Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Malin Kundang Nyata? Yuk Cari Tahu Jawabannya!

Kompas.com - 30/07/2022, 18:00 WIB
Apakah Malin Kundang Nyata Sumber Gambar: duniapendidikan.co.id Apakah Malin Kundang Nyata
Rujukan artikel ini:
Seri Cerita Rakyat 34 Provinsi…
Pengarang: Dian Kristiani, Dian K.
Penulis Hana Sjafei
|
Editor Ratih Widiastuty

Kisah rakyat Malin Kundang seringkali dibacakan orang tua kepada anak-anak.

Cerita Malin Kundang ini sebenarnya berasal dari Padang, Sumatera Barat, Indonesia.

Malin Kundang dianggap sebagai anak durhaka kepada ibunya.

Karena sikapnya yang durhaka tersebut, Malin Kundang dikutuk menjadi batu.

Kisah Malin Kundang menjadi pengingat bagi perantau agar tidak melupakan tanah kelahirannya.

Perantau yang melupakan kampung halaman ini dianggap seperti melupakan sosok ibu.

Mereka akan dianggap sebagai anak durhaka yang seolah-olah melupakan asal-usulnya.

Kisah Malin Kundang

Konon kisah Malin Kundang berawal saat seorang janda bernama Mande Rubayah dan anak laki-lakinya, Malin Kundang, tinggal di sebuah kampung di selatan kota Padang, Sumatera Barat.

Mereka hidup dalam kemiskinan.

Mande berusaha keras menghidupi anak semata wayangnya tersebut.

Hal ini lantaran ayah Malin sudah meninggal sejak sang anak kecil.

Semasa kecil, Malin Kundang hidup penuh kasih sayang dari sang ibu.

Hal itu membuat Malin Kundang kecil hidup berbahagia dan menikmati pendidikan.

Seiring waktu, nasib mereka tidak kunjung berubah.

Mereka masih dalam kondisi miskin.

Melihat kondisi tersebut, Malin yang beranjak dewasa memberanikan diri untuk izin merantau.

Niat merantau Malin timbul saat ia melihat kapal besar merapat di dekat kampungnya.

Dengan keberadaan kapal itu, Malin mengendus adanya peluang untuk mendapatkan pekerjaan.

Mande awalnya berat memberikan izin Malin merantau, tetapi melihat kemauan besar Malin, Mande pun tak tega.

Mande lalu memberikan restunya untuk Malin bekerja di perantauan.

Malin kemudian berlayar ke sebuah kota dan bekerja keras di sana.

Selanjutnya, Malin yang tak mengenal lelah bekerja itu menjadi saudagar kaya dan menikah dengan seorang gadis.

Telah memiliki keluarga sendiri, Malin rupanya belum pernah kembali ke kampung halamannya.

Mande, sang ibu yang kian rentan, terus menanti kehadiran Malin.

Hingga suatu hari, Mande mendengar ada kapal bersandar.

Mande yang tengah menanti kabar anaknya itu, bahagia saat melihat sosok anaknya yang dirindukan tersebut.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Mande memeluknya, tetapi istri Malin tampak kaget dengan penampilan Mande yang rusuh.

Istri Malin mempertanyakan sosok wanita renta tersebut apakah benarkah mertuanya, karena Malin selama ini mengaku sebagai anak konglomerat di kampungnya.

Malu dengan sosok ibunya, Malin justru mengakui Mande bukanlah ibu kandungnya.

Kecewa dengan sosok Malin, Mande berdoa kepada Tuhan agar mengingatkan anaknya tentang kasih ibunya.

Tuhan pun menjawab doa Mande dengan datanganya cuaca hujan dan petir menyambar.

Saat itu pun Malin Kundang dan kapalnya berubah menjadi patung batu.

Batu Malin Kundang

Terdapat sebuah batu yang menyerupai orang yang bersujud di tepi Pantai Air Manis, Padang, Sumatera Barat.

Batu itu dipercaya menjadi Malin Kundang, sosok anak semata wayang Mande Rubayah yang durhaka kemudian dikutuk menjadi batu.

Meski demikian, fakta menariknya rupanya relief batu Malin Kudang itu merupakan karya Dasril Bayras dan Ibenzani Usman.

Kedua sosok tersebut memang membuat relief batu Malin Kundang berdasarkan cerita rakyat setempat.

Tetapi, berdasarkan catatan sejarah, Pantai Air Manis merupakan salah satu pelabuhan di Padang tahun 1890.

Hal ini pun menguatkan cerita rakyat Malin Kundang yang dikutuk ibunya.

Batu Malin Kundang sempat tenggelam akibat genangan air pasang pada 2020 lalu.

Insiden ini merupakan kejadian pertama batu tersebut terendam air.

Malin Kundang Nyata atau Tidak?

Dengan keberadaan batu Malin Kundang yang dibuat, lantas sebenarnya kisah Malin Kundang nyata atau tidak?

Berdasarkan beberapa riset, kebenaran batu Malin Kundang tidak ada dalam sejarah.

Batu itu memang sengaja dibuat lalu dikaitkan dengan legenda si anak durhaka.

Hal ini dimaksudkan untuk menarik wisatawan.

Mantan Gubernur Sumatra Barat, Irwan Prayitno, pada sambutannya pada Peringatan Hari Pers Nasional 2018 dilansir dari ANTARA, meminta dilakukan kajian lebih jauh tentang Malin Kundang.

Hal ini lantaran Malin Kundang dinilai tidak mencerminkan perilaku orang Minangkabau karena berperilaku durhaka kepada ibunya.

Untuk memahami lebih lengkap kisah Malin Kundang dari Padang, kamu bisa membacanya melalui buku Seri Cerita Rakyat 34 Provinsi: Malin Kundang (Billingual book).

Buku yang ditulis oleh Dian K ini membawakan kisah Malin Kundang menggunakan bahasa Inggris.

Hal ini cocok bagi anak-anak yang sedang belajar membaca ataupun ingin melatih belajar bahasa Inggris.

Menariknya lagi, buku ini dilengkapi ilustrasi berwarna sehingga tidak membuat bosan anak-anak untuk membacanya.

Tertarik mempunyai buku Seri Cerita Rakyat 34 Provinsi: Malin Kundang (Bilingual book)? Kamu bisa membelinya melalui Gramedia.com untuk diberikan kepada si kecil!

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau