Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hindari Pola Pikir Biner saat Mengambil Keputusan

Kompas.com - 18/07/2024, 18:00 WIB
Buku Seni Berpikir Inkonvensional Sumber Gambar: Gramedia.com Buku Seni Berpikir Inkonvensional
Rujukan artikel ini:
Seni Berpikir Inkonvensional
Pengarang: Dan Nicholson
|
Editor Ratih Widiastuty

Ketika menghadapi suatu keputusan, tanpa disadari kita sering kali hanya berpikir tentang dua pilihan jawaban, seperti ya atau tidak, setuju dan tidak setuju, atau bisa dan tidak bisa.

Pemikiran seperti ini disebut sebagai pola pikir biner.

Pola pikir biner merupakan pemikiran yang membuat kita cenderung melihat sesuatu hanya dalam dua kategori.

Banyak orang di internet mendukung pemikiran semacam ini.

Padahal, pola pikir ini menyebabkan kita terjebak dalam pemikiran yang sempit dan terbatas.

Pertanyaan sederhana seperti, “Haruskah aku beli gadget baru?” bisa memperoleh jawaban yang bervariasi jika diajukan kepada orang yang berbeda.

Hal ini karena untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus tahu apa yang kita mau.

Sayangnya, kebanyakan orang sering kali memilih berpikir secara biner karena mereka mau jawaban instan.

Kecenderungan seseorang berpikir seperti ini pun akhirnya membatasi kemampuannya dalam mengevaluasi keinginannya dengan benar.

Kita ambil contoh dua orang, yaitu A dan B.

Keduanya punya latar belakang seperti pekerjaan/bisnis, pendapatan, dan lingkungan yang kurang lebih sama.

Namun, saat ditanyakan pertanyaan di atas, keduanya mengambil keputusan yang berbeda.

A ingin membeli gadget baru, sedangkan B memilih untuk menyimpan uangnya dan menunggu gadget generasi selanjutnya.

Jadi, kenapa jawabannya bisa berbeda? Siapa yang benar dan siapa yang salah?

Dari contoh tersebut kita bisa tahu meskipun latar belakang mereka serupa, keduanya punya keinginan yang berbeda.

Dengan demikian, mereka pun sama benarnya.

Semua Jawaban itu Tergantung

Contoh di atas menunjukkan tidak ada jawaban yang benar atau salah.

Ini karena pertanyaan yang diajukan adalah berbasis preferensi.

Itu sebabnya kita harus mengetahui kalau hampir setiap pertanyaan yang kita ajukan adalah pertanyaan berbasis preferensi.

Jawabannya tergantung dengan apa yang kita inginkan.

Kebingungan dalam menjawab pertanyaan bisa terjadi jika kita tidak tahu apa yang kita inginkan.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Ketika kita tidak mengetahui kalau pertanyaan yang diajukan adalah preferensi, kita pun akan menghadapi ketidakpastian.

Akhirnya, kita berisiko mengambil jawaban yang tidak sesuai dengan apa yang kita mau.

Pertanyaan-pertanyaan sederhana lainnya mungkin sering kita dengar dalam keseharian kita dan jawaban dari semua pertanyaan tersebut adalah tergantung.

Jadi, jawaban dari pertanyaan tersebut tidak hanya tidak biner, tetapi juga bervariasi dan bergantung pada preferensi.

Generalisasi Jawaban Hitam Putih

Ketika kita terbiasa memikirkan jawaban yang bersifat universal untuk pertanyaan kita, kita akan terjebak melakukan apa yang “seharusnya” kita lakukan, bukan apa yang benar-benar kita inginkan.

Pola pikir biner juga menyebabkan kita memiliki pemikiran yang sempit.

Ini karena saat berpikir secara biner, kita sedang mempertimbangkan mengenai benar dan salah.

Pemikiran seperti ini pun akhirnya membuat kita kehilangan banyak solusi potensial yang lebih tepat untuk menjawab pertanyaan kita.

Selain kehilangan solusi yang lebih efisien, terjebak dalam pemikiran biner juga membuat kita kehilangan momentum untuk membuat keputusan yang menguntungkan.

Pemikiran biner berisiko karena membuat kita mengambil jawaban secara acak.

Pengambilan keputusan seperti ini pun membuat kita semakin jauh dengan apa yang sebenarnya kita incar.

Dengan memperjelas apa yang kita prioritaskan dan memahami soal pertanyaan preferensi akan memberikan kita jawaban yang tepat untuk diri kita sendiri.

Ini karena tidak semua jawaban yang benar untuk satu orang akan menjadi jawaban yang benar juga untuk orang lain meskipun dalam posisi yang sama.

Ada berbagai hal lain yang mempengaruhi kita dalam membuat keputusan yang tepat.

Untuk mengetahui hal ini lebih lengkap bisa dilihat dalam buku Seni Berpikir Inkonvensional dari Dan Nicholson.

Dalam buku ini, Dan Nicholson menjelaskan bagaimana seseorang yang selalu mengalami kegagalan adalah orang yang tidak memainkan permainan mereka sendiri.

Mereka terlalu sering mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ingin capai dan menonton orang lain untuk "meniru" permainan orang tersebut.

Masalahnya, setiap orang punya cara mengambil keputusan yang berbeda.

Mereka juga memiliki alat yang dirancang khusus untuk membantu mereka meraih apa yang mereka butuhkan.

Dan Nicholson menguraikan cara agar setiap orang mampu menciptakan kesuksesan dengan cara fokus dengan diri mereka sendiri dan tujuan yang ingin dicapainya.

Dapatkan buku Seni Berpikir Inkonvensional di Gramedia.com.

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

Arti Healthy Relationship dan Cara Membangunnya

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau