Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Hewan Langka di Indonesia yang Hampir Punah Keberadaannya

Kompas.com - 09/05/2023, 16:00 WIB
Hewan Langka di Indonesia Sumber Gambar: Freepik.com Hewan Langka di Indonesia
Rujukan artikel ini:
Buku Ayo, Mewarnai Hewan Endemik…
Pengarang: Tim Bip
|
Editor Puteri

Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan eksistensi beberapa hewan yang dengan mudah dapat kita lihat di kebun binatang, taman safari, atau melalui dunia maya yang kini sudah sangat gampang untuk diakses.

Beberapa jenis binatang tersebut tentunya merupakan hewan endemik atau asli berasal dari Indonesia.

Namun, nahasnya, beberapa jenis hewan endemik ini ternyata masuk ke dalam status langka karena populasinya sudah semakin sedikit, serta berpeluang besar untuk punah.

Terdapat beberapa penyebab yang membuat hewan endemik asli Indonesia ini hampir punah, seperti habitatnya yang semakin sedikit dan dirusak hingga perburuan liar yang tidak terkendali.

Padahal eksistensi hewan-hewan langka asli Indonesia ini sangat penting bagi ekosistem serta menjadi pembelajaran yang amat berharga bagi anak cucu kita agar berkesempatan untuk melihat hewan tersebut.

Apabila hewan-hewan endemik ini tidak segera dilindungi dan terancam punah, maka keberadaan mereka hanyalah tinggal sejarah saja.

Penting sekali bagi kita untuk mulai memperkenalkan keberadaan hewan-hewan langka asli Indonesia ini pada anak-anak agar mereka bisa ikut peduli untuk mulai mencintai dan menjaga lingkungan.

Karena siapa lagi yang bisa diharapkan untuk mampu melindungi alam yang sudah semakin rusak ini jika bukan generasi muda yang sudah dididik untuk peduli sedari dini.

Lalu, hewan langka apa saja yang keberadaannya hampir punah di Indonesia? Berikut 5 hewan langka yang ada di Indonesia.

5 Hewan Langka yang Ada di Indonesia

1. Komodo

Hewan endemik pertama yang populasinya semakin sedikit adalah komodo yang juga menjadi satu-satunya hewan purba yang masih hidup sampai sekarang.

Komodo mempunyai gigitan yang sangat kuat dan juga mematikan karena terdapat racun berbisa yang berasal dari ribuan kelenjar di area gusinya.

Habitat komodo hanya bisa ditemukan di Pulau Komodo, Flores, Gili Motang, Gili Dasami, dan Rinca Nusa Tenggara Timur.

Komodo sendiri sudah masuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia dengan dibangunnya Taman Nasional Komodo.

2. Harimau Sumatera

Harimau Sumatera atau yang memiliki nama latin Panthera Tigris Sondaica adalah salah satu hewan langka yang populasinya hampir punah.

Habitat asli mereka terdapat di Pulau Sumatera dan sampai sekarang hanya terdapat sekitar 500 ekor harimau Sumatera saja akibat habitatnya yang telah dirusak dan perburuan liar yang sepertinya sulit untuk dihentikan.

Tidak mengherankan karena memang harimau Sumatera kerap diperdagangkan secara ilegal, di mana bagian-bagian tubuhnya laku di pasaran dengan harga yang sangat tinggi.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Tidak hanya itu, ekspansi perusahaan-perusahaan yang tidak bertanggung jawab juga semakin menggerus habitat mereka yang semakin berkurang.

3. Burung Merak

Merak merupakan spesies burung yang masuk ke dalam genus pavo dan afropavo serta termasuk ke dalam familia ayam hutan.

Di Indonesia sendiri, burung merak bisa ditemukan di daerah Jawa bagian timur dengan area tropis dan alam liar, seperti hutan dataran rendah dan dekat dengan sumber air mengalir.

Meskipun mempunyai kemampuan untuk terbang dalam kondisi tertentu, tapi burung merak lebih memilih banyak hidup di darat.

Selain berfungsi sebagai simbol keindahan, bulu burung merak juga berguna untuk mempertahankan diri dari serangan lawan.

4. Orang Utan

Menurut laporan IUCN lewat penelitian yang sudah dilakukan selama 75 tahun belakangan, orang utan terus mengalami penurunan populasi sebesar 80%.

Kenyataannya pada tahun 1998-1999 angka kepunahan orang utan Kalimantan mencapai 1000 ekor per tahun.

Sementara itu, di tahun 2004 diprediksi jika jumlah populasi orang utan Kalimantan berjumlah kurang lebih cuma 54.000 ekor saja.

Yang membedakan antara orang utan Sumatera dan orang utan Kalimantan adalah terdapat pada kantung pipi yang panjang bagi orang utan jantan.

5. Gajah Sumatera

Gajah Sumatera mempunyai nama ilmiah Elephas maximus masuk ke dalam daftar hewan langka yang dilindungi oleh pemerintah.

Bobot dari gajah Sumatera sendiri dapat mencapai 6 ton dan bisa tumbuh sampai setinggi 3,5 meter.

Gajah Sumatera termasuk ke dalam golongan hewan yang cerdas karena mempunyai ukuran otak yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan mamalia lainnya.

Ukuran telinganya yang jumbo digunakan untuk mengurangi panas tubuh pada gajah Sumatera.

Untuk memperkenalkan anak-anak pada berbagai macam hewan endemik yang ada di Indonesia, maka buku Ayo, Mewarnai Hewan Endemik Indonesia bisa dijadikan sarana belajar yang menyenangkan karena selain menambah wawasan, anak-anak juga akan merasa fun ketika mempelajarinya lewat aktivitas mewarnai.

Dengan ditemani Bip Bip si burung jalak, Acil si kancil, Komi si komodo, Lulu si pesut Mahakam, dan Uma si orang utan, anak-anak dapat mewarnai sekaligus belajar berbagai macam informasi menarik mengenai hewan endemik di Indonesia.

Bukunya dapat dipesan di Gramedia.com.

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau