka Kurniawan selama 20 tahun perjalanan kariernya di dunia sastra:
1. Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong
Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong merupakan karya terbaru Eka Kurniawan. Bercerita tentang seorang anak bernama Sato Reang yang memutuskan untuk tidak lagi mengikuti jalan yang telah ditunjukkan oleh sang ayah. Kadang erat, kadang renggang; pembaca akan ikut terlibat dalam pergulatan di kepala Sato Reang yang berisik, melintasi perjalanan masa kecil Sato Reang yang membentuknya menjadi Sato Reang yang sekarang. Dikejar-kejar hantu sang ayah, Sato Reang memutuskan untuk kabur ke hidup yang ia inginkan. Sato Reang lahir baru, meninggalkan anak saleh yang dibentuk sang ayah berkalang tanah bersamanya.
“Berbuatlah sedikit dosa, Jamal,” kata Sato Reang kepada satu kawan sekelasnya. Jamal anak yang saleh, selalu sembahyang lima kali sehari, juga rajin mengaji. “Pahalamu sudah banyak. Bertumpuk-tumpuk. Tak akan habis dikurangi timbangan dosamu.”
2. Cantik Itu Luka
Senapas dengan One Hundred Years of Solitude karya Gabriel Garcia Marquez, Eka Kurniawan menghadirkan kisah panjang sebuah keluarga yang diberi hadiah sekaligus kutukan berupa kecantikan. Berlatar bumi Indonesia dari sudut pandang wanita cantik bernama Dewi Ayu, Eka Kurniawan menuturkan sejarah Indonesia dari masa kolonialisme hingga kemelut 1965. Sejarah dibalut magis, Cantik Itu Luka menawarkan pengalaman membaca yang segar bagi sastra Indonesia.
Cantik Itu Luka berhasil meraih penghargaan World Reader's Award pada 2016. Setelah kesuksesannya, Cantik Itu Luka juga sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing.
3. Kumpulan Budak Setan
Lain halnya dengan dua buku di atas, Kumpulan Budak Setan merupakan kompilasi cerita horor dari Eka Kurniawan, Intan Paramditha, dan Ugoran Prasad. Dua belas cerpen yang tersaji di dalamnya mengisahkan tema-tema khas dari Abdullah harahap seperti balas dendam, seks, pembunuhan, serta hal-hal magis seperti arwah penasaran, susuk dan segala hal serupa, hingga manusia jadi-jadian.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Buku ini akan mengajak pembaca untuk memahami bahwa dalam semesta terdapat ‘ruang lain’ yang ikut bersanding bersamaan dengan kehidupan kita. Mungkin kamu bisa mencoba, membaca kisah horor dengan penulisan sastra khas Eka Kurniawan.
4. Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas
Rilis di tahun 2015, novel kisah Ajo Kawir ini pun masih terus dicetak ulang untuk melepas hasrat permintaan para pembaca. Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, bercerita tentang Ajo Kawir yang ‘burung’nya mati suri.
Hal ini mengakibatkan dirinya tumbuh menjadi pemuda pemberani tak takut mati. Meskipun sebenarnya, Ajo pun tidak meluncurkan berbagai cara agar ‘burung’nya hidup kembali, mengingat ia masih ingin menunjukkan rasa cintanya kepada Iteung, gadis jagoan pujaannya Ajo.
Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas telah diangkat menjadi film layar lebar di tahun 2021.
5. Corat-Coret di Toilet
"Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet."
Dengan gaya komikal, Corat-Coret di Toilet dituturkan dengan kesegaran baru dari Eka Kurniawan. Beragam ide diangkat, mulai dari kehidupan mahasiswa, kisah cinta, hingga sosial politik yang membuat buku ini begitu menarik untuk terus dibaca. Sungguh meskipun begitu satir rasanya kumpulan cerpen ini, Eka seperti membukakan mata pada kehidupan yang sesungguhnya.
6. O
Menariknya judul buku ini sama menariknya dengan isinya. Kisah monyet betina, O, yang jatuh cinta dengan Entang Kosasih, sang kaisar dangdut yang berjanji akan menikah pada bulan sepuluh ini menjadi fokus utama penceritaan fabel ala Eka Kurniawan.
Namun ternyata seiring berjalannya waktu, O merasa ragu karena Entang Kosasih ingin menjadi manusia, mengikuti jejak Armo Gundul. Ditambah lagi ia telah mendengar kisah yang beredar bahwa di Rawa Kalong, monyet bisa menjadi manusia, asal berhasil menyepadankan perilakunya dengan manusia.
Dalam O, Eka Kurniawan menghadirkan banyak tokoh yang akan muncul, meskipun begitu, ia begitu baik dalam membangun karakter dari masing-masing tokohnya. O sebenarnya telah terbit pada 2016, dan kembali dicetak ulang pada 2018.
7. Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta melalui Mimpi
Mimpi itu memberitahunya bahwa ia akan memperoleh seorang kekasih. Dalam mimpinya, si kekasih tinggal di kota kecil bernama Pangandaran. Setiap sore, lelaki yang akan menjadi kekasihnya sering berlari di sepanjang pantai ditemani seekor anjing kampung. Ia bisa melihat dadanya yang telanjang, gelap dan basah oleh keringat, berkilauan memantulkan cahaya matahari. Setiap kali ia terbangun dari mimpi itu, ia selalu tersenyum. Jelas ia sudah jatuh cinta kepada lelaki itu.
Kumpulan cerita Eka Kurniawan yang sangat khas: eksploratif dan penuh kejutan; satir dan merefleksikan kenyataan; intim dan menyadarkan.
8. Lelaki Harimau
Telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Italia, Jerman, dan Korea. Lelaki Harimau mungkin adalah salah satu novel Eka yang paling ringan untuk dibaca. Meskipun begitu, novel ini telah meraih penghargaan Book of the Year dari IKAPI 2015.
Kisah surealis yang menceritakan kisah Margio yang terseret dalam tragedi pembunuhan paling brutal. Namun Margio menyanggahnya,
“Bukan aku yang melakukannya, ada harimau di dalam tubuhku.”
Buku ini akan membawamu pada pergulatan psikologi masing-masing tokohnya yang berbenturan dengan realitas kehidupan yang seharusnya dijalani dengan waras-waras saja.
Dalam rangka memperingati 20 tahun Eka Kurniawan sebagai sastrawan sekaligus pertama kali diterbitkannya Lelaki Harimau, mari kembali menyelami keindahan karya seorang maestro Indonesia. Novel yang memadukan unsur magis dengan realisme kehidupan pedesaan Indonesia, menghadirkan kisah mendalam tentang dendam, cinta, dan tradisi yang membelenggu. Kamu bisa dapatkan novel Lelaki Harimau dan karya Eka Kurniawan lainnya di Gramedia.com.
Jangan lewatkan kesempatan untuk membaca ulang salah satu karya terbaik sastrawan Indonesia!