Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

100 Soneta Cinta: Syair-Syair Cinta yang Utuh

Kompas.com - 29/12/2022, 16:00 WIB
Sumber Gambar: Dok. Gramedia Pustaka Utama
Rujukan artikel ini:
100 Soneta Cinta
Pengarang: Pablo Neruda
|
Editor Puteri

“... . Sementara berjalan di hutan atau di pantai, di tepi telaga yang tersembunyi, di keluasan bersalut abu, kita mengumpulkan potongan-potongan kulit pohon, potongan-potongan kayu yang takluk pada air dan cuaca buruk. Kemudian, dari bilah-bilah yang telah aus, kapak, parang, dan pisau, aku memancangkan tiang-tiang kayu cinta, dan dengan empat belas papan masing-masing aku bangun rumah-rumah kecil, sehingga matamu, yang kupuja dan kepadanya aku bernyanyi, bisa hidup di sana. Maka, atas dasar cintaku kepadamu, aku persembahkan abad ini: soneta-soneta kaya yang lahir semata karena kau memberinya kehidupan.”

Sebuah preambul yang mengetuk hati sanubari, menggambarkan sebuah perasaan cinta yang agung dan penuh keindahan dari Pablo Neruda kepada istrinya, Matilde Urrutia.

Selama beberapa dekade itu pula, syair-syair dalam 100 Soneta Cinta atau Cien Sonetos de Amor ini terus dituturkan dari hati ke hati, oleh sepasang kekasih yang dipenuhi gelora asmara, dan menjadi persembahan romantis yang tak akan lekang oleh waktu.

Terdiri dari Empat Babak Waktu

Mencintai di waktu pagi, siang, petang, dan malam adalah empat babak waktu yang dilukiskan dalam karya Neruda ini.

Masing-masing babak memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dalam cara penggambaran perasaan cinta.

Seperti fase usia manusia, empat babak waktu tersebut membawa kita pada pengalaman dan imajinasi cinta di masa muda, cinta dalam masa pendewasaan diri, serta cinta pada usia senja.

Dalam babak pagi, puisi-puisi yang ada melukiskan perasaan cinta dengan penuh rasa optimisme, gelora jiwa muda, dan cenderung dengan kesan yang riang.

Beberapa puisi juga memunculkan keindahan-keindahan secara fisik dan nyata, yaitu dengan penggambaran diri Matilde yang bak dewi dari kahyangan, dimana membuat Neruda sendiri mabuk kepayang.

Meskipun sarat akan pujian-pujian, akan tetapi dalam babak pagi juga terselip realita sosial tentang kehidupan yang mereka jalani di daratan Chili.

Untuk babak siang hingga menuju petang, rasa cinta dilukiskan oleh sang pujangga dengan lebih membumi, termasuk juga penggambaran rasa pesimis di dalamnya.

Pada babak ini, kata-kata yang ada lebih bernada pada kesadaran diri bahwa luka-luka yang tercipta karena jatuh cinta akan selalu datang bersama rasa sukacita, sebuah konsekuensi yang wajar ketika mencintai seseorang.

Oleh sebab itu, sang pujangga lebih bisa untuk mengapresiasi rasa cinta secara spiritual dan tidak selalu menggunakan penggambaran secara fisik.

Fase ini seperti halnya fase pendewasaan diri pada manusia.

Terakhir, dalam babak malam, 100 Soneta Cinta lebih melukiskan kata-kata cinta bernada muram serta filosofis.

Kata-kata tersebut merefleksikan tentang waktu-waktu yang telah berlalu serta keindahan alam yang abadi, seperti rasa cinta itu sendiri.

Neruda menutup babak ini sekaligus mengakhiri tulisannya dengan wajar tanpa adanya harapan yang menggebu-gebu, seperti roda kehidupan itu sendiri yang terus berputar dan kita sebagai manusia harus terus berjalan serta menghadapinya hingga berusia senja.

Bukan Puisi Cinta yang Dangkal

Mungkin kita sering menemukan puisi-puisi cinta yang dangkal serta hanya berisi kata-kata picisan belaka.

Banyak pujangga yang kurang bisa memilih diksi-diksi dan frasa-frasa yang tepat dalam melukiskan perasaan cinta.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Akan tetapi dalam 100 Soneta Cinta, Neruda melukiskan perasaan cinta yang cukup dekat dengan gambaran cinta sejati, bahwa cinta sejati tidak selalu dipenuhi rasa optimisme dan gelora asmara menggebu-gebu, adakalanya pula cinta sejati penuh dengan rasa keputusasaan dan jauh dari kesempurnaan.

100 Soneta Cinta menunjukan cara mencintai seseorang dengan seutuhnya, bagaikan keadaan alam yang kadang tenang, kadang riuh, serta kadang mengerikan.

Puisi-puisinya banyak berisi penggambaran-penggambaran yang indah, namun tak luput juga dari hal-hal tragis seperti kehilangan atau kematian.

Terdapat juga penggambaran keganjilan dari perasaan-perasaan yang mungkin juga dialami oleh setiap orang.

Oleh sebab itu, melalui buku ini kita akan belajar tentang rasa cinta yang utuh dari syair-syair yang dituliskan Neruda, atau dalam kasus Neruda rasa cinta yang utuh dari seorang suami terhadap istrinya, atau bisa juga dari seseorang kepada kekasih hatinya.

Dekat dengan Keindahan Alam dan Keadaan Negara Chili

Hal yang cukup unik dari puisi-puisi dalam 100 Soneta Cinta adalah banyak menggambarkan tentang keindahan-keindahan alam di negara Chili.

Neruda mengisi imajinasi-imajinasi kita dengan elemen-elemen natural yang menenangkan dan menyejukan meskipun terkadang puisi-puisinya bernada pesimis atau muram.

Sebagai pembaca, kita akan dibawanya berpetualang menyelami keindahan cinta sekaligus menikmati keadaan alam yang pas dengan suasana hati kita.

Dalam beberapa puisinya, Neruda juga menyebutkan beberapa nama tempat yang ada di daratan Chili, diantaranya; Quinchamalí, Frontera, Arauco, Angol, Río Dulce, Chillán, Lota, serta Isla Negra yang cukup terkenal, terletak 45 km di sebelah selatan Valparaiso dan 95 km di sebelah barat Santiago.

Tentang Pablo Neruda

Ia lahir di Chili, 12 Juni 1904.

Semasa hidupnya, ia berprofesi sebagai diplomat dan senator.

Namanya dikenal sebagai salah satu penyair berbahasa Spanyol yang paling berpengaruh pada abad ke-20.

Tulisannya merentang dari puisi-puisi cinta, surealis, epos sejarah, dan politik hingga puisi-puisi tentang hal-hal biasa, seperti alam dan laut.

Pada 15 Juli 1945, ia diundang untuk membaca puisi sebagai bentuk penghormatan terhadap revolusi Partai Komunis yang dipimpin oleh Luís Carlos Prestes dihadapan 100,000 orang di Stadion Pacaembu, São Paulo, Brasil.

Pada 1971, ia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam bidang Sastra, meskipun hal ini sempat menjadi kontroversi karena aliansi politiknya.

Pablo Neruda wafat pada 23 September 1973 akibat leukimia yang dideritanya, dan kemudian dikebumikan di Isla Negra bersama Matilde Urrutia.

Dapatkan segera bukunya di Gramedia.com.

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

Promo Diskon Promo Diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com