Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harus Siap Modal Besar, Ini Dia 7 Suku dengan Adat Pernikahan Termahal di Indonesia

Kompas.com - 25/08/2022, 18:00 WIB
Pernikahan Termahal di Indonesia Sumber Gambar: Artem Beliaikin Unsplash.com Pernikahan Termahal di Indonesia
Rujukan artikel ini:
Perempuan yang Menangis Kepada Bulan…
Pengarang: Dian Purnomo
|
Editor Ratih Widiastuty

Indonesia terkenal dengan keberagaman budaya dan adat istiadatnya.

Menurut sensus BPS pada tahun 2010, terdapat 1.340 suku bangsa yang tersebar di seluruh pulau di Indonesia.

Tentunya setiap suku memiliki ciri khas masing-masing yang dapat kita kenali dari budaya, adat istiadat, bahasa, dan lain-lain.

Keberagaman ini juga dapat kita lihat dari salah satu upacara sakral, yaitu pernikahan.

Upacara pernikahan adalah momen bahagia dari kedua pasangan yang akhirnya bersatu menjadi pasangan suami istri.

Pada momen tersebut, hadir pula keluarga, kerabat, dan teman-teman yang tentunya turut berbahagia merayakan hari jadi kedua mempelai.

Penyelenggaraan upacara pernikahan tak lepas dari tradisi yang dianut masing-masing suku.

Kamu bahkan dapat dengan mudah membedakan pernikahan dengan adat Jawa, adat Minang, atau adat lainnya dari pakaian adat yang digunakan mempelai, upacara-upacara dalam rangkaian acaranya, serta dari makanan yang disediakan.

Dari sekian banyak adat di Indonesia, ternyata ada 7 suku yang upacara pernikahannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Yuk, simak penjelasannya!

Pernikahan Termahal di Indonesia

1. Pernikahan Adat Suku Banjar

Suku Banjar merupakan suku yang berasal dari Kalimantan Selatan.

Pernikahan adat Suku Banjar membutuhkan biaya yang cukup tinggi karena proses pernikahannya cukup lama, meriah, dan melibatkan banyak orang.

Salah satu tradisi dalam pernikahan adat Suku Banjar adalah mempelai pria harus menyediakan mahar yang disebut maantar jujuran.

Uang jujuran ini digunakan untuk membiayai pesta pernikahan dan merupakan modal kehidupan berumah tangga untuk kedua mempelai.

2. Pernikahan Adat Suku Bugis

Mahar dalam pernikahan adat Suku Bugis, disebut uang panaik, merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh calon mempelai pria untuk meminang mempelai wanita.

Uang panaik ini besarnya disesuaikan dengan beberapa faktor, seperti garis keturunan si gadis, pendidikan, pekerjaan, bahkan sampai faktor kecantikan.

Selain mahar yang harus dibayarkan, biaya untuk pesta dan prosesi pernikahannya pun tidak main-main.

Totalnya bisa mencapai ratusan sampai milyaran rupiah, lho!

Hal ini disebabkan oleh prosesinya yang panjang dan keterlibatan banyak orang di dalam proses pernikahannya.

3. Pernikahan Adat Suku Bali

Prosesi adat pernikahan Suku Bali dikenal sangat sakral dan kental oleh tradisi, mulai dari perkenalan sampai acara lamaran.

Rangkaian prosesi sakral yang terkesan mewah ini dapat menghabiskan biaya sampai ratusan juta rupiah.

Kedua pengantin harus melewati setiap ritual sebelum melangsungkan pernikahan.

Kebutuhan dalam setiap prosesi misalnya baju adat, aksesoris, sesajen, dan dekorasi tempat acara.

4. Pernikahan Adat Suku Sasak

Suku Sasak adalah suku bangsa mayoritas di Pulau Lombok.

Uniknya, besarnya mahar yang harus dibayarkan oleh pihak mempelai pria ke mempelai wanita ditentukan dengan jarak rumah kedua mempelai.

Selain jarak rumah, faktor yang turut menentukan besarnya mahar adalah kasta dan status sosial.

