Cerita Tentang Keluarga, Orang Tua Pun Dapat Torehkan Luka Pada Anaknya

Lihat Foto
Sumber Gambar: Freepik.com
Cerita tentang Keluarga
Rujukan artikel ini:
Merawat Luka Batin
Pengarang: Dr Jiemi Ardian
|
Editor: Ratih Widiastuty

Cerita tentang keluarga yang menginspirasi dan menghangatkan hati pasti sudah banyak berseliweran di mana-mana karena memang banyak orang yang mencari bacaan yang terasa relate dengan kehidupan mereka.

Namun, faktanya, tidak semua keluarga mempunyai anggota yang mampu saling memahami, menyayangi, bahkan memberikan kebahagiaan antar satu sama lain.

Apalagi akhir-akhir ini isu tentang toxic relationship memang tengah banyak dibahas, karena pada kenyataannya hal ini bukan hanya terjadi pada hubungan asmara, tapi juga dalam interaksi keluarga, khususnya orang tua dan anaknya.

Banyak orang tua yang masih menganggap jika diri mereka selalu benar dan merasa paling tahu apa yang terbaik untuk anak-anak mereka.

Hal ini tentu saja tidak salah, jika para orang tua mau mendengarkan pendapat dan pemikiran anak mereka, alih-alih hanya memaksakan dan menekan anak untuk mengikuti apa pun yang diperintahkan.

Otoritas orang tua yang keras dan minta dihormati, tanpa menghormati anaknya sendiri justru malah menimbulkan luka dan interaksi yang bersifat destruktif.

Maka dibutuhkan pemahaman dan pola pikir yang terbuka untuk membangun relasi antara orang tua dan anak di masa kini yang pastinya sudah tidak relevan lagi dengan treatment memaksakan kehendak pada anak.

Cerita tentang keluarga yang memberikan perspektif tentang orang tua yang justru menorehkan luka pada anaknya akan menunjukkan bahwasanya anak bukanlah properti atau investasi bagi mereka.

Untuk belajar dan memberikan inspirasi, berikut cerita tentang keluarga yang dapat kamu baca sebagai bahan renungan untuk saling menghargai.

Cerita tentang Keluarga

Pada tahun 1998, lahirlah seorang anak laki-laki ke dunia ini dari sepasang suami istri yang percaya akan masa depan yang cerah bagi keluarga mereka.

Anak tersebut diberi nama Arland dan menjadi harapan bagi kedua orang tuanya untuk bisa membanggakan mereka suatu saat nanti.

Namun, bentuk kasih sayang dan perhatian yang diberikan oleh kedua orang tuanya ternyata tidak sesuai dengan harapan Arland yang bercita-cita ingin menjadi seorang atlet bulutangkis.

Orang tuanya berpendapat menjadi atlet hanya akan memberikan masa depan yang buruk bagi Arland karena penuh dengan ketidakpastian.

Arland pun memutuskan untuk mengalah dan mengikuti keinginan orang tuanya untuk fokus kuliah di jurusan bisnis dan ekonomi dengan harapan Arland bisa bekerja menjadi Pegawai Negeri Sipil.

Tekanan dan harapan orang tua Arland memang tidak salah, mereka hanya ingin anaknya memiliki penghasilan dan kehidupan yang stabil.

Sayangnya, meskipun sudah memenuhi ekspektasi orang tuanya dengan lulus kuliah dan menjadi PNS, hal itu belum membuat mereka bahagia karena kali ini Arland dituntut untuk segera menikah.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Meskipun Arland merasa tidak siap, pada akhirnya Arland pun setuju untuk dijodohkan oleh kedua orang tuanya.

Setelah menikah, Arland kini dipaksa untuk segera mempunyai anak agar orang tuanya bisa menggendong cucu.

Akhirnya Arland kembali memenuhi keinginan orang tuanya dengan memiliki anak.

Seiring waktu berjalan Arland mulai kehilangan arah akan apa sesungguhnya yang ia mau dan cita-citakan.

Selama ini dirinya hanya memenuhi ekspektasi kedua orang tuanya, seakan-akan mimpi dan keinginan Arland tidak pernah masuk perhitungan untuk didengarkan.

Kehadiran Arland di dunia seakan-akan hanya menjadi alat untuk memenuhi keinginan kedua orang tuanya dengan mengesampingkan perasaan Arland.

Kini hanya ada rasa hampa dan luka dalam diri Arland karena kehidupannya seperti hilang arah.

Tuntutan orang tuanya sukses membuat Arland hidup tanpa jiwa dan pada akhirnya ikatannya sebagai keluarga dengan kedua orang tuanya terasa membebani dan menekan.

Buku untuk Merawat Luka Batin

Cerita di atas mampu menjadi pembelajaran bahwasanya seorang anak bukanlah objek pemuas harapan dan impian orang tuanya.

Anak lahir ke dunia hanya sebagai titipan yang harus dijaga, bukan dipaksa untuk membahagiakan orang tuanya dengan mengesampingkan keinginannya sendiri.

Maka dari itu, jika kamu mempunyai luka batin dan ingin segera menyembuhkannya, buku Merawat Luka Batin yang ditulis oleh seorang dokter spesialis kedokteran jiwa, dr. Jiemi Ardian Sp.Kj. ini berisi proses berpikir, tapi tidak hanya sekedar berpikir positif.

Buku ini memuat beberapa pola dalam membentuk cara berpikir yang tepat, tidak hanya untuk orang-orang yang tengah merawat luka batin, tapi juga untuk caregiver dan penyintas depresi pun bisa mengambil manfaat dari buku ini.

Diharapkan buku ini mampu menghapus stigma akan depresi dan gangguan kejiwaan yang pada dasarnya bisa dialami oleh siapa saja.

Yuk, segera rawat luka batinmu dengan order bukunya di Gramedia.com atau akses secara digital melalui aplikasi Gramedia Digital.

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

TAG:

Terkini
Lihat Semua
Jelajahi