Perintah Allah kepada hamba, ibadah shalat dalam hal ini, memiliki dampak yang luar biasa terhadap aktivitas manusia itu sendiri. Baik secara pribadi, keluarga, dalam suatu komunitas, atau bahkan suatu bangsa.
Sebenarnya, ada banyak contoh yang diberikan oleh para nabi tentang pengaruh ini. Sholat adalah inti dari segala bentuk ibadah yang Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya. Nabi bersabda, “Shalat adalah tiang agama, dan barangsiapa yang merusaknya maka ia menghancurkan agama.”
Doa itu sendiri memiliki beberapa posisi khusus, seperti yang dijelaskan dalam rukun shalat, yakni sujud dan ruku. Postur sujud dan membungkuk atau ruku adalah postur utama dalam ibadah shalat.
Dalam keadaan ruku dan sujud, manusia harus menundukkan kepala dan membungkuk untuk mengakui kebesaran dan keagungan Tuhan untuk mengakui ketidakmampuannya sebagai manusia, diciptakan dari bumi dan kembali ke bumi.
Dari filosofi inilah shalat memiliki makna yang sangat berdampak bagi umat muslim yang benar-benar khusyuk dan ikhlas beribadah.
Pengaruh shalat tidak bisa dijadikan tolak ukur untuk menggeneralisasi dan menghakimi semua orang, tapi paling tidak dalam QS. Al-Ankabut (29): 45 ini Allah menjelaskan sikap seseorang dengan tabiat dan kebiasaan yang dia lakukan.
Sholat mensucikan jiwa, mensucikan jiwa, dan mengkondisikan hamba untuk berdoa kepada Allah SWT di dunia dan taqarrub bersamanya di akhirat. Seperti amalan ibadah lainnya, shalat sebagai bagian penting dari ibadah dalam Islam memiliki keistimewaan.
Tidak hanya ada hikmah tertentu dalam setiap gerakan dan rukun shalat-nya, tetapi juga memiliki efek besar pada pembentukan karakter umat Islam dalam sholat pada umumnya. Manfaatnya tidak tampak tiba-tiba, tetapi datang secara bertahap kepada Muslim yang taat yang melakukannya.
Ibadah shalat adalah sarana komunikasi antara Khalik dan hamba. Media komunikasi ini juga merupakan media rasa syukur yang tiada henti atas segala nikmat. Selain itu, shalat juga bisa menjadi media bagi seorang hamba untuk mengungkapkan apa yang sedang dirasakan.
Dalam psikologi dikenal istilah katarsis. Ini berarti mencurahkan apa pun yang terkubur dalam positif atau negatif. Jadi shalat bisa menjadi sarana katarsis yang menentramkan hati. Berikut pengaruh shalat dalam perilaku manusia yang bernilai positif:
Waktu sholat ditentukan sedemikian rupa sehingga kita tidak bisa seenaknya mengubah, memajukan atau menundanya. Hal ini melatih umat muslim untuk disiplin dengan tetap menghargai waktu.
Dengan selalu sungguh-sungguh menjaga keteraturan ibadah, manusia dilatih untuk disiplin dari waktu ke waktu. Mengenai banyaknya aturan, batasan tersebut juga melatih disiplin manusia untuk mengikuti aturan atau tidak mengikuti keinginan pribadi.
Sebelum shalat, seseorang harus terlebih dahulu mensucikan dirinya dengan wudhu atau tayamum. Artinya shalat hanya boleh dilakukan oleh orang yang bersih dari segala bentuk najis. sehingga diharapkan kita selalu berperilaku bersih dan suci. Maka mereka yang terbiasa sholat bersih tubuh dan pikirannya.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Sholat melibatkan aktivitas verbal, fisik dan mental secara simultan untuk menghadap Tuhan. Ketika lidah mengucapkan Allahu Akbar, pada saat yang sama tangan terangkat sebagai lambang kemuliaan, dan pada saat yang sama ada niat dalam hati untuk berdoa.
Konsentrasi seperti ini, yang dilakukan secara teratur lima kali sehari, melatih konsentrasi orang. Sholat dengan khusyuk sering disamakan dengan proses meditasi. Meditasi, yang banyak dilakukan orang, dianggap dapat meningkatkan fokus dan mengurangi kecemasan.
Bacaan shalat adalah kata-kata baik yang mengandung banyak pujian dan doa kepada Allah. Memuji Tuhan berarti mengakui kelemahan manusiawi kita dan melatih diri untuk selalu rendah hati dan tidak sombong.
Dilihat dari teori hipnosis, salah satu teknik psikoterapi, pengucapan kata (doa tilawah) adalah proses sugesti otomatis di mana pelaku terus-menerus berusaha memahami apa yang diucapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kamu disarankan melakukan shalat berjamaah (dengan orang lain). Adapun pahala berdasarkan hadits Nabi SAW jauh lebih besar dari shalat individu. Dari segi psikologis, shalat berjamaah dapat menawarkan aspek terapeutik yang sangat ampuh, baik preventif maupun kuratif.
Sholat berjamaah dapat mencegah gangguan jiwa seperti gejala isolasi diri. Berdoa bersama menyatukan orang-orang dalam takdir, posisi, rasa sakit dan sukacita. Dalam melaksanakan shalat berjamaah, tidak ada lagi perbedaan antara orang menurut pangkat, status, dan lain-lain.
Buku Buat Apa Shalat?! yang ditulis Haidar Bagir bisa jadi referensi untuk memahami makna ibadah shalat. Ibadah shalat harus menjadi sarana pribadi di mana kepercayaan hamba kepada Tuhan-nya yang sangat intim.
Namun lebih dari itu, buku ini membahas ibadah shalat memiliki manfaat yang luar biasa untuk transformasi diri. Pertama buku ini menjelaskan hakikat dan makna batin dari ibadah shalat.
Bagian terpenting dari buku ini, adalah kumpulan ajaran para sufi besar dan ulama (orang bijak) tentang sifat yang lebih dalam dan kemuliaan spiritual dari ibadah shalat.
Dengan demikian, shalat kita tidak hanya dapat menghapus kewajiban, tetapi juga meningkatkan moral, menyucikan pikiran kita, dan pada akhirnya membawa pencerahan dan kebahagiaan ke dalam hidup kita.
Buku ini bisa kamu pesan dan beli di Gramedia.com!
Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.