Jika kedua mempelai berasal dari kasta yang berbeda, biaya pernikahannya akan lebih besar daripada pasangan yang berasal dari kasta yang sama.

Besarnya uang mahar yang dibayarkan ini ditentukan lewat proses tawar menawar.

Pada proses ini, biasanya pejabat desa juga turut berperan.

Proses tawar menawar ini dilakukan setelah tradisi memari, yaitu tradisi calon mempelai pria ‘menculik’ mempelai wanita dan dibawa ke rumahnya.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

5. Pernikahan Adat Suku Nias

Uang mahar dalam prosesi pernikahan Suku Nias ditentukan oleh seberapa tinggi jenjang pendidikan si mempelai wanita.

Selain itu, calon mempelai pria juga harus menyediakan beberapa ekor babi sebagai mahar.

Biasanya, jumlah babi yang ditetapkan adalah 25 ekor.

Tentu saja biaya untuk menyiapkan mahar ini terbilang tidak murah.

Namun, jika mempelai pria ternyata belum sanggup untuk melunasi maharnya, ia dapat mengabdi pada mertuanya sampai maharnya dianggap lunas.

6. Pernikahan Adat Suku Batak

Sama seperti Suku Nias, Suku Batak juga menetapkan uang mahar atau uang Sinamot berdasarkan tingkat pendidikan mempelai wanita.

Selain maharnya yang relatif tinggi, upacara adat pernikahan Suku Batak juga dapat memakan biaya yang tidak sedikit.

Baju adat yang digunakan kedua mempelai, yaitu kain ulos, merupakan kain yang sangat penting dalam tradisi pernikahan.

Harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah.

7. Pernikahan Adat Suku Minangkabau

Berkebalikan dengan adat-adat lain, dalam pernikahan Suku Minangkabau, mempelai wanita adalah pihak yang meminang mempelai pria.

Prosesi pernikahan juga melibatkan banyak orang.

Selain keluarga, warga sekitar dan para tetua adat juga turut serta.

Rangkaian prosesi pernikahan juga memakan biaya yang tidak sedikit.

Misalnya, Malam Bainai, yang merupakan tradisi ketika para sesepuh menghias tangan mempelai wanita dengan inai untuk menunjukkan kasih sayang.

Kemudian ada upacara Manjapuik Marapulai, yaitu arak-arakan untuk menjemput mempelai pria.

Tradisi dan adat istiadat dalam prosesi pernikahan dipandang penting oleh masyarakat.

Selain karena untuk menurunkan nilai-nilai yang dianut, pernikahan tradisional juga merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga.

Banyak nilai positif yang dapat kita ambil dari tradisi-tradisi dalam pernikahan adat.

Namun, pada dasarnya tujuan pernikahan adalah menyatukan kedua pasangan dalam ikatan yang suci.

Lewat karyanya yang berjudul Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam, Dian Purnomo mengisahkan kisah Magi Diela, seorang perempuan dari Sumba, yang terjerat dalam pernikahan yang tidak ia inginkan.

Dalam adat Sumba, terdapat istilah kawin tangkap, atau disebut yappa mawine.

Tradisi ini merupakan tradisi seorang calon suami menculik calon istrinya, untuk kemudian menghadap pada pihak keluarga sang calon istri dan mengadakan tawar menawar mahar.

Namun, Magi Diela diculik dengan paksa.

Ia lalu terjebak di pernikahan yang tidak ia inginkan, terperangkap atas nama budaya dan adat.

Perjuangan Magi Diela untuk membebaskan dirinya dalam kisah ini merupakan kisah yang sangat menginspirasi.

Bagaimana seharusnya kita bersikap bijak dalam menyikapi budaya dan adat meski sudah dilakukan secara turun temurun.

Kamu juga dapat menemukan banyak adat dan tradisi Sumba dalam buku ini.

Jika tertarik membaca cerita lengkapnya, kamu bisa segera mendapatkan buku ini hanya di Gramedia.com!

Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.

Promo Diskon Promo Diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau