Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Orang Jelek Selalu Dihina: Fakta Sosial dan Cara Menghadapinya

Kompas.com - 18/11/2025, 11:00 WIB
Mengapa Orang Jelek Selalu Dihina Sumber Gambar: Freepik.com Mengapa Orang Jelek Selalu Dihina
Rujukan artikel ini:
Jadilah Diri Sendiri Karena Kamu…
Pengarang: Maria Christina
Penulis Rofik
|
Editor Novia Putri Anindhita

Pernah nggak sih kamu melihat atau bahkan mengalami sendiri situasi seseorang dihina hanya karena penampilan fisiknya dianggap “kurang menarik”? Fenomena ini sebenarnya cukup sering terjadi di masyarakat, baik secara langsung maupun di media sosial.

Padahal, standar kecantikan dan ketampanan itu relatif banget dan bisa berbeda di setiap budaya atau individu.

Melalui artikel ini, kamu akan diajak memahami kenapa orang yang dianggap “jelek” sering jadi sasaran hinaan, apa faktor sosial di baliknya, dan bagaimana cara menghadapi perlakuan tidak adil seperti itu dengan bijak.

Alasan Mengapa Penampilan Fisik Sering Jadi Tolok Ukur Sosial

Berikut beberapa alasan mengapa penampilan fisik masih sering dijadikan standar penilaian di masyarakat.

1. Pengaruh Media Massa

Media mulai dari iklan, film, hingga media sosial telah membentuk standar kecantikan dan ketampanan tertentu.

Wajah mulus, tubuh ideal, atau gaya berpakaian trendi sering digambarkan sebagai simbol kesuksesan dan kebahagiaan.

Akibatnya, banyak orang tanpa sadar menganggap bahwa penampilan adalah ukuran utama nilai seseorang.

2. Psikologi Kesan Pertama (First Impression)

Dalam interaksi sosial, otak manusia cenderung menilai seseorang hanya dalam hitungan detik berdasarkan apa yang terlihat atau biasa disebut efek first impression.

Orang yang dianggap menarik biasanya dinilai lebih ramah, pintar, atau sukses, meski belum tentu benar.

Sebaliknya, mereka yang tampil berbeda sering kali langsung dianggap negatif tanpa alasan rasional.

3. Tekanan Sosial dan Standar Komunitas

Sering kali tekanan di lingkungan kerja, sekolah, atau pertemanan bisa jadi faktor penting dalam diterima atau tidaknya seseorang.

Secara tidak langsung menekan individu agar menyesuaikan diri dengan standar tertentu.

Di kondisi ini membuat banyak orang berusaha keras tampil “sempurna” agar tidak dikucilkan.

4. Kurangnya Empati dan Edukasi Sosial

Sebagian orang menilai fisik orang lain karena kurangnya kesadaran dan empati sosial.

Mereka tidak memahami bahwa setiap individu punya keunikan dan nilai lebih dari sekadar penampilan.

Cara Menghadapi Hinaan dan Membangun Kepercayaan Diri

Berikut beberapa cara untuk menghadapi hinaan dan membangun kembali kepercayaan diri.

1. Sadari Bahwa Hinaan Tidak Mencerminkan Dirimu yang Sebenarnya

Hinaan sering kali lebih menggambarkan si penghina daripada orang yang dihina.

Orang yang suka merendahkan orang lain biasanya melakukannya untuk menutupi rasa tidak aman dalam dirinya.

Jadi, jangan biarkan ucapan negatif mereka menentukan bagaimana kamu melihat diri sendiri.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

2. Bangun Pola Pikir Positif tentang Diri Sendiri

Mulailah fokus pada hal-hal baik yang kamu miliki, entah itu sifat penyayang, kerja keras, humor, atau kecerdasan.

Catat pencapaian kecil yang berhasil kamu raih setiap hari agar kamu punya alasan untuk bangga terhadap dirimu.

Ingat, kepercayaan diri tumbuh dari pengakuan terhadap kelebihan diri, bukan dari pembandingan dengan orang lain.

3. Kelilingi Diri dengan Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan yang positif punya peran besar dalam menjaga kesehatan mental.

Hindari orang-orang yang suka meremehkan atau membandingkan, dan dekatilah mereka yang menghargaimu.

Teman yang baik akan membantu kamu melihat nilai dirimu lebih dari sekadar penampilan.

4. Gunakan Hinaan sebagai Motivasi untuk Berkembang

Alih-alih larut dalam sakit hati, ubahlah hinaan menjadi motivasi untuk berkembang.

Jika seseorang mengejek penampilanmu, jadikan itu alasan untuk hidup lebih sehat, merawat diri, atau memperkuat kemampuan yang kamu punya.

Buktikan bahwa kamu bisa bersinar dengan caramu sendiri.

5. Lakukan Perawatan Diri

Rasa percaya diri tidak hanya datang dari pikiran, tetapi juga dari tubuh yang sehat dan terawat.

Tidur cukup, olahraga teratur, makan makanan bergizi, dan rawat penampilanmu sebatas membuat kamu merasa nyaman, bukan demi memenuhi standar orang lain.

6. Cari Bantuan Profesional Jika Diperlukan

Jika hinaan atau pengalaman buruk sudah terlalu membebani secara emosional, tidak ada salahnya mencari bantuan dari psikolog atau konselor.

Mereka bisa membantu kamu mengelola rasa sakit, membangun self-esteem, dan menumbuhkan cara pandang baru terhadap diri sendiri.

Pada akhirnya, semua akan kembali pada bagaimana kamu memperlakukan dirimu sendiri.

Hinaan atau standar sosial hanyalah kebisingan yang tidak perlu kamu dengarkan terlalu dalam.

Karena pada dasarnya, hidup bukan tentang terlihat sempurna di mata orang lain, tapi tentang punya pola pikir yang jernih dan bijak dalam menghadapi segala situasi.

Kamu bisa belajar bagaimana cara berhenti memedulikan penilaian orang lain terhadap dirimu dengan membaca buku Jadilah Diri Sendiri Karena Kamu Bukan Orang Lain.

Buku ini akan menyadarkanmu bahwa setiap orang akan selalu mempunyai pandangan yang berbeda dalam menilai suatu hal, termasuk menilai dirimu.

Oleh karena itu, kamu tidak perlu memikirkan bagaimana cara membuat semua orang menyukaimu karena kebahagiaan datang saat kamu berhenti membandingkan dan mulai menghargai dirimu apa adanya.

Yuk, temukan perspektif baru tentang hidup dan cara berpikir yang lebih sehat dengan membaca Jadilah Diri Sendiri Karena Kamu Bukan Orang Lain yang bisa kamu beli langsung di Gramedia.com!

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

5 Rekomendasi Film Indonesia yang Sedih, Siap Bikin Baper

5 Rekomendasi Film Indonesia yang Sedih, Siap Bikin Baper

buku
Buku Certified Hunger Manifesto Tampil di Acara Asia HRBP Forum 2025 Kuala Lumpur

Buku Certified Hunger Manifesto Tampil di Acara Asia HRBP Forum 2025 Kuala Lumpur

buku
Cara Perkembangbiakan Hewan untuk Menjaga Kelestarian Spesiesnya

Cara Perkembangbiakan Hewan untuk Menjaga Kelestarian Spesiesnya

buku
Siapa Bapak Demokrasi Dunia? Kenali Tokoh-Tokoh Besar di Baliknya

Siapa Bapak Demokrasi Dunia? Kenali Tokoh-Tokoh Besar di Baliknya

buku
Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau