Masih banyak orang yang beranggapan jika ketakutan biasa dan fobia merupakan kondisi yang sama.
Bahkan, ada beberapa orang yang menganggap ketakutan mereka sebagai fobia tanpa mengetahui secara lebih mendalam mengenai kondisi tersebut.
Meskipun sekilas rasa takut terlihat sebagai sesuatu yang mengganggu, tapi ternyata rasa takut justru dapat melindungi kita dari kondisi yang berbahaya.
Namun, penting sekali untuk mencari tahu perbedaan antara ketakutan biasa dengan fobia agar tidak sembarangan mendiagnosis diri supaya bisa mendapatkan treatment yang tepat.
Ketakutan adalah respons sehat dan normal yang dirasakan setiap individu ketika tengah menghadapi ancaman.
Akan tetapi, perasaan takut yang berlebihan dapat berubah arah dan diartikan sebagai fobia.
Secara sederhana, fobia mengacu pada ketakutan berlebihan yang dialami terhadap suatu hal dan kerap kali dihubungkan dengan gangguan kecemasan.
Sementara itu, ketakutan biasa lebih condong memperlihatkan rasa takut yang bersifat sementara.
Perbedaan paling mencolok dan mendasar yang dapat dilihat antara ketakutan biasa dengan fobia adalah bagaimana seseorang menghadapi ketakutan yang dialaminya serta bagaimana fobia atau ketakutan ini dapat timbul dalam diri.
Lantas, apa perbedaan antara ketakutan biasa dan fobia itu sendiri? Cari tahu penjelasan selengkapnya di bawah ini.
Ketakutan merupakan respons emosional alami seseorang saat sedang merasa adanya bahaya yang akan muncul atau tengah berlangsung.
Contohnya, tatkala ada suara petir yang menggelegar saat hujan turun, secara otomatis anak-anak pasti akan merasa ketakutan.
Selain itu, ketika sedang menonton film horor yang penuh dengan adegan jump scare, perasaan takut tentunya akan muncul dan mendominasi diri.
Meskipun kerap dianggap memalukan atau menghambat, nyatanya rasa takut yang sering kita alami bermanfaat supaya dapat melindungi atau mempersiapkan diri dari ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi.
Rasa takut juga merupakan hal yang lumrah atau normal yang dialami seseorang sebagai bentuk emosi alami.
Berdasarkan The Recovery Village, ketakutan merupakan kualitas yang dimiliki oleh seluruh makhluk hidup karena tidak akan ada makhluk hidup manapun yang mampu bertahan hidup tanpa adanya mekanisme perlindungan diri demi mengantisipasi serta bereaksi terhadap bahaya.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Dengan hadirnya rasa takut, mekanisme perlindungan diri dapat tumbuh dan berkembang secara alami.
Dalam otak terkandung sirkuit serta mekanisme khusus dalam bereaksi dan memahami terhadap rasa takut.
Sementara itu, fobia merupakan semacam gangguan kecemasan yang sudah jelas sangat berbeda dari ketakutan biasa.
Fobia bisa didefinisikan sebagai rasa takut berlebihan sampai membuat kondisi fisik dan mental mengalami tekanan.
Keadaan ini dapat memicu ketakutan atau kecemasan secara terus-menerus, berlebihan, dan tidak proporsional dengan bahaya aktual yang diciptakan oleh objek fobia, bahkan saat objek fobia itu sendiri tidak ada).
Contohnya, ketika seseorang memiliki fobia terhadap kecoa, maka saat menyaksikan siaran di layar kaca yang memperlihatkan gambar kecoa, orang itu dapat merasa cemas serta ketakutan bahkan hingga berteriak.
Fobia pun dapat menyebabkan ketakutan terhadap situasi tertentu.
Contohnya, saat seseorang mempunyai fobia ketinggian akan merasakan kecemasan berlebihan saat menaiki tangga atau eskalator.
Maka dari itu, alih-alih menggunakan tangga atau eskalator, seseorang yang fobia ketinggian akan memilih menaiki lift untuk bisa mencapai lantai gedung yang dituju.
Fobia juga biasanya dapat menimbulkan beberapa gejala fisik seperti sesak atau nyeri di dada, pusing sampai pingsan, jantung berdebar, berkeringat, mual, muntah, diare, kesemutan, hingga gemetar.
Tidak cuman menimbulkan gejala fisik, fobia pun dapat menimbulkan gejala psikis seperti serangan panik, cemas, depresi, hilang kendali hingga takut mati.
Fobia biasanya dapat timbul akibat trauma yang terjadi saat masih kecil sehingga menjadi ketakutan yang berlebihan hingga beranjak dewasa.
Maka dari itu, penting sekali untuk memahami trauma agar bisa mengobati luka dan berdamai dengan ketakutan-ketakutan yang tercipta di masa lalu.
Buku What Happened to You? yang ditulis oleh Oprah Winfrey dan Bruce D. Perry akan memberikan insight yang mendalam terkait trauma yang dikemas dengan cara yang mudah dipahami.
Di dalamnya akan dijelaskan secara mendetail tentang apa saja yang dapat menimbulkan trauma sekaligus cara untuk menangani dan berdamai dengan trauma yang dimiliki.
Dengan mengubah pertanyaan, “Apa yang salah denganmu?”, menjadi “Apa yang terjadi padamu?” mampu membuat perspektif banyak orang akan berubah dalam memandang trauma selama ini.
Segera miliki bukunya sekarang juga dengan memesannya di Gramedia.com.