Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Apakah Bucin? Ini Arti dan Faktor Penyebabnya dalam Psikologi

Kompas.com - 04/08/2022, 10:30 WIB
seperti apakah bucin pixabay seperti apakah bucin
Rujukan artikel ini:
Sudah Bukan Waktunya Jadi Bucin!
Pengarang: Tristanti Tri Wahyuni
|
Editor Rahmad

Kamu mungkin penasaran seperti apakah bucin itu? Istilah bucin lebih populer dikalangan anak muda yang sedang dalam fase kasmaran. Bahkan kamu bisa menemukan banyak kata-kata bucin yang bikin baper atau justru semakin merasa galau.

Lalu apa sebenarnya arti bucin? Jangan-jangan kamu sering mengalaminya dengan pasangan namun tidak menyadarinya. Namun perasaan bucin biasanya mudah disadari karena ke-bucin-an pada pasangan sebenarnya adalah sebuah pilihan.

Arti Seperti Apakah Bucin Itu

Bucin adalah singkatan dari "budak cinta". Istilah generik ini tidak ada artinya dalam KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan Bucin hanya tergolong dalam sebutan masyarakat sebagai bahasa Prokem atau bahasa gaul.

Istilah budak bukanlah apa yang digambarkan orang dahulu sebagai orang yang selalu mengikuti perintah tuan atau majikannya. Bucin atau budak cinta ini dapat digambarkan sebagai seseorang yang siap mengorbankan segala bentuk yang dimilikinya untuk pasangan.

Termasuk kekayaan, waktu, jiwa atau tubuh demi pasangan tercinta mereka. Berdasarkan penelitian tentang kata-kata bucin ini, kita mengetahui bahwa pria atau wanita lebih cenderung menjadi kekasih atau budak cinta jika mereka telah menjalin hubungan kurang dari tiga bulan.

Namun, hal ini tidak terkecuali sikap bucin seseorang juga bisa muncul meskipun mereka belum menjalin hubungan dan hanya saling menyukai atau mencintai. Dalam praktiknya bucin juga memiliki beberapa tingkatan dan tipe.

Itulah sebabnya setiap orang biasa memiliki tingkat ke-bucin-annya masing-masing. Kadar bucin ini juga bisa disebabkan karena kondisi psikologi setiap orang berbeda-beda.

Berdasarkan teori psikologi Sigmund Freud yang menyatakan bahwa arti bucin adalah idealisasi sadar atau tidak sadar seseorang terhadap orang lain. Hal ini ditandai dengan seseorang yang mencintai pasangannya dengan segenap jiwa dan raganya.

Seperti kata pepatah, "cinta itu buta", orang-orang yang menjadi budak cinta sering gagal melihat pasangannya secara logis. Orang yang bucin akan melihat pasangan mereka sebagai orang sempurna dan membiarkan pasangannya melakukan apa yang mereka inginkan.

Fanatisme dalam hubungan ini tentu memiliki dampak buruk. Efek negatif bucin adalah dapat merusak secara psikologis. Ini bisa dilakukan dengan menghilangkan logika bahwa Bucin rela melakukan apa saja demi pasangannya.

Seringkali dia tidak menyadari bahwa perilaku ini dapat membahayakan dirinya dalam jangka panjang dan menyebabkan kemunduran kondisi psikologisnya. Memang, mencintai seseorang itu baik, tapi jangan biarkan hidupmu terlalu bergantung padanya.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Fokus pada tujuan yang ingin kamu kejar dalam hidup dan jangan gunakan cinta sebagai panduan dan mengganggu impianmu.

Faktor Penyebab Bucin

Berdasarkan bukti ilmiah, seseorang yang menjadi bucin dapat dijelaskan oleh dua faktor yang ada dalam tubuh manusia seperti berikut ini:

1. Faktor Kimia

Faktor pertama adalah faktor kimia. Ini menjelaskan bahwa otak manusia pada dasarnya diprogram untuk jatuh cinta pada orang lain. Ketika seseorang jatuh cinta, hormon dopamin diproduksi dalam jumlah besar di otak.

Hal ini dapat membuat seseorang menjadi pecandu cinta sama seperti pecandu kokain. Ini juga menjelaskan bagaimana seseorang yang telah jatuh cinta dapat tetap bahagia dan menikmati dan bahagia dalam segala hal yang mereka lakukan dengan pasangannya.

2. Faktor Psikologis

Faktor kedua adalah faktor psikologis, yang menggambarkan bagaimana seseorang dipengaruhi oleh keadaan mentalnya. Ini terlihat pada orang dengan harga diri rendah dan hati yang lemah. Mereka dikatakan lebih mungkin menjadi budak cinta dan hanyut dalam perasaannya.

Buku Sudah Bukan Waktunya Jadi Bucin yang ditulis Tristanti Tri Wahyuni dapat membantu kamu memahami tentang seperti apakah bucin itu. Praktik bucin sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu dan masih menjadi penyakit umum di kalangan milenial sekarang.

Mengapa bucin disebut penyakit? Secara sederhana, bucin dapat diartikan sebagai seseorang yang memiliki perasaan berlebihan terhadap seseorang. Jika tidak terkontrol, bucin akan melakukan berbagai hal buruk, termasuk menyakiti dirinya sendiri dan orang lain.

Pada tahap yang lebih parah, kebisingan bisa menjadi sumber bahaya. Karena itu, seperti penyakit pada umumnya, Bucin harus disembuhkan. Metodenya bisa kamu temukan dalam buku ini untuk memahami lebih dalam seperti apakah bucin itu.

Bukunya sendiri bisa kamu pesan dan beli lewat Gramedia.com!

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau