Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rivalitas Tiongkok dan AS, Raksasa Dunia Yang Terus Beradu Inovasi

Kompas.com - 03/01/2022, 14:33 WIB
Sumber Foto : Pixabay
Rujukan artikel ini:
Raksasa-Raksasa Teknologi Tiongkok
Pengarang: Rebecca A. Fannin
|
Editor Ratih Widiastuty


Kemajuan atau inovasi teknologi adalah suatu keniscayaan untuk menjemput masa depan yang lebih baik dalam banyak hal dalam kehidupan ini.

Negara yang tidak mau atau lamban dalam berinovasi pasti akan selalu tertinggal dan tetap dalam posisinya sebagai “pasar” produk-produk teknologi dari negara-negara yang lebih maju, yang tentunya membuat negara tersebut selalu pada posisi lebih rendah tidak hanya dalam hal teknologi, melainkan juga perekonomian.

Untuk maju dalam teknologi tidaklah harus memulainya dari nol.

Kita bisa menirunya dan melakukan inovasi, menambahkan hal-hal baru dalam teknologi (yang kita peroleh) itu, untuk disesuaikan dengan kebutuhan kita (masyarakat) sendiri, yang pada ujungnya teknologi itu bisa menjadi tandingan atau lebih unggul daripada teknologi semula diadopsi.

Hal itulah yang dilakukan China—dalam buku Tech Titans of China (Raksasa-Raksasa Tiongkok) kata “China” diterjemahkan menjadi Tiongkok.

Tiongkok, Kuda Hitam Asia Yang Mulai Merajai Dunia

Dahulu, Tiongkok sangat terkenal sebagai negara peniru produk teknologi barat, yang sering diartikan sebagai produk tiruan dengan mutu di bawah produk originalnya. Namun, tidak bisa dimungkiri, produk-produk tersebut tetap memiliki pasar di segala penjuru dunia bagi mereka yang ingin memiliki produk sejenis dengan harga lebih murah.

Kita tidak bisa menepis kenyataan bahwa produk apa pun sebagian besar ada kembaran atau tiruannya dan tertera “made in China”. Coba sebutkan barang apa saja dan kaitkan dengan China, sepertinya semua ada.

Namun, sekarang, Tiongkok hampir melepaskan diri dari julukan negara peniru karena inovasinya yang begitu cepat.

Terobosan-terobosan ekonomi baru, terutama dalam bidang teknologi tinggi telah dilakukan oleh Tiongkok.

Bahkan, untuk beberapa hal, Tiongkok lebih maju dibandingkan negara yang semula dia tiru berkat kegigihannya dalam inovasi tersebut.

Para tokoh pencipta teknologi Tiongkok masa depan sedang sangat bersemangat. Bagi para pemimpin bisnis dan politik Amerika, sudah bukan saatnya lagi mengabaikan Tiongkok karena sekarang Tiongkok adalah sebuah bangsa yang maju teknologinya dan berusaha merebut kembali posisi mereka yang ratusan tahun lalu pernah menjadi pemimpin ekonomi dunia.

Inovasi Tiongkok Pada Segala Bidang


Inovasi-inovasi Tiongkok yang mengancam atau menggerus dominasi Amerika Serikat dapat dilihat berikut ini selain teknologi pendidikan dan perawatan kesehatan:


Kecerdasan buatan: Baidu adalah pemimpin dalam kecerdasan buatan dengan teknologi mobil-tanpa-pengemudi dan peralatan rumah-cerdas yang bisa dikendalikan dengan suara.

Amerika Serikat masih unggul secara teknis, tetapi Tiongkok memiliki cadangan data yang besar sehingga dapat berinovasi lebih cepat. Jadi, kemungkinan siapa pemenangnya dalam pasar kecerdasan buatan, Tiongkok atau Amerika Serikat, masih sama besarnya;


Pedagangan ritel baru: Alibaba dan JD.com telah lebih dulu menggeluti toko-toko tanpa uang tunai dan tanpa kasir.

Mereka pun sedang mengusahakan digitalisasi pasar ritel dan logistik Pengiriman dengan pelayanan premium dan skuter super-cepat.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Toko kelontong futuristik Alibaba, Freshippo, mempekerjakan robot-robot dan lebih maju serta lebih luas jangkauannya dibanding Amazon Go yang jumlah toko otomatisnya terbatas di Amerika Serikat;


Pembayaran seluler: Tiongkok dewasa ini ini adalah masyarakat tanpa uang tunai. WeChat Pay dan Alipay telah mengungguli penggunaan kartu kredit dan kartu debet AS.


Teknologi keuangan: Afiliasi Alibaba, Ant Financial, adalah raksasa keuangan satu-atap yang menggunakan mahadata dan mesin yang berusaha mendominasi dana pasar uang, peminjaman, asuransi, pembayaran seluler, manajemen kekayaan, dan pelayanan rantai blok (blockchain).


Siaran langsung: Situs-situs siaran langsung video dari Baidu yang mirip Netflix, iQiyi, dan inovasi hiburan digital YY sedang populer dan menciptakan pesohor-pesohor dalam format daring yang dibayar dengan hadiah maya oleh para penonton yang kecanduan.


Realitas maya: Jalan-jalan beratap di banyak wilayah kota di Tiongkok dipenuhi orang layaknya taman hiburan AS dan menawarkan pertunjukan realitas maya dengan harga yang kira-kira sama dengan tiket bioskop.


Kendaraan listrik: Tiongkok tampil sebagai pembuat dan penjual mobil listrik terbesar di dunia. Puluhan pembuat kendaraan energi-baru telah menetapkan pusat-pusat Silicon Valley untuk meningkatkan Riset dan Pengembangan untuk kendaraan-kendaraan swakendara listrik-penuh generasi baru.


Perniagaan sosial: Pinduoduo mengizinkan para pembelanja untuk membeli secara langsung dengan telepon seluler mereka dari para pedagang, mendapatkan kupon, memenangkan hadiah, dan bahkan mendapatkan diskon jika mereka menyatukan pembelian kelompok dengan koneksi mereka.


Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak urutan pertama, Tiongkok jelas memiliki lebih banyak SDM untuk mewujudkan impiannya, yakni menjadi negara adidaya menggantikan posisi yang selama ini dikuasai oleh AS.

Orang-orang muda di Tiongkok sedang sangat bersemangat mencari tokoh panutan sebangsanya dan suatu saat akan lebih mengingat Robin Li (pendiri Baidu), Jack Ma (Alibaba), dan Pony Ma (Tencent) daripada Jeff Bezos dari Amazon, Mark Zuckerberg dari Facebook, atau Steve Jobs dari Apple.

Tiongkok juga telah berhasil mendaratkan wahananya di sisi terjauh bulan pada Januari 2019. Ini adalah kemajuan secara global untuk pertama kalinya yang mendorong Tiongkok untuk menjadi negara adidaya luar angkasa selain AS dan Rusia.


Tiongkok memiliki bonus demografi yang tampaknya bisa dikelola dengan baik.

Banyak negara berhasil memanfaatkan bonus demografi dengan maksimal, misalnya Korea Selatan, Jepang, Malaysia masih banyak lagi. Bonus demografi bisa meningkatkan perekonomian sebuah negara, dari negara berkembang menjadi negara maju.

Namun, untuk memanfaatkan bonus demografi perlu diiringi peningkatan kualitas pendidikan, pelayanan kesehatan, pengendalian jumlah penduduk, dan kebijakan ekonomi agar tercipta sumber daya manusia yang berkualitas, terampil, dan siap kerja.


Bagaimana dengan Indonesia yang jumlah penduduknya urutan ketiga terbanyak setelah China dan India? Dengan bonus demografi dan sumber daya alam terbarukan maupun tidak terbarukan, plus peningkatan nasionalisme, pelayanan kesehatan, pendidikan, Indonesia PASTI BISA menjadi negara yang maju dan sejahtera, yang diperhitungkan di kancah internasional, dan sampai tiba saatnya menjadi negara adidaya—Mercusuar Dunia.

Rekomendasi Buku Terkait

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com