Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Review Buku Cantik Itu Luka: Ketika Memiliki Paras yang Rupawan Tidak Selalu Membawa Hal Baik

Kompas.com - 16/02/2022, 14:00 WIB
Sumber Foto: twitter.com/gramedia
Rujukan artikel ini:
Cantik Itu Luka
Pengarang: Eka Kurniawan
|
Editor Novia Putri Anindhita

Siapa yang tidak ingin memiliki wajah cantik dan juga rupawan?

Rasanya jika kita bisa memilih untuk terlahir dengan wajah seperti apa, kita semua akan memilih untuk terlahir dengan wajah yang cantik dan juga tampan, karena dengan memiliki wajah yang menarik kita merasa akan mendapatkan hal-hal baik selama menjalani hidup.

Namun, hal yang berbeda dialami oleh Dewi Ayu dalam buku Cantik Itu Luka yang ditulis oleh Eka Kurniawan ini.

Dewi Ayu yang merupakan seorang keturunan Jawa – Belanda dan memiliki paras yang cantik jelita, justru mengalami kesulitan karena wajah cantiknya.

Ketiga putri yang ia lahirkan dan mewarisi kecantikannya pun mengalami nasib yang sama buruknya seperti yang Dewi Ayu rasakan.

Melalui kisah unik dan surealis dalam Cantik Itu Luka, penulis berhasil menggambarkan keganasan yang dilakukan oleh para lelaki ketika melihat wanita dengan wajah yang rupawan.

Sinopsis Buku Cantik Itu Luka

Kisah berawal dengan kebangkitan Dewi Ayu dari kematiannya 20 tahun yang lalu.

Dewi Ayu memang menginginkan kematian karena telah lelah melihat kehidupan ketiga putrinya yang bernasib sama buruk dengannya.

Maka ketika mengetahui jika dirinya sedang mengandung anak keempat, Dewi Ayu berharap dan berdoa dengan keras agar putrinya kali ini memiliki wajah yang buruk rupa.

Permohonannya pun terkabul, meskipun Dewi Ayu menolak untuk melihat wajah putri keempatnya tersebut.

Mirisnya, Dewi Ayu memberikan nama Si Cantik kepada putri bungsunya yang mana sangat bertolak belakang dengan wajahnya yang buruk rupa dan berkulit hitam legam.

Setelah melahirkan anaknya yang terakhir, Dewi Ayu memutuskan untuk berbaring terlentang dengan balutan kain kafan dan menanti hingga waktu kematiannya.

Seakan alam semesta mengabulkan keinginannya, Dewi Ayu pun menghembuskan nafas terakhirnya dua belas hari kemudian setelah melahirkan Si Cantik.

Dewi Ayu lahir dan tinggal di sebuah kota bernama Halimunda hingga akhir hayatnya.

Meskipun ketika tentara Jepang telah menguasai Indonesia dan memaksa para keluarga serta keturunan Belanda untuk kembali ke Negeri Kincir Angin tersebut, Dewi Ayu memilih untuk tetap bertahan dan tinggal di Tanah Air.

Karena keputusannya itu, Dewi Ayu bersama dengan keturunan-keturunan Belanda lain yang juga memilih untuk tinggal di Indonesia kemudian dibawa oleh Jepang dan dijebloskan ke dalam penjara Bloedenkamp yang kotor dan juga kumuh.

Setelah dua tahun disekap di dalam penjara yang penuh sesak dengan tahanan, pada suatu hari, Dewi Ayu beserta 19 perempuan muda lainnya dibawa ke sebuah rumah pelacuran milik Mama Kalong.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Di sana mereka dipaksa untuk bekerja dengan berhubungan intim dan melayani tentara-tentara Jepang.

Dewi Ayu yang memiliki paras cantik jelita langsung saja menjadi wanita yang paling diidam-idamkan untuk ditiduri dan membuatnya menjadi pelacur paling mahal di Halimunda.

Karena saking seringnya berhubungan badan, Dewi Ayu lalu hamil dan melahirkan ketiga orang putri yang mewarisi kecantikannya tanpa pernah mengetahui siapa ayah dari anak-anaknya.

Ketiga putri dari Dewi Ayu tersebut bernama Alamanda, Adinda, dan Maya Dewi.

Dikarenakan putri-putrinya telah mewarisi kecantikan yang dimiliki oleh Dewi Ayu sejak mereka kecil, banyak orang yang menanti-nantikan ketika anak Dewi Ayu tumbuh menjadi wanita dewasa dan siap untuk dinikahi.

Dewi Ayu pun menjadi kesal melihat kehidupan putri-putrinya yang selalu bersinggungan dengan laki-laki, bahkan dengan sengaja memanfaatkan kecantikan yang mereka miliki untuk menggoda dan mematahkan hati para lelaki yang mendekati mereka.

Dewi Ayu tahu jika suatu saat paras cantik tersebut akan berakibat buruk pada diri mereka sendiri.

Review Buku Cantik Itu Luka

Selain menceritakan mengenai sudut pandang yang tidak biasa akan kecantikan yang dimiliki oleh seorang wanita, buku ini juga memiliki alur waktu yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembacanya.

Mulai dari saat pendudukan Belanda dan Jepang yang menguasai Indonesia terutama di pulau Jawa, lalu berganti pada masa-masa ketika Indonesia meraih kemerdekaan, hingga peristiwa yang kamu kenal sebagai G30S PKI.

Eka Kurniawan berhasil merajut kisah yang unik dengan gaya yang klasik sesuai dengan kebudayaan yang ada di Indonesia.

Nilai kebudayaan tersebut digambarkan di dalam buku, seperti masyarakat kecil yang tinggal di pesisir pantai, terutama di pulau Jawa, yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan.

Selain itu, penulis juga menceritakan mengenai jailangkung yang banyak digunakan oleh masyarakat pada zaman dahulu sebagai media untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang telah meninggal dunia.

Kebudayaan-kebudayaan tersebut hampir tidak pernah kita jumpai bahkan ketika membaca buku-buku dari penulis Indonesia, namun Eka Kurniawan dengan apik menyisipkan hal-hal tersebut ke dalam cerita para penduduk Halimunda.

Gaya bahasa yang terkesan vulgar dan blak-blakan juga menjadi ciri khas dari penulisan Eka Kurniawan yang disukai oleh banyak orang karena membuat jalan cerita menjadi lebih ringan dan mudah untuk dipahami.

Namun karena gaya penulisannya ini membuat Cantik Itu Luka cocok untuk dibaca hanya jika kamu sudah cukup umur dan tidak berusia di bawah 17 tahun.

Kamu bisa mendapatkan buku Cantik Itu Luka dengan mudah melalui online di Gramedia.com.

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau