Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klasik Bukan Berarti Kedaluwarsa: Kebijaksanaan Tiongkok Sehari-Hari yang Tetap Relevan hingga Saat Ini

Kompas.com - 21/02/2022, 09:28 WIB
Sumber Gambar: Dok. Gramedia Pustaka Utama
Rujukan artikel ini:
Chinese Wisdom
Pengarang: Andri Wang
|
Editor Ratih Widiastuty

Kebijakan Tiongkok Yang Bisa Kita Renungkan

Saat ditegur atau dimarahi orang (yang lebih) tua—entah kakek, nenek, ayah, ibu, atau bos—mungkin sebagian dari kita pernah membatin, Duh, rewel banget, sih! Sudah beda zaman, kali!

Ya, setiap generasi memang tak sama, begitu juga tantangan yang mengadang di depan mata.

Tapi kalau dibilang lain banget, sebenarnya tidak juga.

Berbagai segi kehidupan saat ini, sama saja seperti masa-masa lalu.

Buktinya bisa dilihat dari kejadian-kejadian bersejarah di mana pun di dunia, yang seolah berulang atau kembali terjadi.

Jadi saat terpancing untuk langsung mengomel karena dinasihati, merasa orang tua sok tahu dan super-menyebalkan, coba tarik napas sejenak dan ucapkan ini dalam hati, Bisa jadi yang disampaikan memang benar, karena... yah, orang tua sudah pernah mengalaminya! Been there, done that!

Tiongkok sebagai salah satu bangsa besar dengan ilmu budaya tertua dan terlengkap dunia, sejak lima ribu tahun lalu sudah menghasilkan berbagai produk pertama.

Sebut saja buku strategi dan taktik perang Sun Zi, teknologi percetakan, kompas, bahan peledak, seismograf, sempoa, tusuk jarum, kain sutra, porselen, perdagangan internasional (Silk Road), sampai navigasi (Cheng Ho).

Dalam bidang literatur dan pemikiran pun, Tiongkok bisa dianggap sebagai gudangnya kebijaksanaan klasik Asia.

Hal ini tidak mengherankan karena para filsuf dan pemikir besarnya, antara lain Konfusius, Lao Zi, dan Mo Zi, melahirkan banyak kata bijak yang bahkan tetap relevan dengan kondisi zaman sekarang.

Bukan hanya nasihat kosong, berikut beberapa kebijaksanaan klasik Tiongkok yang layak kita renungkan.

没有不散的筵席

“Tidak ada pesta yang tidak usai.”—peribahasa Tiongkok

Peribahasa satu ini cukup sering kita dengar, ya.

Artinya, tidak ada kesenangan atau kebahagiaan yang abadi.

Begitu pula sebaliknya, dukacita juga takkan berlangsung selamanya.

Pada satu titik, semua akan berakhir.

Roda kehidupan ini selalu berputar.

百善孝为先

“Dalam seratus kali berbuat baik, berbakti kepada orangtua adalah yang paling utama.”—Konfusius

Orang yang tidak menghormati atau berbakti kepada orangtuanya, tidak mungkin bisa menghormati orang tua lainnya.

Dalam hal ini berbakti tidak cukup hanya dengan memberi makanan dan minuman, tapi juga menghormati dan memberikan kasih sayang.

Konfusius adalah ahli pedagogi ulung dan pemikir besar yang memiliki pengetahuan sangat luas.

Para raja, pejabat tinggi sipil dan militer, juga masyarakat begitu kagum dan menghormatinya.

人算不如天算

“Manusia yang merencanakan, Tuhan yang menentukan.”—Mo Zi

Mo Zi adalah salah seorang filsuf dan pemikir besar pada masa Waring State (475–221 SM) yang menjunjung tinggi Universal Love.

Menurutnya, kita boleh saja membuat rencana serapi mungkin, bekerja sekeras mungkin.

Namun bila mengalami kegagalan, jangan memaksakan kehendak kita kepada Tuhan.

知不知,上。不知知,病

“Bila tidak tahu katakan tidak tahu, itulah yang paling bijak. Bila tidak tahu mengatakan tahu, akan menyulitkan diri sendiri.”—Lao Zi

Lao Zi adalah filsuf Tiongkok pertama yang hidup sekitar 2.500 tahun lalu.

Menurutnya, orang yang luas pengetahuannya akan merendahkan diri, tidak berani mengatakan bahwa dirinya mengetahui semuanya.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Kita punya persamaan dalam bahasa Indonesia untuk kondisi seperti ini, yaitu “seperti padi, kian berisi kian merunduk”.

Sebaliknya, orang yang sedikit pengetahuannya akan sering berlagak di depan orang banyak, bangga menyatakan diri sebagai yang paling berpengetahuan.

Dengan perilaku seperti ini, dia akan menyulitkan diri sendiri di kemudian hari dan akan ditertawakan banyak orang karena kebodohannya.

少状不努力,老大徒悲伤

“Sewaktu muda tidak rajin bekerja, ketika tua menderita.”—peribahasa Tiongkok

Wahai kaum rebahan dan mager, walaupun pahit, inilah kenyataannya! Di dunia ini tidak ada makanan atau harta kekayaan yang gratis jatuh dari langit (ya, bahkan untuk mereka yang lahir dalam keluarga berkecukupan).

Bila ingin hidup sehat dan penuh harapan, kita perlu membiasakan diri sibuk setiap hari, tidak hanya berpangku tangan.

Sekalinya kebiasaan buruk seperti bermalas-malasan atau tidak mau bekerja keras sudah terbentuk, akan sulit sekali untuk mengubahnya.

种瓜得瓜,种豆得豆

“Tanam labu dapat labu, tanam kacang dapat kacang.”—Buddhadharma

Dalam Buddhadharma, ada yang disebut “hukum karma” atau “ada akibat, pasti ada sebabnya”.

Orang berbuat baik (sebab), pasti ada balasan baiknya (akibat). Orang berbuat jahat (sebab), pasti akan menerima ganjaran yang tidak baik (akibat) pula.

Jadi jika kita menanam kacang, tak mungkin bisa berbuah labu.

千里之行,始于足下

“Perjalanan sejauh ribuan mil dimulai dari langkah pertama.”—Lao Zi

Lao Zi mengatakan bahwa semua pekerjaan harus dimulai dari langkah pertama. Seperti menaiki anak tangga, tidak bisa bisa terburu-buru ingin segera sampai di atas.

人生不知意事,十常八九

“Dari sepuluh kasus yang kita hadapi dalam hidup ini, biasanya delapan sampai sembilan tidak berkenan di hati.”—peribahasa Tiongkok

Bila hidup dalam keadaan miskin atau sedang mengalami kesulitan, biasanya orang mudah sekali menggerutu kepada Tuhan atau menyalahkan orang lain, bukan introspeksi dulu.

Rasa tak puas diri ini timbul karena yang kita dapatkan tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

Kuncinya? Terimalah kehidupan ini apa adanya, tetap berusaha tapi jangan tamak, jangan membenci orang lain, dan jangan membanding-bandingkan kondisi kita dengan keadaan orang lain.

良药苦口利于病,忠言逆耳利于行

“Obat pahit dapat menyembuhkan penyakit. Nasihat yang tulus walau tidak enak didengar, tetap baik untuk didengarkan dan dipraktikkan.”—Konfusius

Umumnya orang lebih suka mendengar kata-kata pujian yang enak didengar.

Terlampau enak didengar, sampai kita terbuai dalam pusaran pujian-pujian itu, yang akan membahayakan diri sendiri di kemudian hari.

Menurut Konfusius, nasihat yang baik walau tidak enak didengar, perlu didengar dan dipraktikkan agar kesalahan tidak terulang lagi.

Hal seperti ini sangat nyata terjadi pada masa feodal Tiongkok.

Banyak raja yang dinastinya jatuh karena terlalu suka mendengar puji-pujian dari para menteri penjilat yang hanya ingin menyenangkan hati sang raja.

Sementara itu, kritik dan nasihat menteri-menteri yang setia justru diabaikan.

Bagaimana, setuju kan bahwa walau dunia ini terus berputar, beberapa hal tidak benar-benar berubah? Kebijaksanaan-kebijaksanaan klasik ini mengingatkan kita untuk bijak memijak bumi.

Ibarat obat gratis tanpa batas kedaluwarsa, kita bebas mendapatkan manfaatnya kapan saja.

Buku Chinese Wisdom bisa Anda dapatkan di Gramedia.com.

Selain itu, dapatkan juga gratis voucher diskon yang bisa digunakan tanpa minimal pembelian. Klik di sini untuk dapatkan vouchernya.

promo diskon promo diskon

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau