Terdapat beragam sebutan ibu dalam bahasa daerah, termasuk dalam bahasa Bali.
Melansir laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), tentunya bahasa Bali berasal dari Pulau Dewata tersebut.
Bahasa Bali ini juga seringkali digunakan di beberapa wilayah lain, contohnya Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, dan Lampung.
Tak hanya itu, masyarakat Kalimantan Tengah juga seringkali menggunakan Bahasa Bali.
Hal ini lantaran mereka merupakan transmigran yang berasal dari Bali.
Bahasa Bali terdiri dari dua dialek, yakni dialek Bali Aga atau Bali Mula dan dialek Bali Dataran.
Dialeg Bali Aga biasanya ditutukan penduduk Bali di kawasan dataran tinggi, sementara dialek Bali Dataran dituturkan penduduk yang di daerah dataran rendah.
Bahasa Bali sebagai Bahasa Ibu
Bahasa Bali diyakini memiliki kekuatan sebagai bahasa yang pertama kali dikenal oleh anak atau bahasa ibu.
Hal ini turut didukung oleh kebijakan Pemerintah Daerah Bali yang memasukkan bahasa Bali sebagai muatan lokal dalam pendidikan.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali, I Wayan Tama menjelaskan, bahasa Bali sebagai bahasa ibu tidak akan punah karena bahasa ini masih digunakan oleh banyak orang.
“Memang ada perubahan atau pergeseran dalam penggunaan bahasa Bali dalam dasawarsa terakhir, tetapi hal itu justru merupakan pengembangan, yakni penyesuaian atau luar Bali ke dalam bahasa Bali,” ujar Tama dilansir dari Penelitian I. Kadek Mustika Tahun 2018.
Tingkatan Bahasa Bali
Seperti bahasa daerah lainnya, bahasa Bali mempunyai empat tingkatan bahasa atau kruna.
Melansir laman resmi Kemendikbud, tingkatannya dari mulai kruna kasar, andap, mider, dan kruna alus.
Kruna kasar sering digunakan untuk mengumpat, lalu andap digunakan untuk percakapan dengan teman sebaya.
Selanjutnya, kruna mider merupakan bentuk kalimat netral, dan kruna alus digunakan saat berbincang dengan orang tua, pemuka agama, maupun pejabat.
Berdasarkan Kamus Bali-Indonesia Edisi Ketiga, Balai Bahasa Bali menjelaskan empat tingkatan bahasa Bali.
Tingkatan itu di antaranya kasar, alus singgih, alur sor, dan alus mider.
Sebenarnya beberapa kosakata itu memiliki tingkatan kruna.
Meski demikian, ada juga yang tidak mempunyai kruna.
Bahasa Balinya Ibu
Dengan beragam tingkatan itu, lantas apa bahasa Bali untuk menyebut ibu itu apa?
Kamu bisa menyapa ibu dengan sebutan Meme (khusus untuk kasta sudra) dan Biang (khusus untuk kasta bangsawan).
Apabila kamu kesulitan mengidentifikasi kasta keluarga kerabatmu, sebaiknya kamu menyebutnya ibu saja.
Sapaan ibu merupakan lumrah dan aman yang bisa kamu gunakan.
Selain sebutan ibu, sebenarnya terdapat beberapa sebutan anggota keluarga lainnya menggunakan bahasa Bali.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Sebutan Anggota Keluarga dalam Bahasa Bali
1. Bapa
Bapa menjadi sapaan yang lumrah untuk seorang ayah atau lelaki yang dituakan.
Sapaan Bapa tepat kamu gunakan kepada keluarga berkasta sudra.
Meski demikian, jika keluarga teman kamu berkasta bangsawan maka beda lagi penyebutannya.
Kamu bisa menyebutnya Aji/Ajung.
2. Bli/Wi
Pasti kamu sudah sering mendengar sapaan Bli ketika pergi ke Bali bukan?
Nah, ternyata sapaan Bli ini berlaku untuk menyapa lelaki yang lebih tua dari kita, lho.
Tak hanya itu, sapaan Bli juga berlaku untuk kasta sudra.
Sementara, sapaan Wi bisa digunakan untuk menyapa lelaki lebih tua dari kita yang berasal dari kasta bangsawan.
Meski demikian, sapaan Bli dan Wi saat ini sudah membaur seiring perkembangan zaman modern.
Jadi, apabila kamu bertemu orang asing lalu menyapanya sebagai Bli juga tidak masalah, kok.
3. Embok
Embok bisa digunakan untuk menyapa wanita yang lebih tua dari kita.
Beda dengan Bli dan Wi, Embok bisa digunakan untuk penyebutan wanita dari semua kasta.
Jadi, tenang saja apabila kamu ingin menggunakannya saat plesiran ke Bali.
4. Bibik
Penyebutan tante atau bibi dalam bahasa Bali tidak jauh berbeda dari bahasa Indonesia.
Meski demikian, saudara wanita yang lebih tua dari orang tua kita seringkali disebut juga dengan Iwa (kadang Iwa Luh).
Lalu untuk wanita yang usianya lebih muda dari orang tua biasanya dipanggil Me Nik (Meme cenik) atau Minik.
Kedua sebutan tersebut digunakan untuk kasta sudra, sementara kasta bangsawan umumnya menggunakan istilah Bibik.
Ingin belajar lebih banyak mengenai seluk beluk Bali? Kamu bisa membaca buku Herbal Bali, Khasiat dan Ramuan Tradisional Asli dari Bali karya Ibunda Suparni dan Ari Wulandari.
Menariknya, buku ini membahas ramuan-ramuan herbal dari tanaman-tanaman obat yang dikenal populer sebagai tanaman obat asli Bali.
Di dalam buku ini, terdapat beberapa nama tanaman yang sengaja tetap ditulis dalam nama lokalnya karena memang tidak populer dalam bahasa Indonesia.
Tanaman-tanaman ini dikenal mampu memberikan khasiat terbaik untuk tubuh dan pengobatan lainnya.
Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai tanaman herbal dari Bali, kamu bisa membeli buku ini hanya di Gramedia.com atau membaca versi e-booknya di Gramedia Digital.
Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.