Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Fakta Unik Burung Elang Bondol, Sang Maskot Kota Jakarta

Kompas.com, 19 Desember 2025, 10:10 WIB
Fakta Burung Elang Bondol  Sumber Gambar: Kompas.com Fakta Burung Elang Bondol 
Rujukan artikel ini:
Ensiklopedia Pintar Satwa: Dunia Hewan
Pengarang: Arcturus Publishing
Penulis Adnan
|
Editor Novia Putri Anindhita

Jakarta identik sebagai kota dengan gedung pencakar langit, kemacetan, dan aktivitas yang berlangsung hampir tanpa henti.

Namun, di balik wajah modern tersebut, Jakarta memiliki identitas fauna yang sarat makna sejarah dan ekologis.

Banyak orang mengira bahwa Monumen Nasional (Monas) atau Ondel-Ondel adalah satu-satunya ikon resmi ibukota.

Padahal, Jakarta memiliki satwa yang telah ditetapkan sebagai maskot kebanggaan sejak puluhan tahun silam.

Makhluk tersebut adalah elang bondol (Haliastur indus), seekor burung pemangsa yang dulunya sering terlihat berputar-putar di langit pesisir Jakarta.

Sayangnya, keberadaan elang bondol kini semakin ditemui akibat tergerus pembangunan kota yang masif.

Mengenal hewan ini tidak hanya menambah wawasan biologi, tetapi juga menjadi langkah awal untuk memahami kehidupannya dan menumbuhkan kepedulian terhadap pelestarian alam yang tersisa di ibu kota.

Ciri Fisik Elang Bondol yang Khas

Sebelum membahas fakta uniknya, kita perlu mengenali tampilan fisik burung ini agar tidak tertukar dengan jenis elang lainnya.

Berikut adalah ciri utama yang membedakannya.

1. Perpaduan Warna Bulu yang Kontras

Elang bondol memiliki ciri paling mencolok berupa bulu berwarna putih bersih yang menutupi area kepala hingga dada.

Warna putih tersebut berpadu sangat kontras dengan bulu berwarna cokelat kemerahan yang menyelimuti punggung dan sayapnya.

Warna bulu mereka akan berubah secara bertahap menjadi putih dan merah bata seiring bertambahnya usia menuju dewasa.

2. Ukuran Tubuh Sedang

Burung pemangsa ini tidak termasuk jenis elang terbesar.

Ukuran panjang tubuhnya berkisar antara 43 hingga 51 sentimeter.

3. Bentuk Ekor yang Unik Saat Terbang

Saat sedang terbang di udara, ujung ekor elang bondol akan terlihat membulat tumpul dan tidak bercabang.

Bentuk ekor ini sangat berbeda dengan jenis elang-laut lainnya yang biasanya memiliki ekor berbentuk seperti garpu.

4. Suara Pekikan yang Melengking

Elang bondol sering mengeluarkan suara teriakan bernada tinggi yang terdengar seperti "kweeeaa" atau "kiii-kiii".

Suara khas ini biasanya mereka keluarkan saat sedang terbang berpatroli menjaga wilayahnya atau memanggil pasangannya.

Fakta Unik Elang Bondol yang Jarang Diketahui

1. Resmi Menjadi Maskot Jakarta Sejak 1989

Gubernur Wiyogo Atmodarminto menetapkan elang bondol sebagai maskot resmi DKI Jakarta melalui keputusan gubernur pada tahun 1989.

Pemilihan ini didasari oleh karakter elang bondol yang tangguh dan kemampuannya bertahan hidup yang mencerminkan semangat warga Jakarta.

2. Wajahnya Menghiasi Logo Transjakarta

Jika kamu perhatikan dengan teliti, logo moda transportasi Transjakarta merupakan stilisasi bentuk elang bondol yang sedang menyambar.

Penggunaan simbol ini merepresentasikan harapan akan sistem transportasi yang cepat, tajam, dan dapat diandalkan oleh masyarakat.

3. Memiliki Julukan "Pembersih Alami"

Elang bondol memiliki kebiasaan memakan bangkai ikan atau sisa-sisa makanan yang mengapung di permukaan air laut.

Perilaku ini secara tidak langsung membantu membersihkan lingkungan perairan dari tumpukan sampah organik yang membusuk.

4. Penyebarannya Sangat Luas

Habitat elang bondol tidak hanya terbatas di Indonesia, tetapi membentang luas dari India, Tiongkok Selatan, hingga Australia.

