Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hikmah Apa yang Bisa Kita Petik dari Buku Cerita Malin Kundang? Temukan Penjelasannya Berikut Ini!

Kompas.com - 10/07/2022, 18:00 WIB
Buku Cerita Malin Kundang Sumber Gambar: Kompasiana.com Buku Cerita Malin Kundang
Rujukan artikel ini:
Legenda Batu Menangis & Koleksi…
Pengarang: Tyas Anindita
Penulis Okky Olivia
|
Editor Ratih Widiastuty

Saat masih kecil, kita pasti sering sekali mendengar cerita tentang si Malin Kundang, bukan?

Bahkan sampai sekarang, nama “Malin Kundang” si anak durhaka masih sering dipakai oleh para orang tua untuk mengingatkan anak-anaknya yang tidak mau menurut.

Cerita dongeng Malin Kundang ini pada mulanya berasal dari salah satu cerita rakyat di Sumatera Barat, yang secara khusus mengisahkan tentang seorang anak durhaka yang dikutuk menjadi batu.

Batu “Malin Kundang” yang saat ini terletak di pesisir Pantai Air Manis bahkan masih mampu menjadi daya tarik dan objek wisata yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan.

Walau terkesan menyeramkan, membacakan dongeng Malin Kundang nyatanya bisa menjadi salah satu cara untuk mengedukasi anak-anak agar selalu menghormati orang tua, sekaligus juga untuk melatih dan menstimulasi kecakapan berbahasa pada anak.

Garis Besar Cerita Malin Kundang

Di pesisir pantai Sumatera Barat, hiduplah seorang ibu bersama anak kesayangannya yang ia beri nama Malin.

Sejak suaminya meninggal dunia, sang ibu harus berjuang mati-matian untuk menghidupi Malin, namun mereka berdua tetap hidup bahagia sebab Malin adalah anak yang baik dan selalu membantu ibunya.

Saat mencapai usia dewasa, Malin memiliki keinginan untuk pindah keluar kota untuk bekerja demi mengubah keadaan ekonomi keluarga dan membahagiakan ibunya.

Dengan berat hati, ibu Malin mencoba melepaskan putra kesayangannya yang hendak merantau dan berpesan agar Malin bisa kembali pulang dengan selamat.

Selama bertahun-tahun, ibu Malin hidup sebatang kara karena Malin tidak kunjung pulang ke rumah, namun ia merasa bahagia saat mendapatkan kabar bahwa Malin telah sukses di kota sebrang dan menikah dengan putri seorang bangsawan.

Dua bulan kemudian, istri Malin yang sedang hamil tiba-tiba saja ingin berlibur ke Pantai Air Manis, alhasil ia mengajak Malin dan seluruh awak buah kapalnya untuk ikut berlayar.

Saat kapalnya sudah menepi ke pinggir pantai, ibu Malin bergegas lari dan memeluk tubuh putra kesayangannya yang sudah lama tidak ia temui, sayangnya, Malin merasa malu jika harus mengenalkan wanita tersebut kepada istrinya yang kaya raya.

Dengan bersikeras, Malin tetap tidak mau mengakui kehadiran ibunya dan menarik tubuh istrinya untuk segera menjauhi pantai.

Ibu Malin yang merasa sedih, terhina, sekaligus marah berdoa kepada Tuhan, di sela-sela doanya ia juga bersumpah ingin mengutuk Malin menjadi batu karena tidak mengakuinya sebagai ibu yang telah melahirkannya.

Diiringi dengan suara gemuruh dari langit, kapal yang ditumpangi oleh Malin, istrinya, dan seluruh awak buah kapalnya tiba-tiba saja terombang-ambing oleh ombak hingga karam dan terpecah.

Tidak sampai disitu saja, setelah beberapa saat, banyak penduduk sekitar yang terkejut setelah menemukan sebuah bongkahan batu besar yang bentuknya seperti manusia yang tengah bersujud.

Sejak saat itu, banyak orang yang meyakini bahwa Malin Kundang telah dikutuk menjadi batu karena perbuatannya terhadap ibunya.

Hikmah yang dapat Diambil dari Cerita Malin Kundang

1. Menghormati Orang Tua

Kedua orang tua, terutama ibu yang memiliki tingkatan lebih tinggi dari ayah merupakan sosok yang wajib kita hormati, hargai, dan sayangi sampai kapanpun.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Beliau adalah seorang wanita yang dengan sukarela dan ikhlas membesarkan kita, merawat, menyusui, dan memberikan kita kasih sayang seumur hidupnya tanpa pamrih dan meminta imbalan apapun.

Bahkan bagaimanapun kita mencoba untuk membalas jasanya, tidak akan pernah bisa sebanding dengan apa yang telah ia berikan kepada kita, jadi saat ia murka, maka Allah Swt juga akan murka.

Hal inilah yang akhirnya terjadi pada Malin Kundang yang durhaka kepada ibunya, ia mendapatkan hukuman yang amat pedih tanpa sempat meminta maaf lebih dulu kepada ibu yang telah ia zholimi.

2. Jika Sudah Diberikan Kenikmatan, Jangan Pernah Lupa Diri

Pada penggalan cerita Malin Kundang saat di perantauan, kita akan diberi tahu bahwa ia ternyata berhasil menjadi orang yang kaya raya, bergelimang harta, dan dikaruniai istri yang cantik dari keturunan bangsawan.

Sayangnya, keadaan hidupnya yang serba mewah ternyata membuat ia melupakan siapa dan darimana ia berasal, bahkan ia juga tidak mau mengakui ibu kandungnya sendiri karena merasa malu dengan keadaan ibunya di desa.

Padahal sebagai manusia, kita seharusnya selalu menyadari bahwa segala hal yang kita punya hari ini hanyalah titipan yang bisa lenyap dalam sekejap mata, karena sejatinya hanya amal dan ibadah saja yang akan kita bawa hingga ke akhirat kelak.

3. Kebohongan Tidak Akan Menolong Kita

Dalam cerita Malin Kundang, demi bisa menyunting wanita pujaannya, tokoh Malin sempat berbohong dan mengatakan bahwa ia berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya.

Tapi saat bertemu ibunya di desa, istrinya merasa kecewa dan menuntut Malin untuk menjelaskan semuanya, hal inilah yang membuat Malin berbohong dan mengatakan bahwa wanita tua itu bukanlah ibunya.

Apa yang kemudian ia dapatkan? Sebuah hukuman berat yang akhirnya tidak hanya merenggut ia dan istrinya, tapi juga seluruh harta kekayaan yang mereka miliki, hal ini membuktikan bahwa kebohongan yang terus menerus dilakukan tidak akan berdampak baik bagi kehidupan.

Itulah beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita Malin Kundang si anak durhaka yang dikutuk menjadi batu.

Selain cerita tentang Malin Kundang, sebenarnya masih banyak sekali dongeng, legenda, atau cerita rakyat lain yang bisa dijadikan sebagai bahan bacaan anak-anak sebelum tidur.

Salah satu buku cerita yang bisa direkomendasikan untuk anak-anak adalah buku Legenda Batu Menangis & Koleksi Dongeng Nusantara Terlengkap yang ditulis oleh Tyas Anindita.

Beragam dongeng yang terdapat dalam buku ini sangat mengandung nilai pendidikan dan moral yang bisa membangun karakter anak.

Selain legenda batu menangis atau yang lebih dikenal dengan Malin Kundang, buku ini juga secara lengkap berisi beberapa dongeng Nusantara lain yang terkenal, misalnya seperti dongeng si kancil, timun mas, sangkuriang, dan masih banyak lagi.

Selain diajarkan untuk menghormati dan menghargai orang tua, anak-anak juga akan belajar untuk menyayangi sesama, mencintai alam, dan menghargai setiap perbedaan yang ada di sekitarnya.

Buku ini bisa kamu beli melalui online di Gramedia.com.

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com