Bahasa Jawa Timur termasuk salah satu bahasa yang ada di Pulau Jawa dengan tutur dialek arekan.
Rumpun dialek arekan ini biasanya dituturkan di wilayah Jawa Timur, terutama di daerah Surabaya Raya, Malang Raya, Pasuruan, Lumajang, dan daerah-daerah di sekitarnya.
Dalam perkembangannya, dialek ini bercabang dari dialek Jawa Timuran yang terdiri dari dialek Surabaya dan dialek Malang-Pasuruan.
Bahasa Jawa Timuran secara umum memiliki ciri khas berupa sifatnya yang egaliter, terus terang dan cenderung tidak bersifat normatif.
Di Malang, penutur bahasa dialek Malang menggunakan prokem bahasa walikan atau bahasa terbalik, seperti memanggil sam untuk menyebut mas atau makan menjadi nakam.
Pada dasarnya, kosakata bahasa Jawa Timur dan Jawa Tengah memiliki kemiripan yang sebagian besar hampir sama.
Meski begitu, bahasa Jawa Timur memiliki beragam dialek dan variasi sehingga ada perbedaan dalam penggunaan kosa kata yang memiliki kemiripan dengan bahasa Jawa tergantung pada daerah atau konteksnya.
Untuk lebih memahami bahasa Jawa Timur, simak perbedaan artinya dengan bahasa Jawa Tengah berikut ini.
Perbedaan Arti Kata dalam Bahasa Jawa Timur dan Jawa Tengah
1. "Dolanan" (Jawa Timur) vs "Guyonan" (Jawa Tengah)
Keduanya berarti lelucon atau bercanda, tetapi dalam Jawa Timur, "dolanan" cenderung lebih mengarah pada permainan tradisional atau mainan anak-anak.
2. "Ndang" (Jawa Timur) vs "Mong" (Jawa Tengah)
Keduanya digunakan untuk mengungkapkan permintaan atau ajakan.
Namun, "ndang" dalam bahasa Jawa Timur cenderung lebih kuat dan tegas, sementara "mong" dalam bahasa Jawa Tengah lebih halus dan sopan.
3. "Gawe" (Jawa Timur) vs "Nggawe" (Jawa Tengah)
Keduanya berarti bekerja atau membuat sesuatu, tetapi "gawe" dalam bahasa Jawa Timur dapat merujuk pada pekerjaan secara umum, sedangkan "nggawe" dalam bahasa Jawa Tengah lebih khusus merujuk pada tindakan menciptakan atau membuat.
4. "Jum" (Jawa Timur) vs "Kang" (Jawa Tengah)
Keduanya digunakan sebagai kata penghubung atau pengganti kata benda.
Kata "jum" dalam bahasa Jawa Timur lebih sering digunakan dalam konteks informal atau sehari-hari, sedangkan "kang" dalam bahasa Jawa Tengah lebih umum digunakan dalam konteks formal atau resmi.
5. "Edan" (Jawa Timur) vs "Keblinger" (Jawa Tengah)
Keduanya berarti gila atau tidak waras, tetapi "edan" dalam bahasa Jawa Timur cenderung lebih umum digunakan, sedangkan "keblinger" dalam bahasa Jawa Tengah lebih khas untuk menggambarkan tingkat kegilaan yang lebih tinggi.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
6. "Kaplok" (Jawa Timur) vs "Pegat" (Jawa Tengah)
Keduanya berarti terjebak atau terperangkap, namun "kaplok" dalam bahasa Jawa Timur cenderung lebih merujuk pada situasi fisik, sedangkan "pegat" dalam bahasa Jawa Tengah dapat merujuk pada situasi fisik maupun non-fisik.
7. "Ngguyu" (Jawa Timur) vs "Ngayahi" (Jawa Tengah)
Keduanya berarti mengecup atau mencium dengan ari kata"ngguyu" dalam bahasa Jawa Timur cenderung lebih sering digunakan dalam konteks kasih sayang atau keakraban, sedangkan "ngayahi" dalam bahasa Jawa Tengah lebih bersifat umum dan dapat digunakan dalam berbagai konteks.
8. "Adus" (Jawa Timur) vs "Bersih" (Jawa Tengah)
Keduanya berarti bersih atau membersihkan, tetapi, "adus" dalam bahasa Jawa Timur lebih sering digunakan dalam konteks membersihkan secara kasar atau membersihkan dengan air.
Sementara "bersih" dalam bahasa Jawa Tengah lebih umum digunakan dan mencakup konsep kebersihan secara umum.
9. "Wiji" (Jawa Timur) vs "Rerami" (Jawa Tengah)
Keduanya berarti cermin. Namun, "wiji" dalam bahasa Jawa Timur cenderung lebih sering digunakan, sedangkan "rerami" dalam bahasa Jawa Tengah lebih jarang digunakan dan terdengar lebih kuno.
10. "Welas" (Jawa Timur) vs "Eling" (Jawa Tengah)
Keduanya berarti ingat atau mengingat.
Namun, "welas" dalam bahasa Jawa Timur cenderung lebih umum digunakan, sedangkan "eling" dalam bahasa Jawa Tengah cenderung lebih kuat dalam arti mengingat dengan hati-hati atau hati-hati.
Itulah perbedaan bahasa Jawa Timur dan Jawa Tengah yang dapat menambah wawasan pengetahuan terkait ragam bahasa di Indonesia.
Selain mengenali ragam bahasa, penting juga untuk mempelajari daerah-daerah di Indonesia tak terkecuali di Jawa Timur.
Sejarah keberadaan provinsi Jawa Timur dapat kamu baca dalam buku berjudul Tahta di Timur Jawa: Catatan Konflik dan Pergolakan pada Abad 13.
Seperti judulnya, buku ini merangkum berbagai catatan konflik dan pergolakan yang terjadi di Jawa Timur pada abad ke-13 hingga ke-16.
Salah satu sumber sejarah yang terangkum dalam buku ini, yaitu berdasarkan Perjanjian Songenep yang menuliskan perjalanan Aria Wiraraja dalam mendapatkan bagian sebelah timur Majapahit, yaitu Lumajang utara dan selatan.
Selain itu, jatuh bangun pergolakan tahta ke tahta di wilayah ujung Jawa Timur juga akan dijelaskan dalam buku ini.
Meski mengalami pergantian tahta, masyarakat di wilayah ujung timur Jawa ini disebutkan dalam buku tidak kehilangan arah dan ketinggalan peradaban.
Sebaliknya, wilayah Jawa Timur justru semakin berkembang dan eksistensinya tetap lestari melintasi zaman meski melewati berbagai konflik, peperangan, dan pembumihangusan.
Tertarik membaca buku Tahta di Timur Jawa: Catatan Konflik dan Pergolakan pada Abad 13? Dapat dibeli secara langsung di toko buku Gramedia atau secara online melalui Gramedia.com.