Kemampuan adaptasinya yang tinggi memungkinkan mereka hidup di berbagai wilayah pesisir tropis maupun subtropis.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

5. Makanan Elang Bondol Sangat Bervariasi

Meskipun dikenal sebagai pemakan bangkai, makanan elang bondol juga mencakup mangsa hidup seperti kepiting, katak, dan ikan.

Mereka adalah pemburu oportunis yang tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menyambar mangsa yang lengah di permukaan air.

6. Ahli Manuver di Udara

Elang bondol dikenal dengan kemampuan terbangnya yang akrobatik dan sering terlihat menyambar mangsa dari permukaan air tanpa mendarat.

Gerakan mereka sangat efisien dalam memanfaatkan arus angin panas untuk melayang tinggi tanpa perlu banyak mengepakkan sayap.

7. Sarang yang Berantakan tapi Kokoh

Elang bondol biasanya membangun sarang di percabangan pohon yang tinggi dengan tumpukan ranting yang terlihat acak-acakan.

Sarang tersebut sering kali digunakan kembali dari tahun ke tahun dengan penambahan material baru setiap musim kawin.

8. Setia pada Satu Pasangan

Elang bondol termasuk hewan yang cenderung monogami dan akan mempertahankan ikatan dengan pasangannya dalam jangka waktu lama.

Pasangan elang sering terlihat terbang berpasangan melakukan gerakan memutar di udara sebagai bentuk ritual penguatan ikatan.

9. Sering Dianggap Hama oleh Petambak

Beberapa petambak ikan atau udang menganggap kehadiran burung ini sebagai ancaman karena kebiasaan mereka mencuri hasil tambak.

Dalam banyak kasus, konflik ini berujung pada tindakan perburuan liar atau pengusiran yang mengancam kelangsungan hidup elang bondol.

10. Status Perlindungan Elang Bondol

Pemerintah Indonesia telah menetapkan status perlindungan elang bondol sebagai satwa yang dilindungi Undang-Undang secara ketat.

Perdagangan, pemeliharaan ilegal, atau perburuan terhadap spesies ini dapat dikenakan sanksi pidana yang berat.

Keberadaan elang bondol di alam liar adalah indikator kesehatan lingkungan pesisir kita.

Sebagai warga yang baik, mengenal maskot Jakarta ini seharusnya tidak hanya berhenti pada logo bus atau patung semata.

Kita memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga habitat mereka, salah satunya dengan tidak membuang sampah ke sungai yang bermuara ke laut.

Jangan sampai anak cucu kita nanti hanya bisa melihat kegagahan burung ini melalui buku sejarah atau foto digital saja.

Mengenalkan dunia satwa kepada anak-anak sejak dini juga menjadi langkah penting agar mereka tumbuh dengan rasa kepedulian dan cinta terhadap alam.

Sebab, semakin banyak yang mereka ketahui, semakin besar pula rasa cinta terhadap kekayaan alam Nusantara.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui buku ensiklopedia mengenai fauna yang menyajikan informasi akurat dengan bahasa ringan dan ilustrasi menarik.

Buku ensiklopedia ini dapat membuka wawasan tentang betapa rumit dan indahnya kehidupan satwa.

Sebagai rekomendasi awal, bisa membaca Ensiklopedia Pintar Satwa: Dunia Hewan yang menyajikan fakta visual menarik sekaligus memperkenalkan berbagai habitat di dunia, mulai dari daerah bersalju hingga hutan yang subur.

Sementara itu, bagi yang ingin mengenalkan anak pada dunia burung secara lebih mendalam, Ensiklopedia Pintar Satwa: Burung dapat menjadi pilihan bacaan berikutnya.

Buku ini menyajikan informasi lengkap tentang berbagai jenis burung, mulai dari ciri-ciri fisik, habitat, makanan, cara hidup, hingga perannya dalam ekosistem.

Dilengkapi dengan ilustrasi menarik serta aktivitas seru seperti permainan, eksperimen sederhana, dan teka-teki, buku ini membantu anak belajar mengenal keragaman burung dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami.

Dengan pembahasan yang ringan namun informatif, buku ini membantu pembaca mengenal keragaman burung serta perilaku uniknya, termasuk peran penting burung dalam menjaga keseimbangan alam.

Yuk, segera pesan dan dapatkan bukunya sekarang juga di Gramedia.com atau toko Gramedia terdekat.

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau