Kamu pasti pernah berangan-angan ingin merintis bisnis namun bingung bagaimana cara memulainya dan takut gagal? Tenang, Swish Goswami dan Quinn Underwood entrepreneur muda menuliskan do dan don’t yang bisa kamu ikuti di buku yang mereka tulis.
Banyak orang yang memulai sebuah bisnis dengan cara mengembangkan konsep, mengembangkan produk, menguji produk, dan meluncurkan produk.
Sebenarnya hal ini tidak ada salahnya, namun menurut Swish dan Quinn pendekatan tersebut sebaiknya tidak kamu ambil ketika membangun sebuah bisnis.
Lantas, apa saja yang harus dilakukan untuk memulai suatu bisnis?
Ketika akan membuat sebuah produk kita pasti menginginkan produk kita luar biasa, berguna dan disukai banyak orang.
Namun, tak jarang kita melupakan masalah apa yang terjadi pada produk kita ketika produk itu sudah berada di tangan pelanggan.
Metode sederhana namun efektif adalah mulailah untuk mengurai seperti apa karakteristik masalah yang ”ideal” yang bisa kamu tangani.
Setelah kamu bisa mengindentifikasikan permasalahan potensial ”idealmu”, kamu akan melihat permasalahan yang dialami oleh individu maupun bisnis.
Kamu bisa memahami karakteristik umum dari model-model Business to Business (B2B) atau Business to Consumer (B2C) terlebih dahulu agar bisa membantumu untuk bisa memilih target dan segmentasi pasar lebih baik.
Langkah ini penting untuk lebih mempersempit segmen dan fokus pada pengembangan dan perbaikan permasalahan yang pelangganmu hadapi.
Setelah mengetahui apa saja yang harus dilakukan ketika memulai suatu bisnis, Swish dan Quinn juga memberikan penyebab-penyebab umum kegagalan dalam merintis yang harus kamu hindari.
Kamu harus bisa menyeimbangkan antara keyakinan sepenuhnya pada diri sendiri pada apa yang sedang kamu bangun dan bersikap terbuka terhadap kritik dan masukan.
Ketika kamu mendapatkan kritikan dan masukan dari pelanggan mengenai produkmu, kamu harus bisa ”mengubah arah” atau menyesuaikan visi produkmu agar bisa memenuhi kebutuhan pelanggan.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
”Mengubah arah” atau menyesuaikan visi bukanlah bentuk ”menyerah” tapi bentuk ”pengembangan”.
Banyak pemula yang memulai bisnis hanya berlandaskan passion tanpa adanya aspirasi.
Dalam kewirausahaan, gairah atau passion merupakan sebuah tekanan eksternal agar seseorang bisa bertindak dan menjalani sesuatu dengan sepenuh hati.
Namun, yang lebih penting dari passion adalah ide atau aspirasi.
Dengan kamu menggabungkan aspirasi dan passion-mu untuk bisnis yang kamu jalankan, yakinlah kamu akan bisa terus bertahan!
Proses ini belum tentu seru dan menyenangkan, tetapi bila kamu mencari dan menemukan kebutuhan pasar yang tepat, bisnismu akan mudah diketahui dan produkmu akan dibutuhkan oleh banyak orang.
Rekrutlah orang-orang yang fleksibel dan kompeten terutama ketika perusahaanmu masih merintis dan masih terus-menerus mengalami perubahan.
Fokuslah pada segmen pasar yang telah kamu kuasai.
Fokuslah pada produk dan layananmu untuk kebutuhan pelanggan. Setelah memahami komposisi pasar dan kebutuhan pelanggan lakukanlah penskalaan yang lebih besar.
Menunggu terlalu lama menyebabkan motivasimu memudar dan memberi kesempatan kepada para pesaingmu untuk meraih pangsa pasar krusial yang mereka butuhkan untuk menghentikan bisnismu, atau mencegahmu untuk benar-benar memulai ide tersebut sejak awal.
Jadi bergeraklah dengan cepat dan siap.
Itulah do dan don’t yang diberikan Swish dan Quinn yang bisa kamu coba lakukan.
Untuk kamu yang penasaran dan ingin tahu lebih lanjut soal merintis bisnis, kamu bisa mendapatkan buku The Young Entrepreneur melalui Gramedia.com.