Hujan menjadi salah satu momen yang bisa membangkitkan emosi dan perasaan, mengingat situasinya yang terkesan sendu dan dingin.
Hujan mempunyai makna tersendiri untuk masing-masing orang karena mampu membawa sejuta momen dan makna.
Tidak sedikit pula yang memaknai hujan dengan ungkapan kesedihan sebagai bentuk mengenang sesuatu di masa lalu yang membangkitkan rasa galau di hati.
Tidak jarang hujan kerap dijadikan sumber inspirasi untuk menulis lagu maupun puisi karena memang dapat memantik rasa serta emosi.
Dengan menuliskan puisi, seseorang bisa mencurahkan isi hatinya yang bergejolak seperti kerinduan atau kesedihan.
Puisi adalah salah satu karya sastra yang populer, di mana banyak yang menikmati kata-kata yang dirangkai dengan indah karena memiliki kedalaman makna yang terasa relate dengan perasaan kita.
Maka dari itu, puisi dan hujan adalah kombinasi yang sempurna untuk membangkitkan kedalaman rasa dan emosi tentang memori yang pernah terjadi.
Rintik hujan dan suasana mendungnya seakan mampu menghipnotis siapa saja untuk ikut terhanyut dalam atmosfer yang melankolis.
Lantas, seperti apakah contoh puisi tentang hujan yang dapat membangkitkan perasaan? Simak beberapa contoh puisi tentang hujan yang mempunyai makna mendalam berikut ini.
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon yang berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar
Pohon bunga itu
Sehelai daun hijau panjang
Menutupi mahkota dari derasnya hujan
Menuju tempat lautan ilmu
Beberapa tahun yang silam
Saat aku duduk di bangku sekolah dasar
Memori daun pisang menjadi bait kisah haru
Menempa kisah di musim penghujan
Basah?
Ayah, derasnya hujan menerpa tubuhmu
Sambil menggigil kau genggam tanganku
Jelas terlihat dari tangan keriputmu
Menuntunku di bawah derasnya hujan
Daun pisang mengukir kisah haru
Ciptakan kenangan indah tak terhingga
Antara aku, ayah, dan hujan
Dirimu adalah kabut, putih dan senyap
Beriring berjalan, dalam derai angin menembus batas waktu kejenuhan
Halilintar sang murka, memerah, mencabik, hingga kau lelah dan terburai
Jatuh
Melewati lapis angin yang menerpa, helai demi helai
Melewati ribuan media yang tak kau hiraukan
Melewati pekatnya ruang hampa, dingin, kadang panas
Aku hanyalah sekeping daun
yang menangkapmu sebelum hancur ditelan bumi
Dentingmu adalah kehidupanku, juga hembus napasmu
Menanti mentari pagi
agar kau tinggal dalam kelopak jiwaku
Nabastala bermuram durja
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Menyembunyikan sang mentari di balik punggungnya
Jauh, tak terlihat sedikit pun
Menyisakan awan yang kian berarak
Kelabu mengepung segala penjuru
Menyergap menyeruak penuh semarak
Berkumpul di satu titik temu
Merangkai pertunjukan menyejukkan buana
Jalinan gerimis
Di hari Kamis
Tampak miris
Namun, manis
Dulu
Saat semburat jingga nan elok
Saat gumpalan kapas gelap bersanding bersama cakrawala
Tetes kehidupan jatuh serentak
Membombardir ribuan kilometer lahan
Impresi menguap di atas tanah
Larut bersama wewangian hujan
Di bawah rintik-rintik nikmat Tuhan
Tersemat manis indahnya janji masa depan
Penuh kebahagiaan semu berselimut basah
Kini,
Beradu dengan nestapa
Menatap seruan hina yang menyayat jiwa
Menusuk hingga rindu menyeruak keluar
Dengan satu tarikan nafas gusar
Kenangan di Basah Hujan
Rayhandi
Di basah itu memori tersangkut
Menyambut ingat membara bayang
Terlihat warna di pucuk mata
Kurasa memori menari bernyanyi berputar
Masih teringat olehku
Kenyataan yang menggenggam
Hangat menguar melawan dingin
Terbawa sampai ke ulu hati
Aku tak ingin melupa
Rasa di bidang merah masih menyenja
Di bayang barat rasa itu kugantung
Bersama hujan ia melebur
Hujannya deras terasa
Merangkak mencari celah
Batu keras memukulku
Terngiang ingin mengepak
Aku belum larut menjadi abu
Aku masih menjadi ingatan yang takkan raib
Menjadi sepertiga kenangan yang masih hidup di hujan malam
Aku masih menjadi cerita untuk hari ini dan selamanya
Jika membicarakan puisi dan hujan tentunya tidak lengkap rasanya apabila belum membaca buku puisi Hujan Bulan Juni yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono yang tentunya berisi kumpulan puisi yang amat mendalam dan bermakna.
Pesan dan dapatkan bukunya segera di Gramedia.com.