Selain dapat menambah ilmu dan wawasan, buku juga bisa menjadi media untuk menghibur diri sekaligus keliling dunia hanya dengan memanfaatkan imajinasi dalam benak kita.
Bagi sebagian besar orang mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah “kutu buku” yang memang sudah sangat sering berseliweran di mana-mana, baik dalam obrolan langsung maupun dunia maya.
Kutu buku sendiri kerap diidentikkan dengan orang-orang yang gemar membaca buku dan sering disalah artikan sebagai sosok yang kurang berinteraksi dengan orang-orang.
Faktanya, asumsi tentang kutu buku yang selama ini banyak orang percayai adalah tidak sepenuhnya benar karena seorang kutu buku sendiri bukanlah orang yang anti sosial.
Kutu buku hanya sekedar julukan yang merujuk pada seseorang yang hobi membaca dan mengoleksi buku, tanpa ada embel-embel lainnya.
Kebanyakan media menggambarkan seorang kutu buku dengan penampilan yang culun dan berkacamata seolah-olah dunia mereka hanya berkisar tentang buku saja.
Pada dasarnya seorang kutu buku juga mempunyai kehidupan seperti kebanyakan orang, tapi intensitas mereka dalam membaca jauh lebih tinggi.
Tidak hanya membaca, seorang kutu buku juga mempunyai hobi lainnya yang sudah tentu bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang ingin mencoba aktivitas baru dalam dunia literasi.
Apa saja hobi kutu buku yang bisa menjadi inspirasi? Berikut 4 hobi kutu buku yang dapat dicoba.
Sebagai kutu buku sudah pasti hobi pertama adalah membaca buku sebagai alasan mengapa julukan tersebut disematkan.
Kutu buku akan banyak menghabiskan waktu dengan membaca karena hobi ini sudah seperti makan dan minum yang wajib dilakukan.
Entah di mana pun tengah berada, kutu buku akan selalu membawa buku ke mana-mana, mulai dari kendaraan umum, restoran, kafe, atau bersantai sambil minum kopi di rumah.
Membaca buku adalah terapi yang akan memenangkan kutu buku di tengah tuntutan kehidupan.
Selain membaca buku, kutu buku juga akan mengoleksi banyak buku, baik secara fisik maupun digital.
Apalagi saat melihat diskonan buku, mata para kutu buku seolah tertutup dan kalap memborong semua buku dengan harga yang miring.
Mengoleksi buku dengan menimbunnya sampai rak buku penuh sudah menjadi hal yang lumrah dilakukan kutu buku.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Koleksi buku yang berjejer sesak di rak buku menjadi harta paling berharga bagi para kutu buku.
Biasanya selain hobi membaca, kutu buku juga gemar menulis karena biasanya mereka akan mendokumentasikan pengalaman membaca melalui ulasan buku.
Semakin bertambahnya jumlah kosakata yang dibaca kutu buku, semakin lihai pula kemampuan menulis mereka.
Tidak hanya menulis ulasan buku, kutu buku juga biasanya mampu menulis beberapa karya lainnya, baik cerita fiksi, puisi, ataupun esai.
Hobi membaca tak jarang pula ikut meningkatkan kemampuan menulis yang menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Para kutu buku biasanya mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi sehingga untuk memuaskan dahaga itu mereka banyak membaca buku.
Dengan membaca buku, kutu buku akan memperoleh wawasan baru yang berguna bagi kehidupan mereka.
Menambah wawasan membuat kutu buku mampu beradaptasi dengan perubahan dunia yang semakin cepat.
Wawasan yang diperoleh tidak hanya dari buku nonfiksi saja, sebab ada banyak pula wawasan yang bermanfaat dalam cerita-cerita fiksi.
Nah, bagi kamu yang gemar membaca kisah fiksi juga, khususnya cerita thriller dan misteri, buku terbaru dari Keigo Higashino, Tragedi Pedang Keadilan, sudah terbit dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Buku ini bercerita mengenai Nagamine Shigeki yang semenjak istrinya meninggal, kini hanya hidup berdua bersama putrinya, Ema.
Nahasnya, Ema tidak pernah kembali pulang ke rumah setelah pergi menonton festival musim panas hingga jasadnya ditemukan di sungai.
Sambil menunggu proses penyelidikan kepolisian, Nagamine mendapatkan telepon dari seseorang yang memberikan informasi mengenai para pelaku serta lokasi pembunuhan Ema.
Saat mendatangi tempat yang diperolehnya dari informasi tersebut, Nagamine menemukan kaset video berisi rekaman pemerkosaan dan pembunuhan Ema.
Nagamine yakin jika para pelaku tidak akan mendapatkan hukuman yang setimpal mengingat usia mereka yang masih di bawah umur. Nagamine pun mengambil keputusan untuk mengadili mereka dengan tangannya sendiri.
Bagaimana, menarik bukan premis ceritanya? Segera pesan bukunya sekarang juga di Gramedia.com.