Penayangan film dokumenter berjudul Tinder Swindler di platform streaming Netflix berhasil menghebohkan seluruh dunia akan sosok Simon Leviev yang berhasil menipu banyak wanita dengan berpura-pura kaya raya serta melalui tampangnya yang rupawan.
Film Tinder Swindler mengekspos tiga korban wanita yang ditipu habis-habisan, baik dari segi materi dan emosi, oleh Simon Leviev yang berhasil memperdaya mereka melalui karisma dan permainan emosi yang ia lakukan.
Simon berhasil menemukan para korbannya ini lewat sebuah aplikasi kencan bernama Tinder dan setelah sukses “memancing” korbannya, Simon langsung menjalankan sebuah pola yang mampu membuat para wanita ini luluh sekaligus percaya.
Di awal perkenalan, Simon akan memainkan emosi para korbannya dengan mengajak mereka bertemu dan sedikit mencicipi gaya hidupnya yang “mewah” agar mereka percaya dengan kekayaan yang dimilikinya.
Setelah para korbannya jatuh cinta dan percaya akan semua ucapan Simon, di sini ia mulai beraksi dengan berpura-pura sedang mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan finansial dengan meminta uang kepada korbannya secara perlahan-lahan.
Luar biasanya, sudah banyak korban yang terjerat oleh tipu daya Simon Leviev, tapi sesungguhnya siapa sosok Simon Leviev ini? Mengapa banyak wanita yang bisa tertipu dengan mudahnya oleh Simon?
Siapakah Simon Leviev Ini?
Menurut informasi dan kabar yang beredar, Simon Leviev sebenarnya bernama Shimon Yehuda Hayut yang lahir di Ramat Elchanan, Bnei Brak, Israel pada tanggal 27 September 1990 dan kini telah berusia 31 tahun.
Di negaranya sendiri, Israel, Simon sudah memiliki catatan kriminal seperti pemalsuan, penipu, dan pencurian, sehingga ditetapkan sebagai buronan oleh pihak kepolisian Israel.
Di tahun 2011 Simon melakukan aksi kriminal pertamanya dengan mencuri buku cek milik keluarga yang memperkerjakannya untuk menjadi pengasuh anak mereka, tapi proses hukum untuk kasus ini sendiri berjalan alot sebab Simon tidak hadir saat di persidangan dan telah pergi meninggalkan Israel menuju benua Eropa menggunakan paspor palsu dengan nama Mordechai Nisim Tapiro.
Di tahun 2015, Simon diciduk di Finlandia karena telah melakukan penipuan terhadap beberapa wanita dengan vonis hukuman tiga tahun penjara, tapi berkat bakat tipu dayanya, Simon berhasil bebas lebih awal dan kembali melanglang buana di benua Eropa.
Simon kerap menggunakan nama-nama yang berbeda untuk menipu para wanita di benua biru tersebut, hingga akhirnya lewat aplikasi Tinder, ia memilih nama Simon Leviev dan mengaku sebagai putra dari Lev Leviev, maestro berlian Rusia-Israel.
Tipu Muslihat Simon Leviev
Namun, selain karena tampangnya yang rupawan, mengapa banyak wanita yang terpikat oleh Simon Leviev? Jawabannya adalah pola tipu muslihat yang digunakan Simon mampu memperdaya hati wanita, sehingga sudah tak ada logika lagi untuk memikirkannya.
Setelah berhasil mendapatkan korbannya lewat aplikasi Tinder, Simon langsung menghubungi wanita tersebut untuk bertemu di tempat-tempat mewah yang akan dia bayar agar korbannya tersebut percaya jika Simon memang benar-benar orang kaya.
Tidak hanya itu, Simon juga kerap mengajak para korbannya untuk terbang menggunakan jet pribadi melancong ke berbagai negara di Eropa supaya korban bisa mencicipi sedikit kehidupan bergelimang harta yang dijalani oleh Simon.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Simon juga mulai melancarkan aksi dengan mengajak mereka berkencan, mengirim pesan mesra penuh perhatian, hingga mendatangi mereka seolah-olah itu hal besar, mengingat kesibukan Simon yang kerap berpindah-pindah negara untuk bekerja.
Saat emosi para wanita ini mulai terpikat oleh sosok Simon yang tampak sempurna, ia mulai berpura-pura sedang dikejar dan diserang oleh seseorang yang ingin membunuhnya dengan sangat meyakinkan.
Simon juga mengirim foto pengawal pribadinya yang sedang terluka kepada para korbannya agar mereka percaya dengan masalah tersebut.
Saat korban mulai panik akan keselamatan pujaan hatinya, Simon mulai meminta uang dengan dalih meminjam sebab demi keselamatan dirinya.
Ia tak bisa menggunakan uang pribadinya dan para wanita ini percaya untuk memberikan uang kepada Simon, sebab mereka sendiri telah melihat dan sedikit merasakan kehidupan bergelimang harta yang dimiliki oleh Simon.
Hingga pada akhirnya mereka sadar jika Simon telah menipu mereka dengan permainan emosi dan kepura-puraan yang berhasil dilakoni oleh Simon, dan skema ponzi yang dilakukan Simon akan terus berulang pada korban barunya, sehingga ia dapat terus memiliki uang.
Kini, setelah viralnya film dokumenter Tinder Swindler, aksi Simon Leviev mulai diekspos oleh seluruh orang di dunia dan Tinder sendiri telah memblokir Simon dari aplikasi mereka.
Namun, sayangnya menurut berita yang beredar, Simon kini masih bebas dan hidup mewah tanpa pernah dipenjara, sementara tiga korbannya yang menjadi narasumber di film Tinder Swindler masih harus membayar utang yang jumlahnya sangat fantastis.
Dari kejadian ini kita bisa belajar untuk lebih berhati-hati lagi dalam menggunakan aplikasi kencan agar tidak tertipu, baik secara hati, emosi, maupun materi, maka dari itu, kamu harus bisa memandang cinta sebagai sesuatu yang lebih dalam daripada hanya sekadar fisik dan materi.
Buku Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta yang ditulis oleh Alvi Syahrin bisa memberi sudut pandang baru tentang makna dan arti cinta yang tidak hanya sekadar fisik, materi, dan nafsu belaka.
Di sini, kamu akan menemukan jika cinta terkadang bukanlah segala-galanya, sebab masih ada hal lain yang jauh lebih utuh dan berharga, daripada hanya sekadar cinta yang kerap membutakan mata.
Buku ini ditulis dengan gaya yang mengajak pembaca seperti sedang mengobrol dengan teman sehingga enak untuk dibaca hingga akhir tulisan.
Kamu bisa membeli dan mendapatkan buku ini di Gramedia.com dan semoga bisa belajar lebih banyak tentang cinta agar tidak dibutakan karenanya.
Dapatkan juga gratis voucher diskon yang bisa digunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, segera klik di sini untuk dapatkan vouchernya!