Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

How to Keep Your Cool, Cara Seneca Berdamai dengan Amarah

Kompas.com - 04/02/2022, 17:00 WIB
Sumber Foto: Dok. Kepustakaan Populer Gramedia
Rujukan artikel ini:
How To Keep Your Cool
Pengarang: Seneca
Penulis Redaksi KPG
|
Editor Novia Putri Anindhita

Ada pepatah Jawa yang berbunyi, “Jalma angkara mati murka,” yang kira-kira artinya kemarahan mengantarkan manusia pada kemalangan atau celaka.

Pesan pepatah itu sudah jelas: jangan marah, pokoknya, jangan marah!

Anjuran untuk menahan amarah bukan hanya terdapat pada masyarakat Jawa, melainkan juga di banyak kebudayaan lain, termasuk dalam ajaran agama.

Amarah dan Bagaimana Cara Mengelolanya

Amarah (wrath) atau dalam bahasa Latin, ira, adalah satu dari tujuh dosa pokok (seven deadly sins) dalam ajaran Kristiani.

Enam dosa lainnya adalah kesombongan (pride; superbia), ketamakan (greed; avaritia), kedengkian (envy; invidia), hawa nafsu (lust; luxuria), kerakusan (gluttony; gula), dan kemalasan (sloth; acedia).

Amarah, atau ira, dan bagaimana mengelolanya, menjadi pokok bahasan buku How to Keep Your Cool: Sebuah Panduan Klasik Mengelola Amarah (2021), sehimpun teks pilihan Seneca yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Buku ini termasuk dalam seri filsafat (Stoik) terbitan Kepustakaan Populer Gramedia bersama How to Die: Sebuah Panduan Klasik Menjelang Ajal (2020), How to Be Free: Sebuah Panduan Klasik Hidup Stoik (2021), dan How to Win an Argument: Sebuah Panduan Klasik tentang Seni Persuasi (2021).

Review Buku How to Keep Your Cool

How to Keep Your Cool dibuka dengan satu kutipan provokatif dari Seneca, “Kemarahanmu adalah sejenis kegilaan, karena kau menetapkan harga tinggi untuk hal-hal tak berharga.”

Amarah sering menjadikan kita tidak bisa berpikir jernih, kemudian kita memberi respons besar dan gila-gilaan terhadap sesuatu yang sebetulnya tidak penting-penting amat.

Dalam kata pengantar buku ini, James Romm memberi pertanyaan yang menarik untuk dipikirkan.

“Apakah benar-benar penting bahwa seseorang tidak menghormati Anda, sepenting masalah perubahan iklim global? Atau ancaman perang nuklir? Atau fakta bahwa bintang-bintang runtuh ke dalam lubang hitam di bagian lain galaksi kita, menelan segala yang ada di sekitarnya?” Apa arti ego yang kita bela habis-habisan dengan amarah dibandingkan itu semua?

Penjajaran hal sehari-hari dengan hal-hal serba besar adalah salah satu cara, yang sekaligus merupakan siasat favorit Seneca, untuk mengelola amarah.

Tentu, harus dimulai lebih dulu dengan menyadari muasal amarah.

“Penyebab amarah adalah perasaan tersakiti,” tulis Seneca.

Kita mengerti, orang bisa marah karena perkara yang beragam: diejek, disenggol sampai jatuh, diserobot antreannya, dinyinyiri oleh warganet yang bahkan kita tidak kenal dia siapa, dan sebagainya.

Namun, inti dari semua sebab itu adalah perasaan tersakiti, persis seperti yang dibilang Seneca.

Lantas bagaimana kita sebaiknya merespons perasaan tersakiti itu supaya tidak berlanjut menjadi amarah?

“Jangan langsung bertindak, bahkan terhadap sesuatu yang tampak jelas dan sederhana; terkadang kepalsuan tampil sebagai kebenaran... dan kita menjadi marah sebelum menggunakan daya penilaian kita,” kata Seneca.

Sering terjadi, orang marah karena sesuatu yang ternyata salah paham, ternyata bukan hal yang sewajarnya menyulut amarah.

Lalu, rasa malu biasa muncul setelah itu, bahwa orang sadar dengan marah ia melakukan hal gegabah.

Sering juga, rasa malu itu direspons dengan amarah yang lain lagi, yang muncul dari denial, dari penyangkalan dia sendiri.

Amarah bisa mendatangkan masalah berkepanjangan, jauh lebih panjang dari yang kita kira.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Maka, sekali lagi: jangan marah, pokoknya, jangan marah— jangan memulai masalah!

Lantas bagaimana kalau orang lain benar-benar ingin menyakiti (perasaan) kita? Bagaimana kalau orang lain memang meniatkan hal buruk terhadap kita, betul-betul, tanpa sedikit kesalahpahaman pun?

Seneca menjawab, “Jika orang jahat melakukan hal-hal jahat, adakah yang mengejutkan?” Seneca menyarankan untuk berpikir segalanya mungkin terjadi, dan dengan itu, kita mesti mengantisipasi segalanya.

Semua orang, sebaik dan semulia apa pun ia, sangat mungkin disakiti orang lain.

Tidak ada orang yang tidak pernah dan tidak akan tersakiti orang lain.

Kita tahu itu.

Apakah perlu marah jika kita disakiti? Tidak perlu.

Apakah boleh membalas tindakan orang yang menyakiti kita? Tentu saja.

Pilihan untuk mengelola amarah menjadikan kita dapat berpikir lebih jernih dan bersikap lebih bijak.

Maka, ketika kita perlu membalas tindakan orang yang menyakiti kita, balasan itu akan pantas dan tepat.

Seneca memberi catatan, “Kita tak akan menyakiti seseorang karena dia telah berbuat salah, tetapi agar dia tidak berbuat salah; hukuman hendaknya ditujukan demi masa depan, bukan masa lampau, sebab hukuman itu dilaksanakan berdasarkan kepedulian, bukan amarah.”

Contohnya saat kita dimaki-maki orang di media sosial, kita tidak perlu membalasnya dengan makian, yang tidak lain hanyalah ekspresi amarah kita.

Kita punya pilihan untuk sekadar memblok dia, atau misalkan kita tahu yang bersangkutan merugikan orang banyak juga, kita bisa laporkan (report) akunnya.

Kita melaksanakan “hukuman” itu bukan untuk kita saja, melainkan juga untuk yang bersangkutan, karena kita peduli, dan untuk orang banyak pula.

Ada banyak hal yang jauh lebih penting dari ego kita.

Itulah mengapa buku How to Keep Your Cool penting untuk dibaca.

Sebab, belajar mengelola amarah akan mengantarkan kita kepada mindfulness, kondisi ketika kita menghadapi segala hal dengan kesadaran penuh.

Kita akan menyadari bahwa tidak perlulah mengekspresikan amarah dengan ndakik-ndakik untuk hal yang sebetulnya tidak seberapa.

Menyadari bahwa banyak hal yang lebih besar dari kita di alam semesta bukan hanya membantu mengelola amarah, melainkan juga menghindarkan kita dari jebakan egosentrisme, bahkan antroposentrisme.

Jadi, sudah tahu, kan? Jangan marah, pokoknya, jangan marah!

Semua buku ini bisa kamu beli dan dapatkan di Gramedia.com. Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian.

Yuk, borong semua buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau