Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alat Musik Angklung: Sejarah, Jenis, dan Cara Memainkannya

Kompas.com - 25/10/2022, 11:30 WIB
Alat Musik Angklung Photo by mufidpwt on Pixabay Alat Musik Angklung
Rujukan artikel ini:
Alat Musik Nusantara-Angklung Untuk Perdamaian…
Pengarang: Litbang Kompas
|
Editor Rahmad

Jadi, salah satu alat musik tertua yang mewakili Jawa Barat, alat musik angklung ini memiliki rekam jejak yang panjang sebagai Situs Warisan Dunia di Indonesia. Angklung telah masuk dalam Daftar Representatif UNESCO untuk Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan sejak 16 Januari 2011.

Secara historis, ada dua jenis angklung, yakni angklung tradisional dan angklung modern. Angklung tradisional biasanya masih erat kaitannya dengan ritual adat. Angklung modern, di sisi lain, lahir pada abad ke-20 sebagai upaya untuk melestarikan alat musik angklung ini.

Sebagai salah satu alat musik melodis, angklung mudah dimainkan. Ada tiga teknik dasar untuk membunyikan angklung, yaitu kurulung, centok, dan tangkep. Alat musik bambu ini harus digoyangkan untuk menghasilkan suara.

Sejarah Alat Musik Angklung

Menurut Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Purwakarta, alat musik angklung konon sudah ada sebelum Indonesia mengenal pengaruh agama Hindu. Era Hindu sendiri dimulai sekitar abad ke-5 Masehi.

Alat musik angklung ini dikenal sebagai alat musik tradisional Jawa Barat menurut Jaap Kunst dalam Music in Java, tetapi juga ditemukan di Sumatera Selatan dan Kalimantan.

Sejarah penggunaan Angklung di Jawa Barat sendiri tercatat pada masa Kerajaan Sunda dari abad ke-12 hingga ke-16. Selama periode ini, permainan angklung diadakan di mana Nyai Sri Pohaci dipuja sebagai simbol Dewi Sri (dewi padi atau kesuburan).

Berdasarkan cerita dalam lagu-lagu Sunda, selain untuk berdoa, alat musik angklung juga dimainkan untuk merangsang semangat para prajurit dalam berperang.

Seiring dengan perkembangan zaman, angklung masih digunakan sebagai alat musik dalam berbagai pertunjukan. Setelah proklamasi, pertunjukan angklung dibawakan oleh tokoh nasional angklung, Daeng Soetigna, pada perundingan Linggarjati tahun 1946.

Daeng Soetigna dikenal dengan julukan sebagai Bapak Angklung Indonesia. Dia menciptakan angklung dengan tangga nada diatonis, yang memungkinkan alat musik ini dimainkan secara harmonis dengan alat musik barat lainnya.

Usahanya melestarikan angklung dilanjutkan oleh mahasiswa Udjo Ngalagena. Udjo Ngalagena dikenal sebagai pendiri Saung Angklung Udjo, objek wisata seni dan budaya utama di Bandung.

Selain popularitasnya di luar negeri, UNESCO menetapkan angklung sebagai situs warisan budaya yang harus dilestarikan pada tahun 2010.

Jenis Angklung

Berikut ini jenis alat musik angklung, dari yang tradisional sampai jenis modernnya.

1. Angklung Kanekes

Angklung Kanekes berasal dari Desa Kanekes, Kecamatan Tiboreger, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten hingga saat ini masih digunakan di desa-desa adat yang meneruskan tradisi turun temurun dari nenek moyang mereka.

Tradisi dan ritual dengan angklung ini berkaitan dengan kegiatan pertanian yang dilakukan setiap hari. Pada kenyataannya, dalam masyarakat Baduy, angklung ini dimainkan secara berbeda, dengan membunyikannya dengan irama dan melodi tertentu.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

2. Angklung Dogdog Lojor

Serupa dengan Angklung Kanekes, penggunaan alat musik angklung ini juga dikaitkan dengan ritual nasi. Kasepuhan Pancer Angklung Dogdog Lojor yang terletak di Kota Pangawanan ini biasa digunakan dalam upacara Seren Taun yang dipusatkan di sekitar Kampung Gede.

Angklung Dogdog Kesenian Lojor membutuhkan 6 alat musik, seperti 2 Lojor Dogdog dan 4 Angklung Agung. Keempat angklung tersebut terdiri dari Angklung Gonggong, Panembal, kingking dan Inclok.

3. Angklung Gubrag

Angklung yang terletak di Desa Cipining, Kecamatan Chigdeg, Provinsi Bogor ini sering digunakan dalam upacara penghormatan kepada Dewi Padi. Berdasarkan informasi dari beberapa pemandu tradisional setempat, jenis angklung ini sudah sangat tua.

4. Angklung Badeng

Berbeda dengan angklung lainnya, kesenian Angklung Badeng yang terletak di Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Provinsi Garut ini lebih menitikberatkan pada aspek musiknya.

Angklung ini dimaksudkan untuk bertindak demi kepentingan Dakwah Islam. Namun, ada klaim bahwa Angklung Badeng juga digunakan untuk acara-acara yang berkaitan dengan ritual menanam padi.

5. Angklung Buncis

Angklung Buncis juga pernah digunakan sebagai alat bantu dalam upacara pertanian, namun identik dengan seni pertunjukan hiburan. Angklung Buncis terletak di Desa Baros, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung.

6. Angklung Modern Pak Daeng

Dikenal sebagai alat musik tradisional yang memiliki fungsi penting, keberadaan angklung perlahan terkikis seiring berjalannya waktu. Padahal, angklung hanya digunakan para pengemis untuk mengamen dari rumah ke rumah.

Maestro musik dan seniman Daeng Soetigna khawatir murid-muridnya tidak tertarik mempelajari seni musik. Kejenuhan berasal dari ditinggalkannya model pendidikan yang monoton dan penggunaan alat musik.

Pasalnya, gitar, piano, mandolin, biola, dan alat musik lain yang dipraktikkannya saat itu harus didatangkan dari Eropa, sehingga langka, mewah, dan mahal.

Cara Memainkan Angklung

Dalam praktiknya, begini cara memainkan angklung secara dasar:

  1. Kurulung (getar) adalah teknik yang paling umum untuk memainkan angklung. Cara melakukannya dengan satu tangan memegang rangka angklung dan tangan lainnya menggoyangkan angklung
  2. Cetok (sentak) adalah cara memainkan angklung dengan tabung dasar angklung ditarik cepat oleh jari ke telapak tangan kanan. Cara ini membuat angklung akan berbunyi sekali saja
  3. Tengkep adalah teknik yang serupa dengan kurulung, tetapi salah satu tabung ditahan agar tidak ikut bergetar

Buku Alat Musik Nusantara-Angklung Untuk Perdamaian Dunia yang ditulis Litbang Kompas bisa kamu jadikan referensi untuk mengenali lebih jauh tentang alat musik melodis ini. Angklung tidak hanya sekedar alat musik bermaterial bambu saja.

Saat dimainkan, alat musik angklung ini memberi banyak ajaran kehidupan bahwa manusia selayaknya menghargai perbedaan, saling peduli dan mendengarkan satu sama lain. Filosofi ini karena angklung tidak akan merdu jika hanya dimainkan sendiri.

Buku ini bisa kamu pesan dan beli di Gramedia.com!

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Terkini Lainnya

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

Apa Arti Disabilitas Sensorik? Cari Tahu di Sini!

buku
Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

Siapa Bapak Demokrasi Indonesia?

buku
Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

Membangkitkan Kekuatan Diri: Review Inspiratif Buku The Unstoppable You

buku
Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

Dari Imajinasi ke Halaman: Rahasia Menulis dalam Buku Seni Menulis Fiksi untuk Pemula

buku
Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

Sebuah Pelukan dari Duka: Menemukan Diri dalam Kepergian

buku
Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

Cara Menjaga Relasi Jangka Panjang di Dunia Profesional

buku
Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

Launching Buku  “Untold Stories Strategi Public Relations di Industri Kreatif”:  Ungkap Sisi Manusiawi Kerja Komunikasi Publik Menghadapi Dinamika Isu

buku
Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

Cara Menjaga Hubungan Tetap Awet, Langkah Sederhana yang Sering Terlewat

buku
15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

15 Cara Self Love dan Langkah-Langkah Awal Menerapkannya

buku
10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

10 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Tenang dan Bermakna

buku
Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

Apa Itu Let Them Theory? Cara Biar Hidup Tidak Banyak Drama

buku
Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Makna Perjalanan Spiritual: Pengertian, Cara Memulai, dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

buku
15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

15 Cara Menemukan Jati Diri yang Hilang dengan Mudah

buku
Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

Networking Efektif: Pengertian, Manfaat, dan Strategi Membangun Relasi yang Berkualitas

buku
Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

Arti Maintain Relationship dan Cara Efektif agar Hubungan Tetap Harmonis

buku
Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

Contoh Perjalanan Spiritual: Proses dan Transformasi Diri dalam Kehidupan

buku
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau