Masa kanak-kanak adalah periode yang sangat menentukan kehidupan seseorang di masa selanjutnya.
Idealnya, bagi seorang anak masa itu seharusnya berisi aneka pengalaman hidup yang berdampak positif bagi perkembangan fisik, kognitif, emosi, dan sosial agar ia bisa menjalani kehidupannya dengan kapasitas seturut bertambahnya usia untuk kelak menjadi pribadi yang berkarakter, yakni seseorang yang memiliki nilai-nilai yang kuat dan menggenggam erat nilai-nilai tersebut serta mengaplikasikannya dalam kehidupannya sehari-hari.
Namun, banyak di antara anak-anak tidak seberuntung itu dalam masa tumbuh kembangnya.
Salah satu penyebab adalah trauma psikologis, yakni pelukaan jiwa atau batin dan mempunyai dampak jangka panjang yang serius.
Peristiwa traumatis menjadi peristiwa yang mengubah perjalanan hidup seseorang (life changing event) yang jika tidak ditangani dengan semestinya akan berdampak buruk bagi yang mengalaminya.
Penyebab Peristiwa Traumatis
Pelukaan jiwa atau batin banyak penyebabnya.
Misalnya, dalam dua dasawarsa terakhir dalam sejarah modern Republik Indonesia, telah terjadi berbagai peristiwa yang mengubah hidup orang banyak.
Yang dimaksud adalah perisitiwa traumatis yang terjadi begitu masif dan mendadak (tak terduga) dengan daya rusak yang luar biasa.
Peristiwa Tsunami Aceh (2004) yang menelan korban jiwa ratusan ribu manusia, meluluhlantakkan berbagai aset kekayaan dalam bentuk apa pun baik benda berharga, aset tidak bergerak seperti rumah, status sosial, infrastruktur lembaga pemerintah, sekolah, tempat ibadah, dan lain-lain.
Peristiwa susulan, baik di Padang, Nias, dan kemudian di Yogyakarta pada 2006, mempunyai dampak yang tidak kurang destruktifnya.
Di samping itu, Indonesia juga mengalami konflik horizontal dari pada 1988 diawali dengan perjuangan melakukan reformasi politik terhadap rezim Orde Baru.
Konflik politik ini, dan konflik lainnya yang berskala lebih kecil seperti di Kalimantan Barat (Sampit) juga menelan korban jiwa dan menimbulkan dampak psikologis yang serius bagi orang-orang yang mengalaminya.
Selain berbagai peristiwa yang berskala nasional seperti di atas, dalam kehidupan sehari-hari banyak anak Indonesia juga mengalami pengalaman traumatis karena memperoleh berbagai bentuk hukuman fisik dan verbal (caci-maki) dari orangtuanya, perlakuan buruk oleh guru dan teman-teman sekolah (perundungan), atau dipisahkan dari kedua orangtua untuk dijual di pasar tenaga kerja anak atau seks dan pornografi.
Pengalaman Traumatis
Pertama, dalam perjalanan hidup, pengalaman traumatis mungkin tidak hanya terjadi satu kali.
Terutama jika pertama kali terjadi adalah di masa kanak-kanak.
Efek traumagenik dari pengalaman buruk di masa kanak-kanak mempunyai dampak luar biasa pada aspek neurologis, kognitif, dan afektif sehingga para penyintas akan mewarisi kerentanan untuk mengalami reviktimisasi di kemudian hari.
Kedua, kebanyakan korban trauma atau penyintas tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan pengalamannya kepada orang lain.
Hal ini menyebabkan deteksi dan pertolongan dini jarang sekali dapat dilakukan.
Akibatnya, mereka berjuang sendiri menjadi penyintas dalam situasi cemas selama bertahun-tahun.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
Beberapa aspek dari pengalaman traumatis yang perlu diperhatikan adalah: (1) sifat peristiwanya yang “luar biasa” sehingga mengakibatkan (2) reaksi psikologis yang luar biasa (ketakutan atau ketidakberdayaan); yang (3) dapat berdampak jangka pendek maupun jangka panjang tergantung (4) pada usia berapa perisitiwa itu dialami, siapa pelakunya, berapa lama berlangsung, dan berapa sering dialami, sendirian atau bersama banyak orang lain.
Para ahli kesehatan mental menyatakan bahwa pengalaman traumatis sering menimbulkan krisis kesehatan mental yang serius dan dapat menyebabkan indvidu mengalami kondisi lebih parah seperti gangguan emosi pasca paparan (PTSD), yang mengharuskan individu memperoleh perawatan kesehatan jiwa untuk jangka panjang.
Para penyintas membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk keluar dari dampak peristiwa traumatis, pulih, dan menjadi bertumbuh.
Hal ini antara lain disebabkan adanya perbedaan fase traumagenik antar penyintas.
Sebagai contoh, proses pemulihan bagi mereka yang mengalami peristiwa traumatis karena kekerasan fisik atau seksual dalam jangka panjang dan bertubi-tubi dari orangtua menjadi sangat berat karena mereka telah dikondisikan sebagai subjek yang selalu tidak berdaya.
Bahkan sering kali mereka membutuhkan bantuan eksternal dari tenaga kesehatan profesional untuk dapat bertahan hidup secara fungsional.
Memahami Trauma dengan Perhatian Khusus pada Masa Kanak-Kanak yang menjadi sumber tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi pada orangtua, guru, psikolog, psikiater, pekerja sosial yang berhubungan dengan anak agar lebih siap untuk melihat, mendengar, dan tertarik membantu.
Hanya dengan kesiapan dan keterampilan demikian, kita dapat menolong anak atau siapa pun yang mengalami trauma, tetapi tidak pernah berani memberitahu orang lain.
Pertolongan dini merupakan intervensi yang penting untuk mencegah dampak negatif jangka panjang dari pengalaman traumatis anak.
Intinya, buku ini menjelaskan berbagai pandangan mengenai pengalaman traumatis hingga penjelasan dari sudut pandang psikologi positif yang mencerahkan.
Sebagai contoh, pendekatan psikologi positif mempelajari para penyintas dari berbagai peristiwa di Amerika Utara seperti Pengeboman Oklahoma pada 1995, Peristiwa 911 pada 2001, Badai Katrina pada 2005, migrasi/pengungsian, perceraian, dll.
Kesimpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak semua korban mengalami keterpurukan, banyak dari mereka yang justru memaknainya sebagai sebuah pelajaran mengenai hidup.
Oleh karena itu, mereka justru bertumbuh, bangkit dan menjadi individu yang lebih matang. Inilah yang disebut sebagai Posttraumatic Growth (PTG).
Dalam buku ini juga, Pembaca dapat menemukan beberapa saran praktis ketika menjadi relawan dan ingin membantu orang yang mengalami peristiwa traumatis.
Bagi para profesional, juga disediakan beberapa contoh alat psikodiagnostik yang dapat digunakan sebagai data tambahan untuk melakukan penegakan diagnosis.
Tidak hanya sebagai buku pengantar untuk mulai memahami gejala psikologis dan kondisi kesehatan mental individu, buku ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pencerahan pribadi untuk pengembangan diri menjadi individu yang semakin matang.
Buku Memahami Trauma dengan Perhatian Khusus pada Masa Kanak-Kanak bisa didapat dan dibeli secara online melalui Gramedia.com.
Dapatkan juga gratis voucher diskon yang bisa digunakan tanpa minimal pembelian. Langsung klik di sini untuk dapatkan gratis vouchernya.