Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Sikap Toleransi pada Anak Usia Dini

Kompas.com - 14/01/2022, 10:25 WIB
Sumber Gambar : Gramedia.com
Rujukan artikel ini:
Paman Ting Tong
Pengarang: UKJAE LEE
|
Editor Ratih Widiastuty

Manfaat Toleransi Bagi Anak

Sikap toleransi terhadap orang lain sangat penting dikenalkan kepada anak sejak usia dini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleransi adalah sifat atau sikap toleran, yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, memperbolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian diri sendiri.

Sikap toleransi akan menciptakan suasana harmonis di dalam masyarakat yang miliki latar belakang dan sifat yang beragam.

Apa jadinya bila seseorang yang tinggal di dalam suatu lingkungan mengabaikan toleransi?

Bisa jadi akan membuat suasana di lingkungan tersebut menjadi kurang menyenangkan.

Selain menciptakan suasana harmonis, sikap toleransi juga dapat mempererat hubungan kekeluargaan, menjaga hubungan sosial, juga memperkuat rasa persaudaraan.

Karena itu, alangkah baiknya sikap toleransi diperkenalkan kepada anak sejak usia dini.

Di sinilah orang tua memegang peranan penting dalam mengajarkan sikap toleransi kepada anak, dengan menjadi contoh. Baca selengkapnya Toleransi dalam Islam.

Anak akan melihat dan bisa jadi mengikuti bagaimana orang tua bersikap.

SIkap Toleransi Yang Diangkat Pada Buku

Sikap toleransi inilah yang disinggung di dalam buku berjudul Paman Ting Tong karya Ukjae Lee yang diterbitkan oleh Funtastic, imprint buku anak penerbit m&c!

Paman Ting Tong

Dikisahkan, San dan Byul adalah kakak-beradik yang masih kecil.

Mereka baru saja pindah ke apartemen baru, bersama ayah dan ibu mereka.

Mereka akan menetap di Apartemen 101, ruang nomor 1001. Ini pertama kalinya mereka sekeluarga tinggal di apartemen.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Melihat ruangan apartemen yang luas, San dan Byul amat senang.

Mereka berlarian ke sana sini… drap, drap! Lalu, melompat dari sofa ke lantai… bruk, bruk! Suaranya amat bising, bagaikan pukulan gendang bertalu-talu.

Tanpa mereka sadari, tingkah kedua anak itu mengganggu tetangga yang tinggal satu lantai tepat di bawah ruangan mereka, yaitu Paman 901 yang segera datang dan memarahi ibu San dan Byul.

Ketika ayah San dan Byul pulang dan mengetahui peristiwa itu, ia pun marah besar kepada Paman 901.

Pada akhirnya, ayah malahan menyuruh San dan Byul untuk bermain sepuasnya tanpa mempedulikan tetangga yang merasa terganggu.

Keluarga San juga memberikan julukan “Paman Ting Tong” kepada Paman 901, yang selalu memencet bel ruang apartemen mereka saat San dan Byul heboh bermain lompat-lompatan di dalam.

Cerita menjadi semakin menarik saat keluarga San mengetahui alasan kenapa Paman 901 marah-marah.

Rupanya, bukan hanya karena Paman 901 merasa terganggu, tetapi ada alasan lain.

Hanya marah-marah tidak akan menyelesaikan sebuah masalah.

Membiarkan perilaku yang mengganggu juga tidak akan memadamkan perseteruan.

Namun, ketika masing-masing pihak mau membuka diri dan saling bertoleransi satu sama lain, keharmonisan hidup bertetangga pun akan tercipta.

Lantas, bagaimana akhir dari drama perseteruan antara keluarga San dan Paman Ting Tong?

Semua buku ini bisa kamu beli dan dapatkan di Gramedia.com. Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, borong semua buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

Dapatkan Diskonnya! Dapatkan Diskonnya!

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com