Apa yang kamu pikirkan saat mendengar kata hantu, arwah, atau makhluk tak kasat mata?
Pasti pikiran yang langsung muncul di kepala adalah makhluk dengan bentuk yang menyeramkan dan kurang enak dipandang.
Apalagi bagi kamu yang suka menonton film horor, pasti sudah tidak asing lagi dengan hantu yang bentuknya bermacam-macam sampai kadang membuatmu kapok dan tidak ingin menonton film horor lagi.
Padahal, sebenarnya kamu sendiri tidak pernah tahu bagaimana wujud asli para hantu atau arwah yang sesungguhnya, apakah mereka benar-benar seram seperti yang digambarkan di layar kaca atau tidak?
Berbeda bagi Risa Saraswati, menurut penulis novel horor terkenal ini, tidak semua hantu atau arwah itu menyeramkan, karena semuanya tergantung dari keadaan mereka saat masih hidup di dunia.
Risa yang sejak kecil memiliki kelebihan khusus karena bisa melihat makhluk tak kasat mata, banyak bercerita mengenai 5 sahabat kecilnya yang berasal dari dunia lain.
Mereka adalah William, Hendrick, Peter, Hans, dan Janshen yang sudah hidup sejak masa penjajahan Belanda.
Persahabatan erat di antara mereka membuat Risa memiliki ide untuk menceritakan kembali kisah para sahabatnya semasa hidup ke dalam sebuah buku, dengan tujuan agar orang-orang yang masih hidup bisa belajar banyak dari kisah mereka, dan kita tidak takut lagi dengan keberadaan makhluk-makhluk yang tak kasat mata.
Berikut ini buku-buku karya Risa Saraswati yang didasarkan pada kisah kelima sahabatnya.
Baca juga: Rekomendasi Film Horor Indonesia
5 Novel Horor yang Menceritakan Para Sahabat Risa Saraswati
1. William
William Van Kammen, anak kecil berdarah Belanda yang tampan, cerdas, dan selalu membawa biola pemberian kakeknya.
Sepanjang hidupnya, William selalu merasa kesepian, apalagi sejak keluarganya pindah ke Hindia Belanda (sebutan Indonesia di masa penjajahan), karena mengikuti tugas ayahnya yang bekerja sebagai tentara.
Ibu William, Maria Van Kammen adalah keturunan bangsawan kaya raya yang membuatnya menjadi sosok yang angkuh dan sering melarang William melakukan sesuatu hal seperti bergaul dengan anak-anak pribumi.
Awalnya William tidak mendengarkan perkataan ibunya, karena menurutnya semua orang memiliki derajat yang sama dan tidak pantas untuk direndahkan.
Tapi ada satu kejadian yang membuat William berubah menjadi anak yang selalu patuh dan mengiyakan perintah ibunya, hingga membuat William harus kehilangan teman-temannya dan membuatnya hanya berteman dengan biola.
Saat berita masuknya tentara Nippon ke Hindia, William belum memahami bahaya apa yang sedang mengintainya sampai tiba-tiba rumahnya didatangi tentara Nippon yang langsung menghabisinya saat ia sedang memainkan biola di ruang tengah.
Tapi setelah kematiannya, William malah kelihatan lebih bahagia dibanding saat masih hidup, apa yang sebenarnya terjadi?
2. Hans
Novel ini menceritakan kisah hidup Hans Joseph Weel, anak kecil yang tinggal berdua dengan Oma Rose, wanita tua sebatang kara yang ia anggap sebagai neneknya sendiri.
Mereka sering berpindah rumah mencari tempat yang mau menampung mereka, sampai akhirnya mereka tinggal dan menetap di belakang rumah keluarga Hendrick.
Hans kecil tinggal dengan Oma Rose karena perpisahan orang tuanya, ayahnya membawa kedua kakaknya pindah ke Belanda, sementara ibunya pergi entah kemana, sampai di akhir buku pun Risa tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada ibu Hans.
Kemalangan hidupnya membuat Hans tumbuh menjadi anak yang kuat dan bijaksana tapi juga pendiam, ia sering menutupi kesedihannya dan selalu tampil ceria di depan teman-temannya.
3. Hendrick
Menurut Risa, Hendrick adalah anak yang paling tertutup diantara yang lain, sangat sulit bagi Risa untuk bisa masuk dan menelusuri masa lalu Hendrick, meskipun lama kelamaan Hendrick akhirnya mau membuka arsip cerita hidupnya.
Hendrick adalah anak tunggal keturunan Belanda-Perancis yang semasa hidupnya menjadi pujaan satu sekolah karena kecerdasannya, dan menjadi kesayangan kedua orang tuanya.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Semasa hidupnya, Hendrick bersahabat dekat dengan Hans, ia sering berkunjung ke rumah Hans untuk bermain atau untuk sekadar mencicipi kue buatan Oma Rose.
