Indonesia memiliki sejarah panjang sampai akhirnya meraih kemerdekaannya. Banyak terjadi pertempuran di daerah yang menelan banyak korban jiwa. Bahkan setelah mendeklarasikan kemerdekaan, Indonesia masih berjuang mempertahankan kedaulatannya.
Seperti Pertempuran Ambarawa, pertempuran di Surabaya dan sejumlah pertempuran di daerah lainnya yang masih terjadi setelah 17 Agustus 1945 Indonesia Merdeka. Pertempuran di berbagai daerah di Indonesia jadi catatan sejarah panjang Bangsa ini berjuang.
Berikut ini daftar pertempuran di daerah yang pernah terjadi dalam sejarah bangsa Indonesia:
Di Maluku, penjajah Belanda membuat rakyat Indonesia sengsara melalui kerja paksa, pengiriman makanan laut, pemecatan guru untuk menghemat uang, mengubah pemuda menjadi tentara, dan keengganan Belanda untuk belajar dari mereka.
Menghadapi hal tersebut, para pemimpin dan pemuda Maluku sepakat untuk melawan kekejaman zaman penjajahan Belanda.
Terjadilah perang dengan orang Maluku yang dikomandoi oleh Lucas Latumahina, dimana selama itu Indonesia mampu menguasai Benteng Duurstede.
Perang Diponegoro berlangsung dari tahun 1825 hingga 1830 dan merupakan salah satu perang terbesar yang dihadapi Belanda.
Perang tersebut terjadi sebagai akibat dari kebijakan penjajahan Belanda yang tidak rasional, termasuk perampasan tanah kaum bangsawan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Pada bulan Mei 1825 mereka mempertaruhkan tanah leluhur mereka di Diponegoro. Kemudian kremasi dijemput oleh pengikut Diponegoro. Pangeran Diponegoro diam-diam menggunakan taktik perang gerilya yang cepat, terarah, dan efektif.
Perang pecah di Tegalrejo pada tanggal 20 Juli 1825, dan tentara Belanda dikirim untuk menaklukkan Diponegoro. Tegalrejo, kubu pengikut Diponegoro, ditaklukkan dan dibakar habis oleh Belanda.
Pada tahun 1841, Belanda mulai memasuki Bali, memaksa orang Bali untuk tunduk dan mengakui pemerintah Belanda. Perang pecah pada tahun 1846, memaksa Raja Buleleng untuk menandatangani perjanjian damai.
Namun, seruan perdamaian diabaikan oleh pihak Bali, dan akhirnya Belanda melancarkan serangan habis-habisan. Dalam ekspedisi pertama tahun 1846, yang menyaksikan tiga pertempuran di Bali, Belanda mengirim pasukan sebanyak 1700 orang untuk menaklukkan Bali.
Pada saat itu masyarakat Sumatera Barat merupakan ulama atau ulama yang memiliki ikatan adat, dan datangnya bantuan dari Aceh menimbulkan kesulitan bagi pihak Belanda.
Selanjutnya, Belanda menerapkan sistem pertahanan Benteng tersel. Belanda membangun Fort de Kok di atas bukit yang tinggi dan Fort van der Kappelen menjadi benteng pertahanan mereka.
Perlawanan rakyat Aceh melawan Belanda dalam semangat jihad, perang membela Islam. Belanda harus melawan rakyat Aceh, terbukti dengan tewasnya Jenderal Kohler dan gagalnya sistem pertahanan Benteng tersel.
Pada saat itu, Belanda kewalahan dengan perlawanan fisik dari orang Aceh, tetapi Snouck Hurgronje menyamar dan menemukan kelemahan orang Aceh.
Perlawanan rakyat Sumatera Utara terhadap Belanda dilakukan oleh Sisingamangaraja XII yang berlangsung selama 24 tahun. Perang ini disebabkan oleh upaya Belanda untuk mendirikan Pax Netherlandica.
Pertempuran dimulai pada tahun 1907 dengan penyerangan ke pusat pertahanan Belanda dan diakhiri dengan pengepungan benteng terakhir Sisingamangaraja di Pakpak.
Perang Banjar dimulai dengan campur tangan Belanda dalam suksesi tahta Kerajaan Banjarmasin. Setelah Prabu Anom ditaklukkan Belanda, perlawanan rakyat Banjar dipimpin oleh Pangeran Antasari.
Peperangan pecah di Kalimantan, bala bantuan kepada Belanda tiba, dan Belanda mendorong mundur pasukan Pangeran Antasari. Perang benar-benar berakhir pada tahun 1866 ketika Pangeran Hidayat yang menjadi raja Banjarmasin menyerah kepada Belanda.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Pertempuran di daerah juga masih terjadi pasca Indonesia sudah mendeklarasikan kemerdekaannya. Seperti yang terjadi melawan Jepang pada tanggal 15-19 Oktober 1945 dan berakhir dengan gencatan senjata.
Alasan utamanya adalah tentara Jepang itu melarikan diri sebelum ditangkap dan dokternya meninggal. Kariadi dibunuh oleh tentara Jepang saat memeriksa sumber air yang diduga diracuni oleh Jepang.
Antara satuan TKR dan pemuda melawan pasukan Sekutu Inggris yang terjadi pada tanggal 20 November 1945 dan berakhir pada tanggal 15 Desember 1945.
Mulai 20 Oktober 1945, Sekutu menuju Magelang untuk membebaskan tawanan perang Sekutu dan membebaskan tawanan perang NICA Belanda.
Pada tanggal 20 November 1945, perang pecah pada klimaksnya ketika Sekutu melanggar komitmen yang telah disepakati mengenai isi naskah.
Pertempuran itu terjadi pada 10 Desember 1945. Pasukan Sekutu mendarat di Medan pada tanggal 9 Oktober di bawah komando Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly menemani NICA.
Para pejuang siap membentuk divisi Benten pada 13 Oktober, ketika pertempuran pertama terjadi di Medan hari itu. Puncaknya adalah 10 Desember 1945.
Dalam peristiwa yang terjadi pada 23 Maret 1946, warga Bandung membakar rumahnya dan mengungsi ke wilayah Bandung selatan. Lebih dari 200 juta rumah hancur hanya dalam tujuh jam.
Hal ini untuk mencegah Sekutu dan NICA Belanda menggunakan Bandung sebagai pangkalan militer.
Perang ini dilancarkan oleh I Gusti Ngurah Rai pada tanggal 20 November 1946. Pasukan TKR berjuang dengan sekuat tenaga untuk mengusir tentara Belanda yang kembali dari kekalahan Jepang.
Itu berlangsung dari 1 hingga 5 Januari 1947, dan gencatan senjata ditandatangani pada 6 Januari 1947. Masih banyak lagi perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kita tidak bisa menikmati momen ini tanpa perjuangan para pahlawan kita.
Pertama, ketika Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945, pasukan Sekutu berusaha menguasai Surabaya, tetapi pertempuran pecah dan Jenderal Mallaby tewas pada 30 Oktober 1945.
Buku Kronik Pertempuran Surabaya Media Asing Historiografi Indonesia yang ditulis Ady Setyawan bisa kamu jadikan referensi untuk belajar sejarah pertempuran di daerah yang terjadi di Surabaya.
Ini adalah buku pertama yang menyajikan Peristiwa Pertempuran Surabaya dalam bentuk Kronik, membahas hari demi hari menggunakan sumber media asing dan catatan Indonesia yang lengkap.
Disajikan dengan cukup detail sehingga pembaca seakan larut dalam hari pertempuran yang menegangkan tersebut. Ini akan memberimu cukup gambaran bagaimana pertempuran di daerah saat itu demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajah yang masih ingin menguasai bangsa kita.
Buku ini bisa kamu pesan dan beli di Gramedia.com!
Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.