Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Hewan Paling Langka di Dunia, Ada Badak Jawa hingga Leopard

Kompas.com, 18 Desember 2025, 11:00 WIB
Rujukan artikel ini:
National Geographic Faunapedia Edisi Kedua
Pengarang: Lucy Spelman
Penulis Nadia
|
Editor Novia Putri Anindhita

Tahukah kamu bahwa di dunia ini ada hewan-hewan yang begitu langka hingga jarang sekali terlihat secara langsung? Keberadaannya kini semakin sulit ditemukan karena jumlah populasinya yang terus menurun.

Penurunan populasi ini terjadi bukan tanpa sebab, mulai dari perubahan habitat, aktivitas manusia yang merusak ekosistem, hingga perburuan yang membuat mereka semakin terdesak untuk bertahan hidup.

Banyak di antara mereka yang kini hanya dapat ditemukan di wilayah yang sangat terpencil dan sulit dijangkau.

Penasaran? Yuk, kita kenalan dengan beberapa hewan paling langka di dunia yang mungkin belum pernah kamu tahu.

Hewan Paling Langka di Dunia

Dunia ini masih menyimpan banyak makhluk yang keberadaannya nyaris jarang ditemukan.

Mereka hidup tersembunyi di tempat-tempat yang sulit dijangkau, jumlahnya sangat sedikit, dan bahkan jarang sekali terlihat oleh manusia.

Berikut beberapa hewan paling langka yang masih bertahan di bumi:

1. Vaquita

Vaquita adalah mamalia laut terkecil dari keluarga porpoise dan hanya dapat ditemukan di bagian utara Teluk California, Meksiko.

Populasinya diperkirakan kini tinggal belasan ekor saja, menjadikannya salah satu hewan paling langka di dunia.

Ancaman terbesarnya datang dari jaring yang membuat mereka mudah terjebak dan tenggelam.

Keberadaannya kini menunjukkan betapa cepatnya suatu spesies dapat mendekati kepunahan karena habitatnya terganggu oleh aktivitas manusia.

2. Saola

Sering dijuluki sebagai “Unicorn Asia”, saola baru ditemukan ilmuwan pada tahun 1992 di hutan pegunungan Vietnam dan Laos.

Hewan ini sangat sulit dilihat secara langsung karena hidup di area hutan yang lebat.

Diperkirakan jumlahnya hanya ratusan ekor.

Kelangkaannya membuat setiap penampakan saola menjadi momen penting bagi peneliti.

3. Amur Leopard

Berbeda dari macan tutul lain yang tinggal di padang rumput, Amur leopard hidup di wilayah bersalju di Rusia dan Tiongkok.

Populasinya sangat terancam akibat perburuan serta hilangnya hutan yang menjadi area berburu mereka.

Jumlah yang semakin sedikit juga meningkatkan risiko perkawinan sedarah dan membuat kelangsungan hidup spesies ini kian rapuh.

4. Badak Jawa

Dulu keberadaan badak Jawa tersebar hampir di seluruh Asia Tenggara, kini hanya bisa ditemukan di satu lokasi di dunia yakni Taman Nasional Ujung Kulon.

Jumlahnya sangat terbatas dan rentan terhadap penyakit, bencana alam, serta perburuan cula.

Mereka menjadi salah satu simbol penting pelestarian satwa Indonesia.

5. Kakapo

Burung nokturnal asal Selandia Baru ini merupakan satu-satunya burung beo yang tidak bisa terbang.

Mereka jinak dan unik, tapi sangat rentan terhadap predator seperti kucing dan musang yang dibawa manusia.

Upaya penyelamatan kakapo dilakukan sangat ketat, bahkan setiap individu dipantau khusus.

6. Axolotl

Sering dianggap imut dan menggemaskan, axolotl adalah salamander yang tetap berbentuk larva sepanjang hidupnya.

Mereka hanya ditemukan secara alami di danau-danau tertentu di Meksiko.

Polusi, pembangunan kota, dan spesies invasif menyebabkan populasinya menurun drastis.

7. Gorilla Dataran Rendah Barat

Meski lebih dikenal dibandingkan hewan-hewan langka lainnya, gorilla dataran rendah barat tetap termasuk spesies yang sangat langka.

Perburuan liar, penyebaran penyakit seperti Ebola, serta eksploitasi hutan membuat populasinya menurun drastis.

Sebagai salah satu spesies kera besar yang paling rentan, keberlangsungan hidup mereka kini berada dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan.

8. Pangolin

Pangolin adalah mamalia yang paling banyak diperdagangkan secara ilegal di dunia.

Sisiknya dianggap bernilai tinggi di pasar gelap.

Akibatnya, beberapa spesies pangolin kini sangat langka dan dilindungi secara ketat.

9. Harimau Siberia

Hidup di hutan bersalju di Asia Utara, harimau ini hampir punah karena perburuan dan penurunan mangsa alami.

Meskipun populasinya mulai pulih, jumlahnya tetap jauh dari aman dan terus dipantau ketat.

10. Burung Ibis Jambul

Di masa lalu, burung ini umum ditemukan di beberapa negara Asia.

Namun, kini populasinya tinggal sedikit dan hanya bertahan di beberapa wilayah yang dilindungi.

Upaya konservasi terus dilakukan agar spesies ini tak menyusul kepunahan.