Tapi masa-masa menyenangkan itu tidak berlangsung lama, saat ayahnya meninggal karena serangan jantung, ibunya berubah karena depresi sehingga ia sering memarahi Hendrick tanpa sebab.
Penderitaan Hendrick tidak cukup sampai disitu, ia juga menderita penyakit langka yang membuat tubuhnya semakin lama semakin melemah dan akhirnya menyerah.
Sampai hari ini, Hendrick masih setia menunggu ibunya datang menjemputnya, dan tetap berusaha menjadi anak yang baik.
4. Peter
Peter Van Gils adalah anak Belanda tulen yang orang tuanya merupakan orang terpandang.
Pada masa itu, terkenalnya orang tua Peter membuatnya jadi anak yang suka memerintah, bahkan saat sudah menjadi arwah pun ia masih suka memerintah teman-temannya termasuk Risa.
Walaupun berdarah asli Belanda, Peter tetap mendapat ejekan dari teman-teman sekolahnya karena dianggap tidak pintar, yang membuatnya malas datang ke sekolah.
Ayahnya kemudian memanggil beberapa guru untuk mengajar Peter di rumahnya, tapi hampir semuanya pergi karena tidak tahan menghadapi kenakalan Peter.
Hanya Nafisah, guru kesayangannya yang mampu mendidik dan mengajar Peter dalam jangka waktu yang lama, Peter juga menjadi lebih penurut karena ia menyukai cara Nafisah mendidiknya.
Pada suatu hari Peter mendengar percakapan Nafisah dengan pembantunya mengenai kedatangan tentara Nippon, dan dari sanalah Peter mengetahui bahwa Nippon sangat membenci orang Belanda tapi ia tidak tahu apa alasannya.
Saat membaca buku ini, kamu akan mengetahui bagaimana suasana awal kedatangan Nippon ke Hindia, dan kamu juga akan mengetahui apa yang dilakukan tentara Nippon pada kelurga Peter. Baca selengkapnya Review Novel Peter Karya Risa Saraswati.
5. Janshen
Menceritakan kisah hidup Jantje Heinrich Janshen, anak ompong berumur kurang dari 6 tahun yang berasal dari keluarga pedagang.
Ia adalah sahabat Risa yang paling kecil sekaligus paling cengeng.
Janshen tinggal bersama ayah, ibu, dan 3 orang kakak yang sangat menyayanginya, mereka juga memiliki beberapa pembantu pribumi yang membuat keadaan rumahnya menjadi semakin hangat dan ramai.
Tapi kehangatan keluarganya agak memburuk saat Lizbeth dan Reina, kakak pertama dan ketiga Janshen jatuh sakit dan harus kembali ke Belanda untuk segera mendapatkan pengobatan.
Hal ini membuat kedua orang tuanya terpaksa menyerahkan usahanya kepada Anna (anak keduanya) untuk sementara sampai mereka kembali, dan Janshen kecil juga dititipkan kepada Anna sambil menunggu ayahnya menjemputnya.
Saat isu kedatangan tentara Nippon mulai menyebar, Anna dan Janshen diungsikan ke rumah keluarga Grunigen. Tapi tidak lama setelah itu tentara Nippon mendatangi rumah mereka dan membuat Anna serta Janshen harus bersembunyi di loteng rumah.
Saat bersembunyi, Anna terus mendengar suara teriakan keluarga Grunigen yang membuatnya sadar bahaya yang akan segera menghampiri mereka, Anna kemudian meminta pembantunya Satirah untuk membawa lari Janshen ke tempat yang lebih aman sementara ia pergi untuk mengalihkan perhatian Nippon.
Tapi mereka tidak sadar, bahwa hari itu akan menjadi hari terakhir pertemuan mereka dengan si kecil Janshen.
Melalui buku-buku ini, Risa ingin mengajak kita untuk bersama-sama menikmati lorong waktu sejarah kehidupan saat kelima sahabatnya masih menjadi manusia biasa seperti kita.
Cara Risa menceritakan kisah sahabat-sahabatnya ini terbilang unik, karena ia membuat kita tidak merasa takut walaupun sedang membaca buku dengan tema arwah.
Selain kelima sahabat kecilnya, Risa juga membuat buku lain yang menceritakan kisah para arwah yang ia temui dalam perjalanannya.
Jika kamu tertarik membaca buku bergenre horror yang tidak mengandung unsur jumpscare, maka buku-buku karya Risa Saraswati ini bisa menjadi pilihan yang tepat.