"Udah umur segini, belum nikah juga?"
Pernah dapat pertanyaan semacam ini? Ya, kadang lelah juga kalau ditanya terus menerus.
Padahal, bukan gak mau, kita juga sedang berupaya semaksimal yang kita bisa.
Entah mengapa, mulut-mulut mereka mudah sekali menyakiti.
Pertanyaannya, mereka yang kejam atau kita yang sensitif ya?
Yang perlu kamu pahami, bahwa setiap yang menimpa manusia itu terjadi atas kuasa Allah.
Tugas kita hanya ikhlas menerima.
Ketika sesuatu menimpa dan kita rida, insya Allah berbuah berpahala.
Semakin kita tidak rela, kita sendiri akan terbebani. Jadi, tugas kita hanya satu, menerima.
Terdengar sederhana tapi rasanya luar biasa ya.
Tapi tenang, tulisan ini akan menambah suntikan semangat untukmu agar tetap percaya diri menyambut beragam kalimat.
Berikut adalah empat jawaban yang bisa kamu praktikkan untuk pertanyaan usil mereka.
Jodoh, maut, dan rezeki adalah rahasia Ilahi.
Gak ada yang tahu kapan, di mana, dan bagaimana itu terjadi. Itu benar-benar hak Allah.
Yakinlah, sobat, bahwa Allah tidak akan pernah salah menentukan waktu terbaik kapan pangeran berkuda putih tiba.
Sebagaimana ajal, jodoh pun kita tak tahu kapan ia menjemput.
Jadi kalau ada pertanyaan semacam ini datang, cuek aja.
Mungkin dia belum belajar rukun iman tentang qada dan qadar.
Stay cool.
Marah-marah tetap tidak membuat jodohmu lebih cepat datang, hehe.
Yakinkan pada mereka bahwa kita baik-baik saja.
Tunjukkan jika kita memang demikian.
Tidak masalah kalau kamu menampakkan aktivitas-aktivitasmu dalam masa penantian ini.
Kamu rutin ikut kajian Islam, membuat konten, pergi ke toko buku, misalnya.
Tetap konsisten menjaga diri.
Sendiri tapi melangkah berarti.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Jangan karena kita dicibir lantas kita memilih pacaran, hanya buat ke kondangan bawa gandengan.
Jangan pula karena terburu-buru, lalu kita sembarangan memilih pasangan.
Bahayanya besar, lho.
Menikah itu untuk menggapai ketenangan.
Alih-alih tenang, salah pasangan malah membuat kita futur lalu maksiat.
Ah, tidak-tidak.
Jawab saja bahwa meski masih sendiri kamu tetap baik-baik saja.
"Memang kalau saya menikah, kamu diundang?"
"Saya jawab kalau nanti sudah dapat infonya ya."
Tidak semua pertanyaan yang masuk adalah keusilan.
Bisa jadi itu bentuk kepedulian.
Hanya saja, jika yang tampak bukan lagi perhatian, tak masalah kalau kamu jawabnya "agak" kebangetan.
Sedikit respons tengil tidak akan mengurangi wibawamu sebagai manusia jomblo.
Mau coba?
Tentu saja jawaban ini adalah kiasan.
Karena sejatinya yang ditanya juga tidak tahu harus jawab apa.
Beri saja jawaban yang sesungguhnya meski kita tak benar-benar tahu keadaannya.
"Insya Allah saya menikah tahun depan, atau dua tahun lagi. Kalau belum ya setelahnya"
"Tunggu saja ya, nanti juga akan ada undangan"
"Calon suami saya sedang berjuang memantaskan diri. Saya pun demikian."
Jawaban-jawaban di atas bisa banget kamu lemparkan ke para penanya tengil itu.
Kamu juga bisa baca langsung ke buku tulisan Muyassaroh berjudul 101 Renungan untuk Muslimah Akhir Zaman.
Buku ini akan mengantarkanmu menjadi muslimah yang teguh memegang Islam meski fitnah akhir zaman sungguh seram.
Salah satu babnya membahas seputar pernikahan.
Rasa-rasanya cocok sekali buat para muslimah yang mulai resah dengan kesendirian namun memilih tidak pacaran.
Bertubi-tubi penilaian orang tetap akan meyakinkan kamu tetap berpegang pada aturan Tuhan.
Kamu bisa baca versi digitalnya di Gramedia Digital atau langsung pergi ke toko buku ya.