Kemiskinan adalah kondisi sosial ketika individu atau kelompok tidak mampu memadai kebutuhan dasar mereka, seperti makanan pakaian, air bersih, tempat tinggal, dan kesehatan.
Kemiskinan sering kali diukur berdasarkan pendapatan atau konsumsi, namun sebenarnya mencakup dimensi yang lebih luas, termasuk keterbatasan dalam akses terhadap layanan publik, hak-hak sosial, dan kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Kemiskinan pendapat merupakan dimensi yang paling umum dari kemiskinan dan diukur berdasarkan berapa banyak uang yang dimiliki seseorang untuk memenuh kebutuhan sehari-hari.
Dalam konteks global, Bank Dunia mengkategorikan kemiskinan ekstrem sebagai hidup dengan pendapatan kurang dari $2,15 per hari.
Pendekatan multidimensi dalam memahami kemiskinan mencakup lebih dari sekadar pendapatan.
Ini meliputi aspek-aspek seperti akses terhadap pendidikan, kesehatan, sanitasi, air bersih, perumahan yang layak, dan hak-hak sosial.
Misalnya, seorang anak yang tidak dapat bersekolah karena keluarganya tidak mampu membayar biaya pendidikan, atau seseorang yang tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang memadai.
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh ketidaksetaraan sistemik dalam masyarakat, seperti diskriminasi, ketidakadilan sosial, atau kebijakan ekonomi yang tidak merata.
Hal ini dapat memengaruhi kelompok-kelompok tertentu secara tidak proporsional, seperti masyarakat adat, minoritas etnis, perempuan, dan kelompok rentan lainnya.
Kemiskinan struktural sering kali lebih sulit diatasi karena memerlukan perubahan kebijakan dan reformasi sosial yang mendalam.
Kemiskinan relatif terjadi ketika seseorang hidup dengan pendapatan atau standar hidup yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata masyarakat di sekitarnya.
Meskipun mereka mungkin tidak hidup dalam kemiskinan absolut, orang yang mengalami kemiskinan relatif sering kali merasa terpinggirkan atau tidak memiliki akses terhadap kesempatan yang sama dengan orang lain di komunitas mereka.
Kemiskinan energi adalah bentuk kemiskinan yang muncul ketika rumah tangga tidak mampu memenuhi kebutuhan energi dasar mereka, seperti pemanasan, listrik, atau bahan bakar untuk memasak.
Di beberapa daerah, terutama di pedesaan atau daerah terpencil, kemiskinan energi dapat berdampak serius pada kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Menentukan individu tertentu sebagai orang termiskin di dunia merupakan hal sulit karena kemiskinan bukan hanya tentang kekurangan uang tetapi juga tentang ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan menikmati hak-hak fundamental manusia.
Kemiskinan dapat diukur dengan berbagai cara, termasuk pendapatan, akses terhadap kebutuhan dasar, dan kondisi hidup.
Misalnya bagi banyak orang yang hidup di daerah konflik, daerah terpencil, atau bekerja dalam kondisi yang sangat buruk sehingga harus menghadapi tantangan yang luar biasa untuk bertahan hidup setiap hari.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Kemiskinan adalah masalah global yang memerlukan perhatian dan tindakan bersama dari komunitas internasional, pemerintah, dan masyarakat sipil untuk mengatasinya.
Pengurangan kemiskinan adalah salah satu tujuan utama dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang diusung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan harapan bahwa pada tahun 2030 kemiskinan ekstrem dapat diberantas sepenuhnya.
Mengatasi kemiskinan memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan.
Beberapa strategi yang telah terbukti efektif meliputi:
Memberikan akses pendidikan yang lebih luas dan berkualitas tinggi dapat membantu memutus siklus kemiskinan.
Ini termasuk memberikan program beasiswa, pembangunan sekolah di daerah terpencil, dan pelatihan keterampilan bagi orang dewasa.
Meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan, termasuk pencegahan penyakit, perawatan primer, dan asuransi kesehatan, sangat penting untuk membantu orang keluar dari kemiskinan.
Membangun dan memperbaiki infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, dan air bersih di daerah miskin dapat meningkatkan kualitas hidup dan membuka peluang ekonomi bagi masyarakat setempat.
Program jaminan sosial, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), subsidi pangan, Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) menjadi contoh bentuk jaminan sosial yang diberikan oleh negara untuk membantu mereka mempertahankan standar hidup yang layak.
Nah, dengan memahami berbagai dimensi dan strategi menangani kemiskinan kita dapat melihat betapa kompleksnya masalah ini.
Kemiskinan bukan hanya soal kurangnya uang, tetapi juga tentang ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan keterbatasan akses terhadap hak-hak dasar.
Namun, melalui upaya bersama, baik dari pemerintah, organisasi internasional, maupun masyarakat, kemiskinan dapat dilawan.
Kamu bisa mempelajari lebih banyak mengenai kemiskinan yang ada di Indonesia dari berbagai perspektif dengan membaca buku Kemiskinan di Indonesia: Antara Kajian Empiris dan Teologis yang ditulis oleh M. Abzar Duraesa.
Buku ini menawarkan pendekatan yang unik dengan menggabungkan kajian empiris yang berbasis data dan penelitian dengan perspektif teologis, menjadikan pembahasannya lebih komprehensif.
Penulis mengulas faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Indonesia, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya, serta bagaimana pandangan agama dapat berperan dalam mencari solusi untuk mengatasi masalah ini.
Buku ini sangat cocok bagi siapa saja yang ingin mendapatkan pemahaman mendalam tentang kemiskinan di Indonesia dan mencari inspirasi dari sudut pandang yang berbeda untuk menemukan solusi yang berkelanjutan.
Dapatkan segera buku Kemiskinan di Indonesia: Antara Kajian Empiris dan Teologis hanya di Gramedia.com.