Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan berbagai macam jenis karya sastra Melayu klasik yang berbentuk cerita atau prosa.
Karya sastra Melayu ini sebenarnya sudah berkembang jauh sebelum periode 20-an atau sekitar tahun 1870 sampai 1942.
Pada mulanya, karya sastra klasik ini berbentuk seperti cerita rakyat yang disampaikan langsung dari mulut ke mulut, sebelum nantinya menggunakan media tulisan di zaman modern.
Salah satu jenis karya sastra Melayu klasik yang terkenal dan cukup populer di kalangan masyarakat adalah hikayat.
Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai pengertian, unsur-unsur, dan karakteristik hikayat yang perlu kamu ketahui.
Hikayat adalah sebuah karya sastra lama yang berasal dari melayu, berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, atau silsilah yang bersifat keagamaan, historis, biografis, atau gabungan dari sifat-sifat tersebut.
Hikayat biasanya digunakan sebagai cerita pelipur lara, membangkitkan semangat, atau untuk meramaikan suatu acara.
Sebagian besar cerita hikayat ditulis dalam Bahasa Melayu, tapi sebagian lainnya juga sudah mengalami proses adaptasi dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia supaya isi ceritanya bisa lebih mudah dipahami oleh masyarakat umum.
Sampai sekarang, sudah ada beragam jenis hikayat yang populer di Indonesia, misalnya Hikayat ‘Hang Tuah’ yang menceritakan tentang perjalanan seorang prajurit.
Ada juga Hikayat yang sengaja ditulis untuk mengabadikan atau mendokumentasikan sesuatu, misalnya tentang silsilah kerajaan yang ada di Indonesia.
Tidak hanya itu, ada juga beberapa hikayat yang ditulis dengan jalan cerita yang dibuat-buat atau dilebih-lebihkan dengan tujuan untuk menakuti para musuh yang akan menyerang tokoh atau kerajaan tertentu.
Di Indonesia, ada beberapa cerita hikayat yang populer seperti ‘Hang Tuah’, ‘Seribu Satu Malam’, ‘Abu Nawas’, dan masih banyak lagi.
Unsur-unsur yang ada dalam hikayat sebenarnya tidak jauh berbeda dengan jenis prosa lainnya, yakni menggunakan unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik ini merupakan unsur yang membangun cerita dari dalam, sementara unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun ceritanya dari luar.
Berikut adalah unsur-unsur yang terdapat dalam hikayat:
Dikutip dari laman Kemendikbud RI, ada beberapa karakteristik hikayat antara lain:
Teks atau cerita yang terdapat dalam hikayat biasanya mengandung kemustahilan baik dari segi bahasa maupun kisahnya.
Kemustahilan ini maksudnya adalah hal-hal yang bersifat tidak logis dan tidak bisa dengan mudah diterima oleh nalar manusia.
Contoh sederhananya seperti seorang bayi yang baru lahir tapi sudah memiliki kekuatan tertentu, atau seorang putri kerajaan yang tiba-tiba saja keluar dari gendang.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Menurut KBBI, kesaktian bisa diartikan sebagai kepandaian atau kemampuan dalam melakukan sesuatu yang bersifat gaib dan melampaui kodrat alam.
Dalam hal ini, para tokoh yang ada dalam cerita hikayat biasanya dikisahkan memiliki kesaktian atau kekuatan tertentu yang melebihi orang biasa.
Misalnya tokoh A yang memiliki kemampuan tidak mempan dilukai oleh senjata, atau tokoh raksasa sakti yang bisa berubah wujud.
Cerita hikayat biasanya bersifat anonim yang berarti tanpa identitas, tanpa nama, atau tidak diketahui dengan jelas siapa nama pengarang cerita tersebut.
Hal ini bisa terjadi karena cerita hikayat tersebut disampaikan secara lisan dari satu orang ke orang lain, sampai ke keturunan berikutnya dan seterusnya.
Cerita-cerita hikayat sering kali juga bersifat istana sentris atau berlatar belakang kerajaan dan tokoh-tokoh yang ada di dalamnya.
Tokoh yang biasanya dikisahkan dalam hikayat adalah raja, permaisuri, anak raja, atau para prajuritnya.
Selain itu, latar tempat yang biasanya digunakan dalam hikayat adalah sebuah negeri yang dipimpin oleh seorang raja, atau bisa juga di sebuah istana kerajaan.
Hikayat biasanya menggunakan kata arkais atau kata-kata yang sudah lampau dan jarang digunakan oleh orang-orang di zaman modern ini.
Meski ditulis dalam Bahasa Melayu, hikayat tetap sebuah karya sastra yang usianya sudah sangat tua sehingga banyak dijumpai kata-kata asing seperti titah, mahligai, upeti, bejana, dan lain-lain.
Meski sebagian besar ceritanya bersifat mustahil, hikayat biasanya juga mengandung pesan atau amanat yang baik dan bisa digunakan sebagai pembelajaran bagi para pembacanya.
Kisah-kisah yang ada dalam hikayat biasanya menanamkan unsur edukatif untuk melakukan kebaikan, saling menghargai antar sesama, gotong royong, dan masih banyak lagi.
Selain hikayat, ada banyak jenis karya sastra klasik lain yang masih populer di Indonesia, salah satunya adalah pantun.
Dalam KBBI, pantun adalah bentuk puisi klasik Melayu yang terdiri dari 4 baris dan bersajak a-b-a-b.
Untuk memahami pantun dengan lebih mendalam, kamu bisa membaca buku Mahir Peribahasa, Puisi Baru, dan Pantun karya Puput Alviani.
Pantun dan peribahasa adalah jenis karya sastra Melayu klasik yang masih sering digunakan di zaman modern seperti sekarang, jadi tidak ada salahnya untuk mempelajari keduanya.
Buku ini berisi penjelasan lengkap mengenai bentuk, makna, dan jenis-jenis pantun, peribahasa, dan puisi-puisi baru.
Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan contoh-contoh pantun dan peribahasa yang bisa kamu jadikan sebagai bahan pembelajaran dan inspirasi.
Kalau tertarik, buku ini bisa kamu dapatkan di toko buku Gramedia dan Gramedia.com.