Faktor Penyebab Hewan Menjadi Punah

Kelangkaan hewan-hewan yang sudah kita kenal sebelumnya bukan kebetulan.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Ada beberapa faktor utama yang membuat jumlah mereka semakin sedikit:

1. Hilangnya Habitat

Banyak hewan langka hidup di area yang spesifik, misalnya hutan lebat, danau tertentu, atau wilayah bersalju.

Ketika hutan ditebang, lahan dibuka untuk pertanian, atau danau tercemar, hewan-hewan ini kehilangan tempat tinggal dan sumber makanan mereka.

Contohnya, Saola dan Amur Leopard sangat terpengaruh oleh hilangnya hutan pegunungan tempat mereka hidup.

2. Perburuan dan Perdagangan Ilegal

Beberapa hewan langka diburu untuk diambil daging, cula, sisik, atau bagian tubuh lainnya yang dianggap bernilai tinggi.

Pangolin, badak Jawa, dan Amur Leopard termasuk yang paling sering menjadi target.

Perburuan ini membuat populasi mereka menurun drastis dalam waktu singkat.

3. Perubahan Iklim

Pemanasan global, cuaca ekstrem, dan perubahan musim memengaruhi habitat alami hewan.

Misalnya, Amur Leopard yang hidup di kawasan bersalju bisa kehilangan mangsa akibat perubahan suhu dan musim.

Sementara itu, Vaquita yang hidup di laut dangkal juga terpengaruh oleh kondisi laut yang berubah karena iklim.

4. Populasi Terlalu Sedikit

Beberapa spesies sudah memiliki jumlah sangat kecil sehingga sulit berkembang biak.

Contohnya, Vaquita yang populasinya tinggal belasan ekor, dan Kakapo yang setiap individu harus dipantau secara khusus agar bisa bertahan hidup.

Kondisi ini meningkatkan risiko perkawinan sedarah dan penyakit.

5. Gangguan Manusia

Selain perburuan dan deforestasi, aktivitas manusia lain seperti pembangunan, polusi, dan perkenalan spesies invasif ikut mempercepat kelangkaan hewan.

Axolotl di danau Meksiko, misalnya, terancam karena polusi dan ikan predator yang dibawa manusia.

Singkatnya, hilangnya habitat, perburuan, perubahan iklim, populasi kecil, dan gangguan manusia membuat banyak hewan semakin langka dan berada di ambang kepunahan.

Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Membantu?

Melindungi hewan langka tidak hanya tugas pemerintah atau organisasi konservasi.

Kita semua bisa ikut berperan, bahkan melalui langkah-langkah sederhana.

1. Mendukung Konservasi dan Taman Nasional

Banyak organisasi dan taman nasional bekerja keras untuk melindungi spesies langka.

Dengan mendukung mereka melalui donasi, relawan, atau kampanye kesadaran, kita ikut menjaga habitat dan populasi hewan.

Misalnya, program pemantauan Vaquita atau pelestarian Kakapo di Selandia Baru sangat bergantung pada dukungan masyarakat.

2. Bijak dalam Menggunakan Produk Sehari-hari

Beberapa produk yang kita konsumsi bisa memengaruhi habitat hewan.

Misalnya, produk yang berasal dari hutan yang ditebang secara ilegal dapat mengancam tempat tinggal Saola dan Amur Leopard.

Memilih produk ramah lingkungan atau bersertifikasi membantu mengurangi tekanan pada habitat mereka.

3. Edukasi dan Kesadaran

Menyebarkan informasi tentang hewan langka ke teman, keluarga, atau anak-anak membantu menumbuhkan rasa peduli.

Semakin banyak orang yang tahu, semakin besar peluang mereka ikut berkontribusi dalam pelestarian.

4. Mengurangi Dampak Lingkungan Sehari-hari

Tindakan sederhana seperti mengurangi penggunaan plastik, tidak membuang sampah sembarangan, dan menjaga kebersihan lingkungan turut membantu hewan yang hidup di alam liar.

Polusi dan sampah bisa merusak ekosistem tempat mereka tinggal.

5. Mengunjungi dan Mendukung Wisata Konservasi

Beberapa tempat wisata alam fokus pada konservasi hewan langka.

Dengan mengunjungi dan mendukung tempat-tempat ini, kita memberi insentif ekonomi bagi pelestarian satwa dan habitat mereka.

Setiap langkah kecil yang kita lakukan bisa membuat perbedaan.

Melindungi hewan langka berarti menjaga keanekaragaman alam dan memastikan bahwa generasi mendatang masih bisa menikmati keajaiban bumi yang menakjubkan.

Kepedulian kita hari ini menentukan apakah mereka akan tetap ada atau hilang selamanya.

Melihat hewan-hewan yang sekarang langka ini membuat kita sadar betapa pentingnya upaya perlindungan bagi mereka.

Jika kamu ingin mengenal lebih banyak fauna dari seluruh dunia, ensiklopedia National Geographic Faunapedia Edisi Kedua bisa menjadi referensi yang tepat.

Buku ini menyajikan informasi lengkap tentang lebih dari 10.000 spesies hewan, mulai dari mamalia, burung, reptil, amfibi, ikan, hingga invertebrata.

Setiap hewan dilengkapi dengan data ilmiah seperti nama ilmiah dan umum, ukuran, berat, habitat, makanan, perilaku, serta distribusinya.

Selain itu, buku ini juga menampilkan foto-foto berwarna dari hewan tersebut sehingga membuat pengalaman belajar lebih menyenangkan dan visual.

Disusun dengan cara yang mudah dipahami, buku ini cocok untuk anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.

Yuk, dapatkan bukunya segera di Gramedia.com.

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau