Buku anak sudah pasti menarik bagi anak-anak.
Benarkah demikian? Nyatanya, penyajian yang menggurui dan terlalu “mengajari” anak, alih-alih melibatkan mereka justru membuat anak-anak enggan menyentuh koleksi buku yang kini banyak beredar di pasaran.
Lantas, picture book seperti apa yang sebetulnya dicari anak-anak?
Picture Book Favorit Anak
1. Karakter yang Relatable
Layaknya orang dewasa, anak-anak BENCI tokoh yang terlalu sempurna.
Tokoh yang bisa bangun pagi sendiri, mandi sendiri, menyiapkan makanannya sendiri, tidak pernah dapat nilai 0, tidak pernah tidur di kelas, tidak pernah dapat nilai di bawah 80, tidak pernah dimarahi guru, tidak pernah membuat kesal orangtua, dan masih banyak keniscayaan lain.
Sungguh, sungguh, too good to be true.
Anak-anak justru suka karakter yang masih punya kesamaan dengan diri mereka.
Karakter dengan sifat alamiah anak, sesekali berlarian terlalu lincah hingga ia terpeleset, sesekali marah karena keinginannya tidak dituruti, sesekali iri melihat teman sebayanya.
Itulah karakter yang akan membuat anak membaca buku hingga halaman akhir.
2. Karakter yang Unik
Karakter yang populer di mata anak-anak selalu memiliki “identitas” yang melekat pada mereka.
Sebutlah bebek dengan atribut tertentu, superhero dengan tampilan khas, hingga tokoh ajaib dengan kendaraan ajaib.
Mereka konsisten ditampilkan dengan “ciri” tersebut, membuat branding yang senantiasa mengingatkan anak-anak pada mereka setiap waktu
3. Ilustrasi yang Menarik
Tak dipungkiri, banyak anak-anak cenderung “melahap” visual ketimbang teks.
Penggunaan warna-warna vibrant dengan style menggemaskan atau komikal berperan sebagai stimulasi bagi mata anak.
Itulah mengapa seperti namanya, pemilihan ilustrator yang cocok dengan genre naskah picture book sangat penting bagi kesuksesannya di pasaran.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
4. Tema yang Dekat dengan Anak atau Malah Betul-Betul Jauh
Buku berperan sebagai jendela, pintu geser, dan cermin.
Sebagian anak suka membaca tema-tema yang dekat dengan mereka, seperti kehidupan sehari-hari, untuk merefleksikan apa yang mereka alami (buku sebagai cermin).
Anak lain membaca buku untuk mengeksplorasi dunia imajinasi yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya (buku sebagai pintu geser).
Anak-anak pun menyadari bahwa ada banyak pengalaman lain di luar sana yang berbeda dari pengalaman mereka berkat adanya buku (buku sebagai jendela).
Buku Princess Akhlak
Kalau mendengar kata princess, apa yang anak bayangkan? Pasti putri-putri yang dipenuhi kemewahan, kemakmuran, dan memiliki hidup yang mulus bagai jalan tol.
Namun, bagaimana jika putri-putri itu seperti kita? Mereka juga melakukan kesalahan, seperti tidak disiplin, berbohong, atau mengalami tantangan, seperti dipaksa menemukan jalan pulang sendirian karena tersesat di hutan?
Ada Princess Hazima yang membeli hadiah bagi anak-anak yang sedang sakit.
Apakah ia mendapatkan uang itu secara cuma-cuma dari orangtuanya yang merupakan raja dan ratu? Ada juga Princess Rahma yang disalahpahami karena sikap dinginnya.
Ada Princess Sarah yang harus mengajari adiknya membaca Al-Qur’an.
Apakah ia memiliki kesabaran tanpa batas dan mampu mengajari adiknya tanpa kesulitan? Lalu, ada juga Princess Fayza yang harus menerima fakta bahwa bibinya tidak jadi mengajaknya pergi keluar.
Kalau Adik-Adik jadi Princess Fayza, apa yang akan Adik-Adik lakukan? Menurut Adik-Adik, bagaimana Princess Fayza merespons hal itu?
Itulah gambaran buku Princess Akhlak.
Buku ini memuat kisah 10 princess yang mengalami berbagai isu dan berusaha menyelesaikannya.
Adik-Adik akan diajak merefleksikan bagaimana Adik-Adik mengatasi permasalahan sehari-hari melalui karakter yang relatable.
Disajikan bilingual dengan ilustrasi yang cantik, anak-anak dapat membaca kisah-kisah yang indah dan menakjubkan.
Dapatkan segera buku Princess Akhlak di Gramedia.com.