Patah hati adalah rasa sakit yang bisa menjangkiti siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan, tua, muda, siapa pun.
Setiap orang pun punya cara masing-masing untuk melampiaskan kesedihan, dengan menangis, marah, atau menutup-nutupi dan bersikap seolah baik-baik saja.
Untuk beberapa orang, segala perasaan yang berkecamuk itu bahkan bisa diungkapkan ke dalam sebuah karya seni, misalnya puisi, prosa, lukisan, atau lagu.
Mendengarkan lagu merupakan salah satu cara untuk memvalidasi perasaan kita.
Saat sedih kita cenderung mendengarkan lagu melankolis untuk melepaskan perasaan negatif. Nikmati setiap lagu favorit sampai suasana hati kembali membaik.
Menulis di jurnal atau buku diary merupakan media self healing untuk menyalurkan semua emosi dalam diri.
Keluarkan segala emosi yang terpendam agar hati merasa lebih lega.
Curhat dengan sahabat yang bersedia mendengarkan, bukan untuk menghakimi.
Sahabat terbaik akan meluangkan waktunya untuk mendengar keluh kesah dan mengajak kita tertawa setelahnya.
Lakukan meditasi untuk membuang rasa marah, kecewa, insecure dalam diri.
Berlatih nafas sambil mengendurkan otot-otot yang tegang bisa membuat badan terasa rileks.
Endorphine alias hormon kebahagiaan bisa didapat saat kita berolahraga.
Maka dari itu, luangkan waktu untuk berolahraga agar lebih produktif tidak larut dalam patah hati.
Membaca buku tentang self healing menjadi salah satu opsi untuk mengobati luka batin.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Setiap kata yang tertuang di dalamnya bisa menjadi pengobat luka, dan penguat jiwa, hingga kita menjadi sosok yang lebih kuat dari sebelumnya.
Namun, bagaimana mengubah rasa sakit menjadi sebuah karya seni sehingga kesedihan tidak melulu diratapi, tetapi juga bisa dinikmati?
Remedies for the Broken merupakan antologi puisi berbahasa Inggris karya Leony Jardine.
Tiap baitnya mewakili cerita yang tidak kenal putus asa. Karena ternyata, semua perasaan sedih maupun senang, dirasakan oleh kita semua manusia.
Kadang, kita yang terlalu pandai berpura-pura seakan semuanya baik-baik saja. Padahal, seperti luka-luka pada tubuh, luka-luka di hati juga semestinya diobati.
Antologi puisi ini dipersembahkan dalam empat bagian cerita. Dimulai dari “Fracture”, yang berisi momen-momen kala sakit dan hancur.
Berlanjut ke babak “Diagnose”, yaitu ketika kita mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi pada diri sendiri.
Lalu mengambil langkah untuk berusaha sembuh yang terangkum dalam babak “Prescription Pills”. Hingga menemukan penawar dari pahitnya kehidupan dalam “Life Antidote.”
Buku ini sedikit banyak memberikan kenyataan bahwa hidup terasa tidak adil. Namun kita tidak pernah berjuang sendiri.
Kesedihan, ketakutan, dan kegagalan masa lalu tak letih menghantui. Hanya kita yang dapat melepaskan diri kita sendiri dengan belajar mencintai dan menyayangi diri kita sendiri.
Mulailah menerima hidup sebagaimana adanya. Mulailah mencari apa yang membuat kita bahagia.
Dengan penyampaian yang begitu memesona, semua proses dari rasa sakit hati hingga penyembuhannya akan membuat pembacanya terhanyut, seolah ikut merasakan pedih dan perihnya.
Foto-foto di dalam buku—yang juga merupakan jepretan langsung dari Leony Jardine—diharapkan bisa menjadi sahabat yang akan menemani kesunyianmu, juga memberikan peluk untuk tangismu.
Setelah berbagai sakit hati dilalui, rasanya sungguh tidak berlebihan jika seseorang mengucapkan terima kasih dan berbangga pada diri sendiri, karena tidak menyerah, karena bisa bertahan hingga mencapai titik sejauh ini.
Dan untuk kalian yang sedang dan telah berjuang, sebuah kalimat pembuka dari Remedies for the Broken ini mungkin akan sedikit menenangkan. “To myself, I am proud you have come this far.”