Ini Cara Mendidik Anak agar Tidak Pemalu

Lihat Foto
Sumber Gambar: Pexels.com
Rujukan artikel ini:
Orang Tua Diskretif Di Era…
Pengarang: Paul Suparno, Sj
Penulis Lika Purnama
|
Editor: Ratih Widiastuty

Setiap orang tua umumnya berharap anaknya menjadi aktif dan nyaman terlibat di berbagai situasi sosial, mudah bergaul, dan memiliki banyak teman.

Namun dalam perkembangannya, ada kalanya anak tumbuh menjadi sosok yang pemalu.

Mereka merasa gugup jika menjadi pusat perhatian dan ketika harus berinteraksi dengan orang baru.

Rendahnya kepercayaan diri pada anak dapat menjadi sesuatu yang buruk apabila dibawa hingga dewasa.

Karena itu, selagi masih dini, orang tua dapat melakukan berbagai hal untuk meningkatkan kepercayaan diri pada anak.

Mengapa Anak Menjadi Pemalu?

1. Kepribadian

Setiap anak lahir dengan karakter dan kepribadiannya masing-masing.

Anak dengan kepribadian yang sensitif dan gampang terintimidasi biasanya cenderung tumbuh sebagai anak pemalu.

2. Belajar dari Lingkungan

Anak belajar dengan cara meniru apa yang orang dewasa sekitarnya lakukan.

Karena itu, anak yang dibesarkan oleh orang tua yang jarang bersosialisasi akan lebih besar kemungkinan menjadi anak pemalu.

3. Pola Asuh

Insecure attachment atau kelekatan yang tidak aman antara anak dan orang tua dapat memicu munculnya sifat pemalu.

Selain itu mereka mungkin juga sering merasa cemas dan takut pada situasi yang baru.

4. Bullying

Anak yang mendapatkan perilaku kurang menyenangkan seperti bullying oleh teman, keluarga, bahkan orang tua, sangat berpotensi untuk membuat anak menjadi pemalu.

Mereka mungkin juga akan kehilangan kepercayaan diri dan tidak memiliki minat untuk berinteraksi dengan orang lain setelah fase bullying tersebut.

Cara Mendidik Anak agar Tidak Pemalu

1. Jangan Biasakan Memaksa

Kadang kita sebagai orang tua ingin anak terlibat pada berbagai kegiatan dengan tujuan agar anak lebih percaya diri.

Namun, kita sering lupa bahwa anak juga bisa merasakan tidak nyaman dan itu tidak bisa dipaksa.

Sebab, rasa terpaksa akan membuat anak semakin tertekan dan justru tidak bisa berbaur dengan yang lainnya.

Karena itu, jangan memaksa anak untuk terlibat pada berbagai kegiatan yang benar-benar asing tanpa menanyakan pendapat mereka terlebih dahulu.

Sebaliknya, mulailah dengan lingkup kecil yang sudah dikenali oleh mereka, ini akan membantu anak untuk dapat beradaptasi meski perlahan.

2. Ajari Social Skill

Anak-anak memiliki coping strategi yang baik, di mana mereka meniru apa yang kita perlihatkan.

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak sejak dini, kita sebagai orang tua dapat mengajarkan kemampuan dasar dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Seperti mengajari berjabat tangan, melakukan kontak mata ketika berbicara, meminta tolong, memohon maaf, dan mengucapkan terima kasih.

3. Berikan Kesempatan Mengutarakan Perasaannya

Rasa malu pada anak terkadang bisa disebabkan oleh perasaan-perasaan yang tidak diutarakan dengan baik.

Ketidakmampuan mengungkapkan perasaan dengan baik juga dapat memicu perasaan tidak dimengerti dan kegagalan memproses emosinya sendiri hingga kelak mereka tumbuh dewasa.

Sebagai orang tua, kita dapat membantu anak belajar untuk mengekspresikan perasaannya dengan berbagai cara, misalnya perbanyak bercerita dengan anak, atau memberikan anak aktifitas yang mendukung.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

4. Hindari Labeling

Jangan pernah sekalipun berkata kepada orang lain (apalagi di depan anak) bahwa mereka adalah anak yang pemalu.

Selain ini merupakan labeling yang buruk, perkataan kita mungkin juga menyakitkan bagi anak.

Lebih jauh lagi, label yang kita berikan ini bisa mereka percayai, menjadi sugesti dan malah semakin menurunkan kepercayaan diri mereka.

5. Hindari Menegur di Depan Umum

Banyak diantara kita yang tanpa ragu memarahi anak di depan umum.

Padahal, hal tersebut sangat memalukan dan berpotensi membuat anak menjadi lebih tidak percaya diri.

Apalagi, melakukan teguran di depan umum akan menjadikan anak pusat perhatian dan terlihat sangat salah.

Tindakan ini tidak sekedar buruk tapi juga dapat menghancurkan mental anak secara perlahan.

Jika memang anak melakukan kesalahan, bicarakan secara baik-baik berdua.

Berikan nasihat dan pemahaman secara lembut agar anak tidak terlalu merasa tertekan.

6. Jangan Ragu Memberikan Apresiasi

Satu hal yang sering luput dilakukan para orang tua adalah memberi apresiasi kepada anaknya.

Padahal jika anak berbuat salah, orang tua bisa langsung memarahi seketika karena tidak ingin anak mengulangi kesalahan yang sama.

Lantas mengapa jika anak berbuat baik tidak diberi apresiasi karena itu dianggap hal biasa?

Inilah hal yang perlu dijadikan bahan introspeksi untuk para orang tua.

Jangan ragu memberi pujian dan apresiasi pada hal-hal baik yang mereka lakukan meskipun itu sederhana.

Sebagai orang tua, ada kalanya kita perlu banyak melakukan introspeksi apakah cara didik yang kita terapkan sudah tepat.

Sebab mendidik anak apalagi di era gen Z dengan perkembangan teknologi ini memang lebih sulit.

Orang tua harus lebih kreatif dan cerdik agar tidak terjadi konflik dan anak dapat tumbuh dengan baik.

Paul Suparno menuliskan buku menarik yang berjudul Orang Tua Diskretif di Era Generasi Z.

Buku ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi orang tua untuk mendidik anak yang seringkali memiliki sifat berlainan.

Materinya menarik karena berisi tentang sifat dan karakter anak generasi Z dan sikap diskresi yang perlu dikembangkan oleh orang tua dalam menanggapi mereka.

Dengan membaca buku ini, orang tua dapat menerapkan pola asuh yang lebih baik, sehingga anak bisa memiliki secure attachment dan merasa percaya diri.

Jika tertarik membacanya, buku Orang Tua Diskretif di Era Generasi Z tersedia di Gramedia.com. Yuk beli sekarang juga!

Selain itu, dapatkan juga gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, langsung klik di sini dan dapatkan gratis vouchernya.

TAG:

Terkini
Lihat Semua
Jelajahi