Kajian Akan Risiko Bisnis Perusahaan Yang Diulas Dalam Sebuah Buku
Dalam penyusunan rencana bisnis untuk masa depan, perusahaan pada umumnya memperhitungkan berbagai potensi kerugian, terutama pada aspek pasar dan operasional.
Selain itu, perusahaan juga mempelajari sisi regulasi pemerintah, yang mencakup perubahan kebijakan yang mungkin terjadi sehingga mengganggu jalannya bisnis. Namun, bagaimana dengan risiko politik? Apakah mereka juga mengkajinya? Di sinilah letak urgensi buku Condoleezza Rice dan Amy Zegart ini.
Rice dikenal sebagai mantan penasihat keamanan dan menteri sekretaris negara AS dan akademisi di Universitas Stanford, sementara Zegart juga akademisi di universitas yang sama.
Mereka memaparkan berbagai jenis risiko yang berada dalam ranah politik dan menawarkan kerangka kerja yang dapat diterapkan oleh semua perusahaan untuk meningkatkan manajemen risiko politik mereka.
Rice dan Zegart mendefinisikan risiko politik abad kedua puluh satu sebagai probablilitas bahwa tindakan politis dapat mempengaruhi perusahaan secara signifikan.
Dulu, risiko politik hanya menyangkut tindakan pemerintah. Misalnya, seorang diktator menyita aset perusahaan atau dewan legislatif menetapkan peraturan baru untuk sektor industri.
Sekarang, pemerintah bukan lagi satu-satunya yang memainkan peran penting dalam keputusan bisnis.
Semua orang yang memiliki telepon seluler atau akun Twitter atau Facebook bisa menciptakan risiko politis. Sebuah tulisan atau video yang viral di media sosial bisa menggerakkan warga masyarakat, pelanggan, pejabat, organisasi, kepolisian, pemerintah daerah, pemerintah pusat, bahkan dunia internasional.
Ilustrasi Krisis Yang Pernah Terjadi di Dunia
Sebagai ilustrasi, kedua penulis menggunakan contoh nyata, yaitu krisis Blackfish. Ini adalah sebuah film dokumenter yang menggambarkan pertunjukan paus orca dan perlakuan SeaWorld Entertainment terhadap ikan paus itu.
Perlakuan buruk itu merugikan hewan itu sendiri dan memakan korban manusia, yaitu pelatih mereka. Film yang beredar di dunia maya itu langsung memicu aksi politik di tingkat akar rumput, dan negara bagian dan federal.
Ujung-ujungnya, saham SeaWorld anjlok dan kondisi finansial perusahaan belum pulih hingga betahun-tahun kemudian.
Saat ini, pemicu risiko tampil di lima tingkat yang saling bertautan, termasuk individu, organisasi, pemerintah lokal, pemerintah nasional, organisasi transnasional, dan institusi supranasional dan internasional.
Peristiwa yang berlangsung nun jauh di pelosok bisa memengaruhi masyarakat dan bisnis di seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat. Demo anti-China di Vietnam menyebabkan terjadinya kelangkaan stok pakaian di Amerika.
Perang saudara di Suriah memicu krisis pengungsi dan serangan teroris di Eropa sehingga bisnis pariwisata terguncang. Video tentang seorang penumpang United Airlines yang dipaksa turun dari pesawat di Chicago menjadi viral di China.
Karena itu, risiko sekarang berbeda dari risiko dulu. Dengan latar pemikiran itu, Rice dan Zegart menyoroti sepuluh risiko politik teratas saat ini, yaitu geopolitik, konflik internal, perubahan kebijakan, pelanggaran kontrak, korupsi, jangkauan ekstrateritorial, manipulasi sumber daya alam, aktivisme sosial, terorisme, dan ancaman dunia maya.
Namun, setelah teori risiko politik disusun, mengapa manajemen risiko politik yang baik sulit dijalankan?
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Kedua penulis meneliti dan menyimpulkan bahwa ada lima hambatan.
Risiko politik sulit dinilai, sulit dipahami, sulit diukur, sulit diperbarui, dan sulit dikomunikasikan.
Karena itu, agar perusahaan berhasil mengelolanya dengan baik, mereka perlu menerapkan empat landasan yang benar: memahami, menganalisis, mengurangi, dan merespons risiko.
Ketika bom meledak di hotel JW Marriot Jakarta, pihak hotel mengaktifkan tim tanggap krisis mereka untuk mengevakuasi dan menangani semua tamu, memberikan dukungan kepada keluarga korban, mendampingi penyelidik, menjaga para karyawan, dan memperkirakan ancaman-ancaman lanjutan.
Staf komunikasi Marriott secara rutin mengabarkan perkembangan terbaru lewat Twitter. Respons Marriott cepat, tegas, dan simpatik. Masalahnya, serangan teroris itu menarik perhatian media global. Banyak dari mereka melontarkan kritik yang keliru tentang keamanan Marriott.
Dalam wawancara dengan CNN, pihak Marriot mengubah arah narasi.
Sesi wawancara itu digunakan untuk membicarakan protokol keamanan Marriot yang amat ketat. Ketika tragedi 17 Juli 2009 terjadi, itu bukan karena pihak Marriott lalai.
Dengan demikian masyarakat tidak hanya mendengarkan pemberitaan negatif mengenai prosedur keamanan jaringan hotel Marriot.
Pesan dari wawancara itu jelas: pengamanan di Marriott sudah sedemikian ketat, tetapi perusahaan tetap akan berkomitmen untuk melakukan peninjauan menyeluruh atas serangan itu dan menambahkan protokol keamanan jika diperlukan.
Risiko politik selalu ada. Ketika risiko itu sudah dekat, kita tidak bisa melakukan apa-apa selain mempersiapkan diri dan mencoba mencegahnya dengan belajar dari peristiwa atau pengalaman sebelumnya.
Beberapa perusahaan melakukannya dengan baik, terutama FedEx, Marriott, Disney, dan Lego Group serta banyak perusahaan pelayaran, perusahaan kimia, firma hukum, perusahaan teknologi, dan lain-lain. Beberapa di antaranya bahkan menciptakan semacam agen intelijen berukuran mini di dalam perusahaan.
Berdasarkan penelitian, wawancara, dan pengalaman mereka, Rice dan Zegart memaparkan perusahaan yang berhasil dan gagal ketika menghadapi tantangan baru ini.
Mendapatkan informasi yang sahih, membangun hubungan yang saling memercayai, menganalisis secara terus-menerus, dan mengintegrasikan analisis risiko politik ke dalam pengambilan keputusan bisnis adalah cara yang efektif untuk mendekati risiko politik.
Organisasi yang melakukan pendekatan serius dan sistematis terhadap manajemen risiko politik kemungkinan besar tidak mudah dikejutkan oleh dampak risiko-risiko tersebut dan bisa pulih dengan lebih cepat.
Sebaliknya, perusahaan yang tidak serius menyikapi hal-hal mendasar ini cenderung akan mudah diserang pada titik kelemahannya.
Buku ini bisa kamu beli dan dapatkan di Gramedia.com. Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, borong semua buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.