Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam, Kisah Pilu Magi Diela yang Tersiksa Tradisi

Lihat Foto
Sumber Gambar: instagram.com/fahrirasihan/
Rujukan artikel ini:
Perempuan yang Menangis Kepada Bulan…
Pengarang: Dian Purnomo
|
Editor: Almira Rahma Natasya

Membaca karya sastra yang sarat akan budaya Indonesia memang selalu menjadi daya tarik yang tidak hanya sekadar menghibur, tapi juga ada wawasan baru yang bisa dicerna oleh pembaca.

Indonesia sendiri memiliki kultur dan budaya yang teramat sangat kaya sehingga memungkinkan banyak penulis untuk mengeksplorasi tema seperti ini untuk dimasukkan ke dalam karya mereka.

Salah satu novel dengan unsur tradisi Indonesia yang kental adalah Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam yang ditulis oleh Dian Purnomo.

Ia berhasil menangkap tradisi yang tidak selalu layak dipertahankan karena memang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.

Buku Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam membahas perihal tradisi Kawin Tangkap yang hingga saat ini masih terjadi di Sumba, yang bisa dibilang mungkin sudah melenceng akibat penyalahgunaan tradisi.

Di mana alih-alih menjadi bahagia, para perempuan yang menjadi sasaran Kawin Tangkap justru merasakan siksaan dan derita karena menjadi korban pelecehan seksual.

Namun, apa Kawin Tangkap itu sendiri? Mengapa tradisi ini bisa menjadi alat pelecehan seksual bagi perempuan?

Tradisi Kawin Tangkap

Tradisi Kawin Tangkap yang sudah dilakukan sejak dahulu kala, kini praktiknya sudah mulai bergeser dan melenceng yang sangat merugikan kaum perempuan dalam pelaksanaannya.

Pelaksanaan Kawin Tangkap di zaman sekarang yang disalahgunakan, lebih mirip penculikan yang mempermalukan perempuan karena mereka akan ditangkap, diseret, bahkan dilecehkan saat proses penangkapan sedang berlangsung.

Bisa dibilang, tradisi Kawin Tangkap jika disalahgunakan malah sangat merendahkan harkat dan martabat kaum perempuan serta tradisi turun temurun yang ada di Sumba.

Sinopsis dari Buku Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam

Bercerita tentang seorang perempuan bernama Magi Diela, yang pada awalnya kehidupan Magi berjalan dengan lancar.

Ia bekerja sebagai tenaga honorer di Dinas Pertanian Sumba yang mengharuskannya untuk bekerja di lapangan.

Saat akan mengerjakan pekerjaannya, secara tiba-tiba Magi Diela dihadang oleh segerombolan laki-laki.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Pada mulanya ada satu orang laki-laki dalam gerombolan tersebut yang memberitahu Magi Diela jika ritsleting tas ransel yang dibawanya terbuka, sehingga Magi Diela pun menghentikan sepeda motornya untuk mengecek keadaan tas ranselnya.

Namun, ternyata ritsleting tas ransel Magi tidak terbuka sama sekali dan dirinya telah dijebak oleh sekelompok laki-laki yang langsung menyeret dan mengangkatnya ke atas mobil pikap yang tiba-tiba saja muncul di sampingnya.

Magi pun sadar jika dirinya telah menjadi korban dari tradisi Kawin Tangkap yang mulai melenceng dan melecehkan perempuan, yang hingga kini masih sering terjadi di kampung halamannya, Sumba.

Kehidupan Magi yang pada mulanya bebas dan bahagia, kini menjadi terkurung layaknya seorang tahanan di dalam sel penjara.

Leba Ali adalah sosok laki-laki yang ternyata menjadi dalang di balik penculikan Magi dengan berkedok tradisi Kawin Tangkap di belakangnya.

Fakta yang tidak kalah mengejutkan adalah keterlibatan Ama Bobo, ayah Magi, dalam penculikan ini menambah luka dan derita yang dialami Magi.

Ulasan atau Review Buku Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam

Dian Purnomo berhasil menuliskan potret nyata yang masih berlangsung di Sumba hingga saat ini, lewat sebuah karya fiksi yang memikat dan menghipnotis, dengan segudang wawasan baru akan sebuah tradisi yang ternyata tidak selamanya dapat dipertahankan mengingat perkembangan zaman.

Ceritanya dikemas dengan sederhana dan tidak bertele-tele, tapi masih terasa kuat dan penuh akan makna tentang budaya patriarki yang ternyata sudah dipupuk lama sejak zaman dahulu kala.

Penulis mampu menyampaikan keresahannya akan dampak dari tradisi Kawin Tangkap terhadap para perempuan yang notabene menjadi korban di sini, baik secara fisik maupun mental.

Penggambaran tokoh Magi Diela yang diciptakan oleh penulis sungguh terasa kuat dan nyata dengan karakternya yang gigih, pekerja keras, dan cerdas, di mana Magi tidak pernah lupa akan komitmen serta cita-citanya.

Nuansa etnik yang kental juga bisa dihadirkan penulis dengan sangat cermat, seperti dialek khas orang timur, kuliner, rumah adat, hingga tradisi masyarakat Sumba yang sangat kaya dan beragam.

Secara keseluruhan, buku Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam adalah realita yang dituang ke dalam sebuah fiksi tentang masih banyaknya nasib kaum perempuan yang dirugikan, baik secara fisik maupun mental.

Jika kamu berminat untuk membacanya, buku ini bisa kamu beli di Gramedia.com.

TAG:

Terkini
Lihat Semua
Jelajahi